Keadaan villa sepi setelah seungmin memilih untuk tidur. Padahal sebelumnya mereka tengah berbincang panjang akan banyak hal. Saling tertawa bersama dan melempar canda.
"Tiba-tiba kaku gini" ucap hyunjin
"Jeje ngantuk, jeje ikut kak seungmin aja ya" ucap jeongin
"Gue juga, yuk je" ucap felix
Mereka berdua naik menuju kamar. Hyunjin mengelus tengkuknya, ia tak suka dengan suasana sepi seperti itu.
"Bang, gue ke kamar juga deh. Agak mulai teler" ucap hyunjin
Hyunjin bangkit dari duduknya mulai pergi ke kamarnya. Tinggalah mereka berempat. Lino menatap kosong gelas seloki milik jisung. Lelaki manis itu disitu tadi. Lelaki manis itu tertawa disitu tadi. Kemana lelaki manis itu pergi?
"Lia kenapa kesini?" Tanya changbin dingin
"Ngejaga kak lino" jawab lia
"Lino ada kita yang jagain, lo ga usah kesini" ucap bangchan
"Siapa tau kalian teler, lia dateng biar ga kebablasan" ucap lia
Lino menatap lia sebentar lalu menghela nafas.
"Udah, gue gapapa. Lo bisa pulang" ucap lino
"Lino..." ucap lia memelas
"Pulang lia" ucap lino
"Lino janji, jangan ada minum lagi" ucap lia
Lino tak mendengarkan, memilih untuk pergi ke kamarnya. Ia menggulung dirinya kedalam selimut menatap ponselnya lekat. Roomchat nya bersama jisung berakhir 2 minggu lalu. Ia rindu pada lelaki manis itu. Jujur ia benar-benar ingin menghabiskan waktu bersama.
"No, lia udah pulang" ucap bangchan
"Bagus deh" ucap lino
"Jisung, lo ngechat dia?" Tanya bangchan
"Besok, malem ini mungkin dia lagi tidur" ucap lino
"Pertanyaan tadi, kenapa ga lo jawab?" Tanya bangchan
Lino diam. Ia bingung harus menjawab apa lagi. Ia hanya menghela nafas panjang.
"Gue ga tau" ucap lino
"Apa yang lo ga tau lagi?"
"Gue takut, antara gue kehilangan dia atau dia kehilangan gue nantinya"
Bangchan mengambil kursi, duduk didekat lino untuk mendengarkan ceritanya.
"Menurut lo, sakit yang mana? Dia kehilangan gue, atau gue kehilangan dia?" Tanya lino
"Dua duanya sakit" ucap bangchan
"Gue tau" jawab lino
Lino terkekeh lalu menggeleng, ia menatap kosong tembok dihadapannya.
"Tapi gue lebih milih gue yang kehilangan dia" ucap lino
"Lo nyerah?" Tanya bangchan
"Nggak chan, gue ga pernah mau nyerah sampe kapanpun. Lo tau sendiri chan, gue orangnya konsisten" ucap lino
"Tapi sekarang lo lagi ga konsisten" ucap bangchan
Jujur, lino merasa tersindir kali itu. Ia hanya tertawa kecil lalu mengusak rambutnya kasar.
"Iya sih"
"Disini, gue yang paling besar kemungkinan ninggalin dia. Gue takut suatu saat nanti dia terpuruk dengan fakta bahwa gue ninggalin dia setelah gue bilang dia bisa bersandar sama gue" ucap lino
"Gue yang nyuruh dia buat ga sedih lagi, gue yang nyuruh dia dateng ke gue pas dia lagi terpuruk. Malah gue yang bikin dia sedih plus terpuruk nanti. Gue takut chan" ucap lino
"Lo percaya sama kita no, lo ga bakal kemana-mana. Lo bakal bebas nanti. Percaya sama gue" ucap chan
Lino tertawa miris, menutup wajahnya yang memerah karna menahan tangis. Jujur saja, ia lelah dengan keadaan.
"Chan, awalnya gue seneng. Gue nerima keadaan dan jalanin semuanya sama lia. Tapi makin kesini gue makin ga suka"
"Gue ga bebas. Gue kira semuanya bakal lebih baik, nyatanya nggak. Gue butuh hannie. Gue butuh dia disamping gue. Gue baru sadar, yang gue butuhin itu dia" ucap lino
"Tapi lo siap ngasih tau semuanya ke jisung?" Tanya bangchan
Lino menggeleng. Ia takut. Suatu saat nanti jisung tau dan meninggalkannya saat mengetahui semua. Belum waktunya. Nanti, saat ia benar-benar lepas dari lia ia akan mengatakannya.
"Suatu saat jisung bakal tau. Soal dia ninggalin lo atau nggak kita ga tau. Itu keputusan dia"
"Tapi gue ga sanggup chan" ucap lino
"Lebih baik kehilangan jisung atau lia?" Tanya bangchan
"Gue masih butuh lia chan" ucap lino
"Kalo gitu ikutin semua kemauannya, lo tinggal ikutin alurnya no. Setelahnya lo mau langsung nikah sama jisung juga gapapa. Gue sanggup nyariin WO tercepat di seluruh dunia buat nikahan lo sama jisung nanti. Tapi tolong, sekarang lo bertahan aja dulu" ucap bangchan
"Menurut lo, gue sama jisung ketemu karna takdir atau cuma kebetulan?" Tanya lino
"Kok menurut gue? Ya menurut lo gimana? Menurut lo, jisung itu takdir apa kebetulan?" Tanya chan
Lino tertawa kecil, mengingat bagaimana lucunya pertemuan pertama mereka.
"Gimana ya? Gue percayanya takdir sih" ucap lino
"Yaudah, berarti lo sama dia itu jodoh" ucap chan tertawa
"Tapi chan, kasian banget hannie kalo jadi jodoh gue" ucap lino
"Kenapa?" Tanya chan
"Karna gue terlalu ganteng? Jadinya banyak yang suka?" Ucap lino
Chan melempar bantal pada wajah lino. Benar-benar gila.
"Gue rencananya mau ngajak hannie jalan-jalan abis ujian. Tapi karna pacar lo, gue kedampar disini" ucap lino
"Ya gimana lagi no, pacar gue kalo punya keinginan ga bisa dibantah" ucap chan
Brakkk!!
"Changbin ganteng disini!"
Keduanya melempar bantal secara bersamaan pada changbin. Merasa kesal karna lelaki itu mengejutkan mereka.
"Lagi ngomongin apa? Kok gue ga diajak?" Tanya changbin
"Kita lagi ngomongin lo, ngapain ngomongin lo kalo lo nya ada disini" ucap lino
"Sialan" ucap changbin
Mereka mulai bercerita banyak hal, tentang masa lalu mereka atau planing masa depan. Changbin yang berkata akan menjadi kontraktor terbaik diseoul, lalu chan yang akan menjadi dokter kompeten dimasa depan dan lino yang akan menjadi teman kontraktor changbin. Berangan-angan akan menikahi pacar mereka, dan hidup bahagia dimasa depan.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny [MINSUNG]
FanfictionCafe sunshine menjadi tempat awal dimana seorang han jisung, mahasiswa kedokteran bertemu dengan seorang lelaki tampan yang tengah bernyanyi dipanggung cafe bernama Lee minho. Nyanyian minho malam itu membuat jisung terpana dan mengaguminya, lalu m...