Hamba lemah jika tanpa kasih sayang dariMu, hamba rapuh jika tanpa berpegang teguh kepadaMu, maka peluklah hamba dengan cinta dan kasih sayangMu.
Hari ini adalah hari yang dinanti-nantikan bagi Zahira, tapi keputusannya mengubah jalan hidupnya. Hari ini hari yang sangat membahagiakan bagi Zakia. Entah itu ada hati yang harus merelakan dan mengikhlaskan. Dibalik kesedihan yang harus dipendam pada masing-masing orang,s emua harus terlihat bahagia penuh tawa dibalik topeng wajah yang harus terpasang dengan baik, terutama bagi ZahIra.
Pernikahan impian yang semula dipersiapkan dengan sangat suka cita kini berujung suka terdapat duka, kesedihan terpendam bersama air mata yang tertahan.
Zahira mengunjungi Zakia yang sedang berada diruangan untuk dirias, Zahira menatap wajah Zakia dari pantulan cermin. Zahira harus menghikhlaskan gaun kebaya yang dia pilih sendiri untuk dipakai oleh orang lain, dari warna kesukaan Zahira, make up yang tidak terlalu tebal, semuanya harus ia ikhlaskan untuk orang lain. Zakia terlihat benar-benar cantik, dengan gaun kebaya berwarna soft pink serta jilbab berwarna senada dengan mahkota kecil di kepalanya.
"Masyaa Allah. Kamu sangat cantik Zakia." Berdiri dibelakang Zakia setelah perias keluar dari ruangan.
Zakia yang mendengar suara Zahira perlahan membuka matanya dan menghadap kearah cermin. Dia tersenyum melihat bayangannya sendiri."Kamu sudah siap Zakia, kalau sudah mari kita keluar." Zahira melanjutkan perkataannya.
"Bismillah." Jawab Zakia sambil berjalan keluar ruangan dibantu Zahira. Meskipun Zakia masih belum bisa berjalan dengan normal, masih harus dibantu dengan tongkat, meskipun seperti itu tidak mengurangi kecantikan Zakia sedikitpun.
Semua pasang mata menatap Zakia dengan penuh kekaguman.
"Nak Zain, apakah kamu sudah siap?" Tanya pak penghulu.
Zain tidak memberi jawaban. Lelaki itu seolah tak mendengar, tatapannya kosong, entah apa yang ada dalam pikirannya, mungkinkah dia tidak bisa melanjutkan pernikahan dengan gadis yang bukan pilihannya tersebut.
"Nak Zain, apakah kamu sudah siap?" Ulangnya kembali bertanya.
Zahira melirik Zain dengan penuh harap, seakan memohon agar Zain mau menerima pernikahan ini.
"Saya siap." Ucap Zain seketika.
Zahira menyaksikannya ketika tangan Pak Ridwan alias Abinya menjabat tangan Zain. Atas permintaan Zahira sendirilah agar Pak Ridwan mejadi penghulu bagi Zakia dan Zain."Saya nikahkan engkau Ahmad Zain bin Hamzah dengan ananda Zakia binti almarhum Malik dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan perhiasan dua puluh gram dibayar tunai."
"Saya terima nikah dan kawinnya Zakia binti almarhum Malik dengan mas kawin tersebut di bayar tunai." Zain melafadzkan ijab qabul dengan perlahan tapi pasti dengan suara yang sedikit parau.
"Bagaimana para saksi?"
"SAH!"
Ummi menggenggam erat kedua tangan putrinya, sedang Zulfa memegang pundaknya. Kolaborasi yang baik antara ibu dan sahabat untuk saling menguatkan Zahira. Pak Ridwan menoleh kearah putrinya, setetes demi tetes air mata membasahi wajah putrinya. Sungguh, orang tua mana yang rela melihat putrinya dalam kondisi seperti ini. Menyadari bahwa Abinya sedang memperhatikannya, Zahira langsung mengusap air matanya dan menghiasainya dengan tersenyum.
"Barakallahu laka wa baaroka'alaika wa jama'abainakumma fii khoir." Ucap semua orang mendo'akan, termasuk Zahira.
Setelah berdo'a tak sengaja Zahira memandang Zidan, begitupun sebaliknya. Zidan memberi kode kepada Zahira agar Zahira keluar ruangan bersamanya. Zahira mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Hati ✔️ (Part Lengkap)
RomanceDihadapanmu aku lebih suka diam dan tidak banyak berkutik. Hanya saja dihadapan Tuhan, pada sujud terakhir di sepertiga malam, aku terus menceritakan nama yang entah hatinya untuk siapa, Berbisik hingga berisik mungkin membuat Tuhan terusik. Sebaga...