29. Dia Kembali

1K 117 3
                                    

Antara mempertahankan atau melepaskan.
Bisakah kedua pilihan tersebut tidak mencipta sakit hati jika dipilih?

Malam hari ketika Dokter memeriksa keadaan Zain. Dokter menyatakan bahwa kondisi Zain semakin membaik, ada peningkatan. Tangannya sudah bisa merespon. Tak lama Zain sadar dari komanya.
Pihak keluarga sangat bahagia, terlebih-lebih ucapan syukur tak lupa untuk terlantun. Setelah dua minggu lebih berikhtiar, akhirnya Tuhan mendengar dan mengabulkan.

"Zain, alhamdulillah nak kamu sudah sadar." Ummi Retno mengusap lembut rambut Zain, air mata bahagia menetes di kedua pipi karena melihat anaknya bisa kembali membuka mata dan kembali dalam pelukan keluarga. Kebahagiaan yang tiada tara.

"Alhamdulillah Ummi, atas izin Allah. Semangat, dukungan dan do'a dari kalian semua. Terimakasih banyak." Zain yang mendengar perkataan dan melihat perilaku Umminya hanya merespon dengan senyuman.
Disisi lain, hari ini Zakia sudah bisa melihat kembali. Operasi matanya berhasil.

"Zahira, bisa antarkan aku ke ruangan Zain?" Pinta Zakia ketika Zahira sedang duduk menemani Zakia di ruangannya.

"Iya Kak, Zahira antar." Jawab Zahira sambil menyiapkan kursih roda untuk Zakia.

Sesampainya di ruangan Zain, semua berkumpul, Pak Hamzah, Ummi Retno, Ummi Ziya dan juga Zidan. Tampak wajah kebahagiaan terpancar dari mereka.

Zain, dia juga tampak tersenyum ketika mendapati seseorang yang baru saja masuk ke dalam ruangannya adalah Zakia dan Zahira.

"Zain, alhamdulillah kamu sudah sadar. Aku senang melihatnya." Ucap Zakia, setelah Zahira menghentikan laju kursih roda Zakia tepat disamping kabin Zain.

"Alhamdulillah, terimakasih Zakia." Pandangan mata Zain mengarah kepada Zahira.

"Kak Zain, semoga lekas sembuh dan bisa berkumpul bersama keluarga lagi." Kata Zahira.

"Aamiin, terimakasih Zahira." Jawab Zain.

Wajah itu, wajah yang sudah berbulan-bulan tidak terlihat, yang mampu mencipta kerinduan pada benak hati paling dalam. Seakan ingin mengatakan sangat rindu, tapi bibir tidak mampu. Seperti ada jarak dalam keduanya, tentang hati lain yang harus dijaga agar tidak patah. Hati lain tersebut adalah hati milik Zakia yang memendam perasaan terhadap Zain.

"Boleh tinggalkan kami bertiga disini, Zain, Zahira sama Zidan." Ucap Zain kepada mereka semua yang ada dalam ruangan.

"Kenapa? Kenapa harus bertiga? Zakia nggak diajak?" Tanya Zakia heran.

"Tolong Zakia, sebentar saja." Pinta Zain.

"Ayo Zakia." Ajak Ummi Retno sambil mendorong kursih roda Zakia menuju keluar ruangan di ikuti yang lain.
Zakia mengangguk menurut, dengan hati yang dibalut rasa penasaran, membiarkan Ummi Retno mendorng kursih rodanya menjauuhi Zain, Zahira dan Zidan.

Dan kini, di dalam ruangan hanya ada mereka bertiga.

"Ada apa Zain?" Tanya Zidan yang berada di sebelah kiri kabin Zain.

"Maaf Zidan, saya harus menyangkut pautkan kamu. Sebenarnya saya hanya ingin berbicara dengan Zahira."

"Ohh, aku paham. Baiklah, silahkan kalian berdua berbicara. Anggap saja aku tidak bisa mendengar perkatan kalian." Zidan berjalan menuju kursih yang terletak agak jauh dari kabin Zidan, yang berfungsi sebagai kursih tunggu.

"Maaf Zidan, terimakasih." Ucap Zain.

Zidan mengangkat jempol kanannya. Berjalan menuju sofa panjang yang terletak di dalam ruangan tapi berada paling pojok.

"Ada apa Kak Zain?" Tanya Zahira ketika Zidan sudah menjauh.

"Saya senang bisa melihat kamu lagi." Kata Zain tersenyum dengan posisinya yang masih terbaring.

Imam Hati ✔️ (Part Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang