Ya Allah, bantulah aku untuk menerima takdir ini. Semoga saja pintu rahmat dan cintaMu masih terbuka untukku. Maafkanlah, karena seringkali aku merasa resah dan gelisah terhadap takdir yang akan Engkau beri kepadaku, sebab itu baru kusadari bahwa pencarianku dalam mengenalMu tenyata belum sempurna.
Tidak ada resepsi, tidak banyak tamu undangan, hanya keluarga dan teman-teman terdekat. Ada Zakia dan Zain juga turut hadir. Tidak ada baju mewah, pesta megah, semuanya serba sederhana dan apa adanya. Permintaan Zahira yang disepakati oleh semua pihak, baik dari Zidan, Pak Ridwan maupun keluarga Pak Hamzah..
Cincin yang disematkan dijari Zahira adalah cincin yang dibelikan Zidan dihari ulang tahun Zahira waktu itu.Tangan Zidan berjabat dengan tangan Pak Ridwan. Zahira memantabkan hati. Prosesi akad berjalan dengan khidmat, kata "sah" terucap dari saksi dan sebagian para tamu undangan yang hadir. Menandakan bahwa Zahira telah resmi menjadi istri Zidan. Ungkapan selamat & do'a membanjiri keduanya.
Beginilah penampilan Zahira dan Zidan di hari pernikahan mereka.
Di depan teras ditemani warna keemasan dari senja, Zidan duduk sendirian sambil termenung, entah apa yang memenuhi isi kepalanya. Apakah keputusan untuk menikahi Zahira adalah keputusan yang terbaik? mungkin seperti itu yang sedang mengganggu pikirannya.
"Zidan, kenapa disitu?" Tanya Pak Ridwan yang baru saja dari ruang tamu.
"Tidak kenapa-napa Om." Sapaan Pak Ridwan membuyarkan lamunan Zidan.
"Kok Om? Panggil saja Abi, biar sama kayak Zahira. Kesinilah, ada yang ingin saya bicarakan." Sambil melambaikan tangan.
"Baik Om, eh Abi." Berjalan menuju ruang tamu kemudian duduk di sofa samping Pak Ridwan.
"Zahira, buatkan Abi sama Zidan kopi."
"Baik Bi." Pak. Ridwan berkata sedikt berteriak, sehingga Zahira yang sedang ada di dapur bisa mendengar.
Tak lama Zahira datang membawa dua gelas yang berisi kopi pesanan Abinya.
"Ada yang ingin Abi bicarakan sama kalian berdua." Memandang kearah Zidan kemudian Zahra.
"Tentang apa Bi?" Tanya Zahira penasaran.
"Abi semakin hari semakin tua, bisnis Abi harus punya penerus. Selama ini Zahira tidak ada keinginan untuk terjun di dunia bisnis. Berhubung sekarang Zahira sudah menikah dan sudah punya suami, bisnis Abi biar Zidan saja yang meneruskan. Nanti Abi bimbing pelan-pelan. Itupun kalau nak Zidan bersedia. Bagaimana?"
"Kalau Zahira setuju-setuju saja, asal Kak Zidan bersedia."
"Mas Zidan Zahira, masa' istri manggil suaminya Kakak." Pak Ridwan berpendapat.
"I i iya Abi." Kata Zahira gugup.
"Tidak perlu dipermasalahkan Abi, toh hanya panggilan. Lagipula saya tidak keberatan dipanggil Kakak, terserah Zahira saja nyamannya manggil saya apa." Kata Zidan membela Zahira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Hati ✔️ (Part Lengkap)
RomanceDihadapanmu aku lebih suka diam dan tidak banyak berkutik. Hanya saja dihadapan Tuhan, pada sujud terakhir di sepertiga malam, aku terus menceritakan nama yang entah hatinya untuk siapa, Berbisik hingga berisik mungkin membuat Tuhan terusik. Sebaga...