Lain kali kasih kabar. Aku yakin memberi kabar sebentar tidak akan menyita banyak waktumu.Waktu menunjukkan pukul 03.00 WIB. Dimana kebanyakan orang masih terlelap karena merasa lelah dengan segudang aktifitas yang telah dikerjakannya dari pagi sampai sore, termasuk Zahira. Tapi sebagai bentuk rasa syukur dan mendekatkan diri kepada Allah, alangkah baiknya jika seseorang bisa bangun di sepertiga malam untuk menunaikan sholat malam.
"Pukul 03.00 WIB." Zidan baru saja membuka mata, melihat sekilas jam yang tertempel di dinding.
Zidan keluar dari kamar tamu yang menjadi tempat tidurnya, memberanikan diri untuk mengetuk pintu kamar Zahira, berkali-kali Zidan mengetuknya tapi tidak ada jawaban. Zidan mencoba membuka pintu kamarnya ternyata tidak dikunci, dengan langkah sungkan Zidan memasuki kamar Zahira, melihat Zahira yang masih terlelap membuat Zidan tidak tega hati untuk mengusik tidurnya tapi bagaimanapun Zidan harus membangunkannya.
"Zahira bangun." Berjongkok, berharap agar Zahira bisa mendengar suaranya.
"Zahira, bangun." Untuk kedua kalinya, Zahira masih belum bangun.
"Zahira, Zahira." Menyentuh lengan Zahira, membuat Zahira terbangun. Masih dalam keadaan setengah sadar.
"Kata Abi, kamu suka sholat malam. Barangkali kamu mau sholat, aku bisa menjadi imam kamu." Kata Zidan menawarkan diri, sadar bahwa kini dirinya adalah suami Zahira, sudah menjadi tanggung jawab seorang suami mengajak istri dalam hal kebaikan.
Zahira terdiam, mencari jawaban yang tepat.
"Zahira sholat malam sendiri saja, Kak Zidan silahkan sholat duluan."
"Baiklah." Setelah menjawab Zidan lekas mengambil air wudhu kemudian sholat malam di kamar tamu. Sedangkan Zahira sholat malam di kamarnya.
Setelah menunaikan sholat malam, di tempat yang berbeda dengan tujuan yang sama, keduanya sama-sama merapalkan do'a-do'a sambil menunggu adzan subuh berkumandang.
Setelah sholat subuh, Zahira ketiduran dengan mukenah yang masih melekat ditubuhnya. Zahira baru terbangun ketika jam menunjukkan pukul 05.30 WIB.
"Astaghfirullah." Melihat jam yang menempel di dinding kamarnya kemudian dengan langkah kaki terburu-buru Zahira menuju ruang dapur, niat hati ingin memasak untuk Abi dan juga Zidan. Tapi alangkah terkejutnya Zahira ketika makanan sudah tersedia dimeja makan.
"Sudah bangun?" Tanya Zidan yang sedang membawa piring untuk diletakkan dimeja makan.
"Ini yang masaak?" Jari telunjuknya menunjuk sosok Zidan.
Zidan hanya mengangkat alis tanda mengiyakan.
"Kok bisa?" Tanya Zahira masih tidak percaya.
"Kamu kira laki-laki sepertiku tidak bisa masak?"
Zahira hanya diam tidak bertanya ataupun menanggapi.
"Sudah, ayo makan dulu."
"Zahira mau mandi dulu saja, Kak Zidan silahkan makan duluan tidak apa." Zahira berlalu meninggalkan Zidan di meja makan sendirian. Zidan yang mendengar pernyataan dari Zahira membalasnya dengan tersenyum.
Setelah Zahira selesai bersiap, dia kembali ke meja makan. Disana sudah ada Zidan dan juga Pak Ridwan yang sedang sarapan bersama. Melihat kedatangan Zahira, Pak Ridwan menyuruhnya untuk duduk dan ikut sarapan bersama. Tapi Zahira menolak dan lebih memilih untuk berangkat ke kampus lebih awal.
"Mau aku antar?" Tawar Zidan.
"Tidak perlu, nanti merepotkan Kak, eh Mas, nanti merepotkan Mas Zidan. Lagipula Mas Zidan habis ini mau berangkat kerja sama Abi kan?" Mas, iya benar. Zahira memanggil Zidan dengan sebutan Mas jika dihadapan Pak Ridwan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Hati ✔️ (Part Lengkap)
RomanceDihadapanmu aku lebih suka diam dan tidak banyak berkutik. Hanya saja dihadapan Tuhan, pada sujud terakhir di sepertiga malam, aku terus menceritakan nama yang entah hatinya untuk siapa, Berbisik hingga berisik mungkin membuat Tuhan terusik. Sebaga...