Jalan menuju rumah Zidan tidak terlalu berliku sehingga mudah untuk di ingat, dari tempat cafe lurus ke utara kemudian belok kiri beberapa kali. Ada rumah bertingkat diselatan jalan, itu rumah Zidan.
Zidan memarkirkan sepeda motor Zahira didepan rumahnya.
"Mau ngapain Zahira dibawa kesini?" Zahira yang sedari tadi keheranan karena Zidan tidak memberinya pernyataan apa-apa.
"Sudahlah ikut saja." Melepas helm yang dipakainya.
"Ada yang ingin Zahira tanyakan."
"Tanya apa? Kamu kok suka sekali bertanya? Heran."
"Kamu kemarin ngirim Zahira pesan katanya kamu mau kerumah Zahira bersama Ummi dan Abimu itu maksudnya apa? Zahira sudah mau menanyakan ini sedari tadi tapi belum ada kesempatan, jadi Zahira tanya sekarang."
"Oohh itu, tidak ada apa-apa." Jawabnya santai, seolah pesan yang dia kirim bukan hal yang penting. Zahira yang mendengar jawaban Zidan tampaknya memang sudah mengerti.
Rumah Zidan tampak elegan dengan cat berwarna putih. Dari rumahnya bisa terlihat bahwa Zidan bukan dari kalangan orang biasa, sangat bisa ditebak bahwa Zidan adalah anak dari keluarga orang terpandang.
"Tapi kenapa dia jarang sekali membawa kendaraan pribadi, entah itu motor atau mobil?." Batin Zahira, setelah mengetahui bahwa garasi yang berada disamping rumah Zidan terparkir dua sepeda motor juga dua mobil. Zahira hanya heran, kenapa Zidan tidak memakainya.
Zahira mengikuti langkah Zidan, ketika masuk kedalam rumah sama bagus seperti luarnya, nuansa vintage serta dominan warna putih semakin menambah kesan unik dan mewah.
Zahira melihat ada wanita yang sedang duduk diruang tamu, wajahnya sangat cantik meskipun usianya sudah tidak muda lagi, sifat ramahnya bisa dilihat dari sikapnya yang selalu tersenyum.
"Assalamu'alaikum Ummi." Kata Zidan penuh semangat kepada wanita yang sedang duduk dan asik membaca majalah tersebut.
"Wa'alaikumsalam." Dirasa ada yang mengganggu fokusnya, wanita itu menoleh.
"Eh Zidan." Lanjut wanita tersebut.
Melihat Zidan mencium tangan wanita itu, Zahira memberanikan diri turut mengikuti yang dilakukan Zidan.
"Siapa ini Zidan? Cantik." Memegang pipi Zahira.
"Oh ini kenalin Mi, namanya Zahira. Yang pernah Zidan ceritakan ke Ummi. Zahira kenalin ini Ummiku namanya Ummi Ziya." Zidan memperkenalkan secara bergantian.
"Oh Zahira, yang kata kamu suka makan cabai ?" Ummi Zidan memberi pernyataan .
"Suka makan cabai ? Untuk makan-makanan pedas saja Zahira nggak suka. Darimana ceritanya Zahira suka makan cabai. Dasar Zidan!." Batin Zahira, sambil melihat kearah Zidan.
"Zahira tante." Menjabat tangan ummi Ziya. Ummi Ziya membalas jabatannya.
"Kamu sudah makan siang Zahira?" Tanya Ummi Ziya kepadanya.
"Belum Mi, tadi dia selesai kuliah langsung Zidan ajak kerumah." Zidan menjawab pertanyaan yang sebenarnya bukan ditujukan kepadanya.
"Ya sudah, kalau begitu kamu ajak Zahira keliling rumah. Biar Ummi sama bibik masak dulu."
"Tidak perlu repot..."
"Ummi masak buat banyak orang bukan buat kamu saja." Belum sempat Zahira melanjutkan perkataannya, Zidan sudah memotongnya. Tapi apa yang dikatakan Zidan mungkin benar, Ummi Ziya memang tidak hanya memasak khusus untuknya. Zahira terlalu percaya diri hari ini.
Zidan mengantar Zahira kebelakang rumah, halamannya sama besar seperti halaman depan, terdapat padepokan kecil yang sepertinya biasa dijadikan tempat bersantai, ada dua kolam renang satu berukuran sedang dan satu lagi berukuran kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Hati ✔️ (Part Lengkap)
RomanceDihadapanmu aku lebih suka diam dan tidak banyak berkutik. Hanya saja dihadapan Tuhan, pada sujud terakhir di sepertiga malam, aku terus menceritakan nama yang entah hatinya untuk siapa, Berbisik hingga berisik mungkin membuat Tuhan terusik. Sebaga...