41 (2). Hati Penuh Haru

1.5K 139 8
                                    

Aku tidak bisa mengucap banyak janji, karena memang aku tidak bisa menjanjikan apa-apa, selain akan selalu ku usahakan apa-apa yang membuatmu bahagia.

"Kak Zidan." Kata Zahira pelan.

"Apa kamu juga ingin tahu kenapa aku menjengukmu hanya ketika malam hari dan itupun ketika kamu sudah tertidur ?."

Zahira menganggukkan kepala.

"Ada rahasia yang harus kembali ku ungkap kepadamu Zahira."

"Tolong, rahasia apapun itu, berceritalah."

"Aku bingung harus memulainya darimana?"

"Ini tentang Abi kamu Pak. Ridwan, sebenarnya selama 5 bulan ini beliau sedang menjalani pengobatan di Rumah Sakit Singapura, beliau sakit TBC. Aku ingin sekali memberitahumu, tapi Pak. Ridwan selalu melarang karena takut kamu sedih mendengar kabar yang kurang baik ini. Selama beliau sakit, beliau mengamanahkan bisnisnya kepadaku. Aku sangat bingung, Pak. Ridwan sakit, ingin sekali berada disamping beliau, bisa menemani beliau, tapi ada tanggung jawab perusahaan yang harus aku emban. Dari pagi sampai malam aku harus belajar mengenai perusahaan, bagaimana agar perusahaan bisa tetap berjalan meskipun sedang tidak ada Pak. Ridwan."

"Abi." Zahira menangis memanggil nama Pak. Ridwan.

"Kemudian aku mendengar kabar bahwa kamu kecelakaan, itu semakin membuat hatiku goyah, aku tidak punya waktu untuk menemani dan merawatmu, yang bisa ku lakukan adalah menghubungi suster setiap saat untuk menanyakan kabarmu, apakah kamu sudah makan? apakah kamu sudah minum obat? apa kamu bisa tidur nyenyak? dan lain sebagainya. Dan aku baru bisa menjagamu ketika malam hari sampai menjelang pagi, karena waktu yang kumiliki hanya sebatas itu. Maafkan aku."

"Tapi kenapa ponsel Kak Zidan susah sekali dihubungi?"

"Ketika jam kerja, aku tidak memegang ponsel, aku menghubungi suster yang merawatmu juga suster di Singapura yang merawat Pak. Ridwan lewat bantuan sekretaris perusahaan, dia yang menghubungi suster-suster itu atas permintaanku. Dengan begitu aku bisa mengetahui keadaan kamu juga Pak. Ridwan setiap waktu."

Zahira tidak menyangka, pengorbanan Zidan terhadap keluarganya ternyata sangat besar, dan Pak. Ridwan, iya beliau, kenapa menyembunyikan penyakitnya dari Zahira.

Zahira hanya bisa menangis mendengar pernyataa Zidan. Selama ini dia selalu berprasangka buruk kepada Zidan tanpa mengetahui apa yang sedang Zidan lakukan untuk membuatnya bahagia.

"Sekarang keadaan Abi bagaimana?"

"Perawatan beliau kurang 1 bulan."

"Zahira ingin bertemu Abi."

"Aku pun juga Zahira, tapi Pak. Ridwan tidak pernah memberitahu dimana beliau dirawat."

"Bukankah Kak Zidan punya nomor perawat yang merawat Abi ?"

"Benar, tapi ketika aku bertanya kepada suster tentang dimana keberadaan Pak.Ridwan, nama Rumah Sakitnya apa, suster pun tidak menjawab."

"Astagfirullah."

"Tenanglah, semua akan baik-baik saja Zahira. Kita do'akan yang terbaik untuk Pak. Ridwan, semoga proses penyembuhan beliau bisa berjalan dengan lancar dan beliau pun bisa kembali lagi dalam kehidupan kita."

"Zahira hanya takut jika Abi..." Rasa sedih, khawatir, cemas menyelimuti hati Zahira.

"Sudah jangan berpikir yang tidak-tidak. Nanti kita bantu Pak. Ridwan dari sini, kita bantu dengan do'a dan ikhtiar semaksimal mungkin. Bismillah.."

"Iya Kak."

"Sekarang ayo ikut aku." Pinta Zidan.

"Kemana?"

Imam Hati ✔️ (Part Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang