10. Kehadirannya Tak Terduga

1.4K 118 0
                                    

Entah hanya sebuah kebetulan atau memang sudah takdir yang digariskan Tuhan jika dia adalah pria pertama yang berhasil masuk dalam lingkungan keluargaku.

Perjalanan yang lumayan jauh telah ditempuh, tiba dirumah dengan selamat adalah suatu hal yang patut diucapkan dengan rasa syukur. Zahira membuka pintu sembari mengucapkan salam. Berjalan ke arah ruang tamu, seketika langkah kakinya terhenti saat melihat seorang laki-laki seumurannya sedang duduk sorang diri.

"Ngapaian disini?" Tanya Zahira dengan alis sebelah yang terangkat keatas menunjukkan raut wajah keheranan. Nampaknya Zahira mengenali pria tersebut.

"Ohh, ini tadi nak Zidan bantu Ummi. Ummi tadi habis belanja ke pasar terus barang belanjaannya banyak banget, Ummi nggak bisa bawa. Untung ada nak Zidan jadi Ummi dibantuin bawa sampai rumah." Saut Ummi dari arah dapur sambil membawa segelas minum untuk Zidan.

Laki-laki yang sedang diperhatikan Zahira sedari tadi diruang tamu adalah Zidan, seseorang yang pernah mengimaminya waktu sholat ashar, seseorang yang pertama kali mengantar Zahira pulang kerumah, juga laki-laki pertama yang akrab dengan Umminya. Entah hanya sebuah kebetulan atau memang sudah takdir yang digariskan Tuhan jika Zidan adalah pria pertama yang berhasil masuk dalam keluarga Zahira. Keakraban yang terjalin anata Ummi dan Zidan terkadang membuat Zahira merasa kurang nyaman.

"Kenapa bukan Zain yang akrab dengan ummi?" Kata Zahira membatin.

"Zahira!" Suara Ummi membuyarkan lamunannya.

"Iya Ummi ada apa?" Jawab Zahira dengan sikap senormal mungkin.

"Buruan ganti baju, kita makan siang bareng."

"Makan siang bareng? Enggak ah Ummi." Jawab Zahira berusaha menolak, bagaimana mungkin dia bisa makan bersama dengan seorang laki-laki yang masih asing baginya.

"Zahira tidak lupa kan bagaimana adab yang Rasulullah contohkan, bagimana kita harus bersikap kepada tamu?"

"Iya Ummi iyaa." Jawab Zahira sembari berjalan menuju kamar dengan langkah malas.

"Ummi tunggu dimeja makan." Kata Ummi sedikit berteriak, berharap Zahira yang telah berada dikamarnya bisa mendengar.

Zahira tidak membalas perkataan Ummi, dia hanya fokus pada pakaian yang dia kenakan. Rok hitam dengan baju berwarna abu-abu lengkap dengan jilbab berwarna senada terlihat sederhana tapi berhasil membuatnya tampak begitu cantik. Tapi bukankah dia selalu terlihat cantik setiap waktu, bukan karena ada seorang laki-laki bernama Zidan. Setelah beberapa menit termenung didalam kamar, Zahira tersadar kalau Umminya sedang menunggu di meja makan. Zahira memutuskan untuk menemui Ummi dan Zidan dimeja makan, karena Zahira tahu betul sikap Umminya, Ummi Zahidah tidak akan makan sebelum Zahira datang.

"Lama banget ganti bajunya? Kamu nggak perlu dandan udah cantik kok, bener kan nak Zidan?" Kata Ummi sambil mengangkat sebelah alisnya memberi kode kepada Zidan.

Mereka sudah duduk dimeja makan sedari tadi dengan piring yang telah tersedia di depannya.

"Iya Ummi benar." Jawab Zidan yang terlihat terkejut dengan pertanyaan Ummi.

"Ummi apaan sih? Siapa juga yang dandan? Biasanya Zahira juga kayak gini." Kata Zahira berusaha melakukan pembelaan.

"Bentar, sejak kapan Zidan manggil Ummi dengan sebutan Ummi. Biasanya kan tante?" Kata Zahira yang menyadari adanya keanehan pada Zidan.

"Sudah ayo duduk. Keburu nasinya dingin." Kata Ummi tanpa menjelaskan apapun kepada Zahira.
Mereka menyantap makanan yang telah tersedia, hanya bertiga saja. Karena Pak. Ridwan, Abi Zahira, pulang kerjanya sore bisa juga sampai larut malam bahkan terkadang tidak pulang.

