Han Geunhyun

857 129 6
                                    

Pria paruh baya itu duduk dikursinya. Menatap bingkai foto diatas mejanya. Foto brian bersamanya. Berdua. Hanya berdua. Han Geunhyun. Pria paruh baya yang menjadi tulang punggung keluarga Han itu memijat pangkal hidungnya. Merasa lelah dan juga penat sore itu.

"Selamat ya pak, jisung nilainya bagus smester ini"

"Pak geunhyun hebat banget. Anaknya pada jenius semua. Dulu anak pertamanya nilainya selalu bagus. Sekarang anak keduanya gitu juga. Apalagi anak keduanya sekarang kuliah kedokteran"

"Pak geunhyun hebat! Punya anak jenius, istri cantik yang setia sama jabatan yang kokoh. Sempurna pokoknya"

Geunhyun merasa tak suka. Pujian itu. Ia rasa terlalu berlebihan.

30 tahun lalu, saat nyonya han tengah bertarung nyawa diruang persalinan. Geunhyun berdoa pada tuhan, meminta anak pertama mereka lahir selamat. Setelahnya, anak mereka benar-benar lahir sempurna. Parasnya yang tampan, seluruh bagian tubuh yang sempurna membuatnya merasa menjadi ayah yang hebat.

4 tahun kemudian, brian di diagnosis mengalami kelainan jantung. Dokter bilang turunan. Geunhyun bertanya pada keluarganya, lalu ayahnya berkata jika istrinya dulu memiliki penyakit yang sama. Disitu, geunhyun merasa menjadi orang memikul beban yang berat. Anak dengan kelainan jantung. Brian bahkan bisa saja meninggal diusia belia.

Brian kecil yang tumbuh sebagai anak yang cerdas dan periang juga penurut membuat geunhyun sangat sayang pada putranya. Geunhyun berjanji, hanya akan memiliki 1 orang putra dan akan menjaganya sepenuh hati dan jiwanya.

"Aku hamil" ucap nyonya han

Geunhyun merasa kecolongan. Kenapa bisa? Ia bahkan sudah bermain dengan aman. Lalu kenapa bisa?

"Ini anugrah dari tuhan, tuhan kasih dia untuk teman brian. Lagi pula, brian kesepian" ucap nyonya han

Geunhyun hanya bisa menerima. Menambah 1 anak lagi bukanlah hal yang sulit. Secara ekonomi pun mereka dikatakan sangat mampu untuk membesarkan 1 anak lagi.

"Papa! Jiji gambal ini buat papa"

Putra keduanya tak kalah cerdas dari anak pertamanya. Cerdas, periang, penurut dan juga penebar kebahagiaan. Senyumnya mengembang lebar, lalu mengusak rambut putra keduanya lembut dan menjawil hidung mancungnya.

"Iya, bagus banget! Jiji pinter banget ya" puji papa

Han jisung kecil berteriak kesenangan saat gambarnya dipuji. Berlari menuju kamar kakaknya dan melihatkan gambarnya. Brian juga ikut memujinya, mengatakan jika jisung benar-benar berbakat.

"Jiji hebat ya pa, bisa gambar. Brian ga bisa"

Geunhyun merasa sedih saat putra pertamanya mengatakan kesedihannya untuk pertama kali. Ia tak suka saat putra pertamanya itu merasa sedih dan kecewa.

"Loh kenapa gabisa?" Tanya papa

"Gatau, ga berbakat. Jiji hebat banget. Bisa matematika, membaca, menggambar, tes bahasa inggris dia juga bagus. Padahal masih TK" ucap brian

"Kamu lebih hebat bri" ucap papa

"Masa?" Tanya papa

"Iya, kamu hebat daripada siapapun dimuka bumi ini" ucap papa

"Beneran pa?" Tanya brian

Papa mengangguk, membuat putra pertamanya percaya ucapannya.

"Brian sayang papa!"

Seketika brian tersenyum lebar sambil memeluk papanya. Ini yang papanya suka. Melihat putra pertamanya tersenyum lebar dan tak bersedih.

"Papaaa. Liat gambal jiji. Baguth ga?" Tanyanya

Papa meliriknya sedikit, lalu menggeleng sebagai jawaban.

"Biasa aja, sama kaya kemarin"

"Eh? Kemalin kan gambal bunga, cekalang gambal pemandangan" protes jisung

"Sama ji! Udah kamu kesana! Jangan ganggu papa"

Jisung kecil tak mengerti kenapa papanya mengatakan jika gambarnya sama. Ini sangat berbeda! Jelas berbeda. Ia tak menerima awalnya, lalu brian mengatakan jika gambarnya bagus dan sama indahnya seperti yang kemarin. Jisung kecil tersenyum lebar. Merasa senang. Meski hanya brian yang memuji gambarnya kini.

Jisung kecil dan brian kecil tumbuh dan terus tumbuh. Brian yang terus disirami oleh pujian dari papa dan mamanya. Dan jisung yang selalu menjadi nomor 2 setelahnya. Jisung menerima semuanya. Toh benar. Kakaknya memang terbaik.

"Pa, kita ga bisa gini terus. Jiji juga harus diapresiasiin. Kemarin dia juara lomba biologi, setidaknya kita adain makan-makan diluar sekali" usul mama

"Nggak! Brian lagi mulai olimpiade matimatikanya, jangan ajak keluar dulu. Untuk apa juga makan-makan diluar? Dikasih ucapan selamat aja udah seneng anaknya" jawab papa

"Pa, sekali aja. Biarin jiji ngerasain di apresiasiin orang tuanya"

Geunhyun tertawa sarkas. Merasa ucapan istrinya adalah guyonan terbaik yang pernah ia dengar.

"Yang pantas untuk diapresiasiin itu brian. Liat dia! Punya sakit jantung pun dia masih ikut olimpiade. Bisa juara kelas tiap tahun. Dipercayai jadi ketua kelas tiap smester"

"Jisung itu normal. Anak kaya dia itu biasa aja dapet semua itu. Olimpiade itu kecil menurut dia karna dia normal. Juara kelas juga mudah menurut dia karna dia normal. Kalo dia jadi brian? Apa dia sanggup?" Ucap papa

"Pa, jiji juga anak kita. Normal atau nggaknya dia tetep anak kita. Brian punya kekurangan dan kelebihan. Jiji juga pa!" Ucap nyonya han

"Tch, kekurangan jiji ga sebanding sama brian! Kamu jangan pernah ngungkit atau bilang pujian berlebihan untuk jiji. Itu ga bagus untuk brian"

Cinta geunhyun lebih besar pada putra pertamanya. Hanya karna kekurangan yang dimiliki brian. Geunhyun takut kehilangan anaknya. Anak yang sudah biasa ia manja dan puji setiap harinya. Melupakan jika jisung juga darah dagingnya sendiri.

Saat brian menghadap tuhan, jujur geunhyun ingin ikut bersama brian. Ia tak sanggup jika hidup tanpa putra kebanggaannya. Ia terus menyalahkan jisung sebagai orang yang membuat putranya meninggal. Ia tak terima putranya pergi begitu cepat. 22 tahun hidup bersama. Geunhyun merasa seluruh hidupnya ada pada brian.

"Sadar geunhyun! Putramu bukan hanya brian! Jiji juga putramu!" Teriak nyonya han

Mendengar nama jisung diucap, membuatnya naik pitam. Anak itu yang membuat brian pergi. Anak itu yang membuat brian tertidur lelap dibawah tanah.

"Dia bukan anakku Lee jiyun!" Teriak geunhyun

Nyonya han aka Lee (Han) Jiyun tersentak kaget. Ia marah. Kenapa geunhyun secinta itu pada putra pertamanya? Wanita cantik itu menampar keras suaminya. Mencoba untuk menyadarkan suaminya.

"Sadarlah! Kumohon. Jangan seperti ini" lirihnya

Keduanya menangis didepan pusara brian. Sedangkan jisung remaja menatap mereka tak jauh dari pusara brian. Menangis sambil menutup kedua telinganya. Terus berucap maaf setiap detiknya.

🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂

Geunhyun melepas kacamatanya. Sedikit beristirahat setelah membaca laporan pegawai yang baru saja diberikan sekertaris. Ia merasa hari ini terlalu berat untuknya.

Ia mengambil telpon kantor, menekan beberapa nomor lalu menunggu nada sambung terdengar.

"Halo? Sekertaris jung, buat reservasi di restoran Hankuk malam ini untuk jam 8"

Geunhyun menghela nafasnya berat. Setelahnya ia mengangguk mantap lalu mengambil ponselnya. Menekan nomor cepat 1 dan menenunggu telponnya diangkat.

"Halo? Jiyun, berdandanlah yang cantik. Kita akan makan diluar malam ini. Restoran Hankuk. Telponlah jiji, kesana tepat jam 8"




TBC

Destiny [MINSUNG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang