Sejak beberapa hari yang lalu, Zidan memasang ayunan di taman belakang, dan sekarang sudah bisa digunakan. Ayunan tersebut sengaja Zidan pasang dengan tujuan agar taman belakangnya tidak terlalu sepi, karena di tamannya hanya ada satu padepokan kecil, satu bangku panjang, dengan beberapa bunga kamboja dan bunga-bunga lain, sedangkan tanah yang kosong masih lumayan lebar, itu sebabnya Zidan memasang ayunan, tentu saja atas persetujuan Abi dan Zahira.
Di tempat ini, di padepokan kecil nan sederhana, menikmati kopi dan teh hangat menjadi sangat menyenangkan ketika bisa dilakukan bersama-sama dengan anggota keluarga besar.
Ada Pak Ridwan, Zahira, Zidan, Ummi Ziya, Ummi Retno, Pak Hamzah.
Semua berkumpul di rumah Pak Ridwan, berkunjung untuk menjenguk atas kesembuhannya, ada Zain dan Zakia juga yang turut hadir, mereka ternyata sekarang sudah memiliki dedek bayi.Ternyata, waktu bisa merubah segalanya, termasuk merubah perasaan Zain kepada Zakia, dan mengikhlaskan Zahira bersama dengan Zidan, begitupun Zahira, sudah bisa ikhlas dan sudah menerima Zidan menjadi suaminya dengan sepenuh hati.
"Wah, lucu sekali, gemes." Mencubit pipinya pelan.
"Zahira kapan nyusul ? Biar Sofia punya temen main." Ucap Zakia, membuat Zahira bingung harus menjawab apa.
"Nunggu kakak Zahira lulus kuliah dulu ya ? Adek Sofia mau kan nungguin ?." Kata Zidan yang langsung merangkul bahu Zahira. Zahira langsung merasa tenang, ada malunya juga, tapi senyum tidak lepas dari wajahnya.
Kini mereka duduk melingkar di dalam padepokan, dengan makanan ringan dan teh hangat di tengahnya. Senja sudah mulai menampakkan keberadaannya.
"Saya dengar Zidan sudah punya rumah baru di Yogyakarta. Apa benar ?." Tanya Pak Hamzah kepada putranya, Zidan.
"Iya Bi, maafkan Zidan karena belum sempat memberitahu Abi sama Ummi."
"Halah, nggak papa. Abi turut senang mendengarnya." Jawab Pak Hamzah sambil tersenyum.
"Anak Pak Hamzah ini sungguh pekerja keras. Saya jadi ikut bangga." Pak Ridwan bersuara, menepuk pundak Zidan yang sedang duduk di sampingnya.
"Abi Ridwan ini bisa saja, Zidan bisa seperti ini juga karena dorongan dari Abi Ridwan dan motivasi dari Abi Hamzah juga." Jawab Zidan dengan nada sopannya.
"Zakia dan Zain sudah punya momongan loh, kapan kalian nyusul ?." Tanya Ummi Retno tiba-tiba.
"Ummi, kenapa harus terburu-buru ?." Melirik Zahira sekilas.
"Bukankah lebih cepat lebih baik ?." Kini giliran Ummi Ziya yang bersuara.
Percakapan ini membuat Zahira tidak nyaman. Rasanya, Zahira ingin pergi saja. Zidan pun juga demikian, akhirnya mereka berdua sama-sama diam. Suanana menjadi hening.
"Kapan kalian akan pindah resmi ke Yogyakarta ?." Pertanyaan Pak Hamzah berhasil menjadi penyelamat bagi Zahira dan Zidan dengan mengganti topik pembicaraan.
"Nunggu Zahira selesai kuliah dulu, nunggu persetujuan dari Abi Ridwan juga."
Suara tangisan Sofia meramaikan kumpulan sore ini. Zakia berusaha menenangkan putrinya dengan mengajak Sofia bermain ayunan, di ikuti Zain di belakangnya.
"Kami izin pergi sebentar ya Abi, Ummi. Mau menikmati senja berdua sama Zahira." Kata Zidan sambil melirik ke arah Zahira.
"Ehem, percaya yang lagi kasmaran." Celetuk Pak Hamzah membuat semuanya tertawa.
"Kan biar romantis, kayak Abi sama Ummi, kayak Zain dan Zakia juga." Menoleh ke arah ayunan tempat dimana Zakia dan Zain menenangkan bayinya.
"Tuh lihat, nak Zahira pipinya merah." Perkataan Ummi Ziya berhasil membuat Zahira memegangi pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Hati ✔️ (Part Lengkap)
Roman d'amourDihadapanmu aku lebih suka diam dan tidak banyak berkutik. Hanya saja dihadapan Tuhan, pada sujud terakhir di sepertiga malam, aku terus menceritakan nama yang entah hatinya untuk siapa, Berbisik hingga berisik mungkin membuat Tuhan terusik. Sebaga...