"Zahira tolong ambilkan lauk itu." Kata Ummi sambil menunjuk lauk mana yang dimaksud.

"Ini Ummi?" Tanya Zahira sambil memegang piring lauk tersebut.

"Iya, itu ambilin buat nak Zidan." Kata Ummi lagi.

"Zidan bisa ngambil sendiri, dia punya tangan." Sambil meletakkan kembali piring yang sempat ia angkat.
Zidan yang mendengar sekaligus menyaksikan perdebatan yang terjadi diantara mereka, hanya diam sembari melanjutkan makan tanpa ada usaha untuk melerai.

"Ini cowok..." Batin Zahira ngedumel, melirik cowok yang sedang duduk di depannya.

"Zahiraa...." Kata Ummi sedikit memberi tekanan pada ucapan yang ia katakan.

"Iya Ummi iya..." Zahira luluh, dia mengambilkan lauk gurami bakar untuk Zidan dan manaruhnya diatas piring.

"Terimakasih Zahira.." Ucap Zidan tak lupa sembari tersenyum.

"Hhmmm..." Zahira menjawab dengan sedikit malas.

Selesai makan, mereka membereskan piring, gelas dan benda apapun yang telah terpakai, memindahinya ke dapur. Baik Zahira dan Zidan pun turut membantu.

"Biar Zidan aja yang nyuci piring Ummi." Kata Zidan berusaha menggantikan posisi Ummi Zahidah yang sedag mencuci piring saat ini.
Zidan memahami meskipun tamu adalah raja tapi dia tidak bisa seenaknya, bukan berarti dia tidak mengerti cara balas budi.

"Tidak perlu nak, biar Ummi aja."

"Biar Zidan saja, pliis Ummi." Dengan wajah memelas.

"Iya sudah kalau begitu. Terimaksih nak Zidan"

Ummi berlalu meninggalkan Zidan yang sedang mencuci piring didapur. Ummi berjalan menuju ruang tamu yang dimana Zahira sedang berada disana. Ummi melihat Zahira yang sedang menata buku kemudian memasukkannya kedalam kardus.

"Buat apa buku itu nak?" Kata Ummi yang sedang kebingungan.

"Buat acara baksos besok Mi." Jawab Zahira tanpa menoleh dan terus menata buku kedalam kardus.

"Mau Ummi bantu?" Kata Ummi menawarkan diri.

"Nggak perlu Ummi, ini sebentar lagi juga selesai." Sembari fokus menata bukunya kedalam kardus.

"Ya sudah kalau begitu." Duduk disofa yang dekat dengan Zahira.

Ummi memperhatikan anaknya, mengingat masa-masa kecilnya yang dulu ditimang-timang dengan kasih sayang sekarang sudah tumbuh dewasa, yang dulunya masih terbata-bata ketika berbicara sekarang sudah sangat fasih bahkan terkesan banyak bicara, yang dulunya ketika berjalan harus digandeng biar tidak jatuh sekarang sudah bisa berjalan bahkan berlari kencang. Dunia berputar begitu cepat, bahkan lebih cepat dari yang Ummi Zahidah bayangkan.

"Ummi.." Melirik Umminya yang sedang melamun.

"Iya.." Jawab Ummi singkat.

"Ummi kenapa ngelamun? Lagi mikirin apa?" Menghentikan aktifitasnya sementara, kemudian duduk disebelah Umminya.

"Lagi mikirin anak Ummi, makin dewasa makin cantik." Mengusap lembut kepala Zahira.

"Secantik-cantiknya Zahira lebih cantik Ummi." Goda Zahira, membuat Ummi tersenyum.

"Ummi!" Panggil laki-laki tersebut, bisa dibilang dia datang disaat yang tidak tepat.

"Zidan sudah selesai nyuci piringnya." Tutur Zidan.

"Waahh terimakasih. Nak Zidan baik sekali" Puji Ummi.

"Bentuk balas budi Zidan Ummi, karena di perbolehkan makan gratis disini, hehehe."

"Ahh nak Zidan bisa saja."Jawab Ummi.

Waku menunjukkan pukul 13.30 WIB, satu jam sudah Zidan bertamu kerumah Zahira. Setelah berbincang-bincang lumayan lama dengan Ummi, Zidan pamit untuk pulang. Tidak baik juga bertamu lama-lama mengingat jam sudah memasuki waktu tidur siang.

Jazakumullah sudah baca sampai part 10 ini, semoga semakin suka dengan alur ceritanya. :)
Ditunggu silaturahimnya di kolom komentar yaa temen-temen. :)

Imam Hati ✔️ (Part Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang