Belum Berdamai

866 137 5
                                    

Jisung bingung setengah mati setelah sang mama menelponnya untuk segera bersiap. Mama bahkan menyuruhnya untuk menggunakan pakaian terbaiknya.

"Jiji udah sampe ma, dimana?"

"Ruang tulip ji, coba liat di deretan VIP sebelah kanan"

Jisung berjalan dilorong restoran, mencari ruangan VIP yang dikatakan mamanya. Setelah menemukannya, ia memutuskan telpon.

"Jiji, sini duduk"

Jisung mengerinyit tak mengerti. Ini makan keluarga? Benarkah? Ia tak salah lihat kan papanya ada disitu? Bersama mamanya?

"Jangan bengong, ayo duduk"

Jisung duduk di salah satu kursi, sedikit merasa canggung dan juga sungkan. Padahal ini keluarganya sendiri, ntah mengapa ia merasa demikian.

"Ma ada apa? Ada tamu ya?" Tanya jisung

"Nggak, ini cuma kita aja kok. Iya kan pa?" Ucap mama

Papa mendeham, lalu meminum segelas air putih. Papa mengeluarkan bucket bunga dari bawah meja, memberikannya pada jisung. Bunga daffodil. Dibuat begitu apik dan cantik.

"Buat jiji pa?" Tanya jisung

"Iya"

Bolehkah jisung memeluk papanya kini? Bolehkah jisung melompat bahagia disana sekarang? Jujur ini adalah hadiah pertama baginya. Atau lebih tepatnya, apresiasi pertama dari papanya untuk dirinya.

"Karna kamu belajar giat. Kita makan malam diluar"

"Makasih pa, beneran makasih"

Jisung meletakkan bunganya di bangku sampingnya. Hatinya benar-benar bahagia.

"Hari kamu gimana ji? Baik?" Tanya mama

"Iya ma, akhir-akhir ini baik" jawab jisung

"Bagus deh. Gimana sama pacar? Udah punya?" Tanya mama

Jisung diam, ia terkekeh kaku sambil mengusap tengkuknya yang tak gatal.

"Belum punya ma" jawab jisung

"Masa? Anak mama manis gini gaada yang mau?" Goda mama

"Ih bukan gitu ma" rengek jisung

"Ga usah pacaran" ucap papa

Jisung yang awalnya nyaman dengan suasananya, tiba-tiba merasa takut dan kembali canggung. Kenapa mood papanya begitu buruk akhir-akhir ini?

"Loh kenapa pa? Kan bisa jadi penyemangat jiji" ucap mama

"Penyemangat apa? Yang ada nilainya bakal terjun bebas. Brian dulu juga ga pernah pacaran, liat nilai dia. Bagus semua"

Brian. Lagi-lagi brian. Bisakah saat mereka berkumpul sekali saja tak mengucap nama brian?

"Pa, katanya ini penghargaan buat jiji karna udah belajar giat. Bisa ga yang kita bahas seputar jiji aja?" Pinta jisung

"Oh, jadi kamu udah lupain brian? Kamu seneng kan brian gaada? Kamu sekali dikasih apresiasi ngelunjaknya minta ampun" ucap papa

"Nggak pa, jiji ga lupain kak brian. Sama sekali nggak. Tapi sekali aja, fokus ke jiji pa. Jiji mohon"

"Dasar anak ga tau diri, udah bikin kakaknya meninggal sekarang pengen jadi anak tunggal"

Prang!!!

Jujur, jisung tak tahan. Ia melempar gelas ditangannya kelantai. Mama bahkan berteriak ketakutan saat jisung menatap nyalang papanya.

Destiny [MINSUNG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang