Alangkah indahnya jika engkau menemukan sebuah hati yang tidak pernah menuntut apa-apa darimu kecuali hanya sebatas keinginan melihatmu dalam keadaan bahagia, dalam keadaan baik-baik saja.
Pak Ridwan menonton TV di ruang tengah karena sekarang ada siaran dimana club kebanggaannya sedang bertanding.
Sedangkan Zahira harus nugas, Zidan juga harus menyelesaikan pekerjaannya, jadi Pak Ridwan menonton TV sendirian.
Sesekali Zidan menguap karena sekarang waktu menunjukkan pukul 22.30 WIB. Beberapa lampu di ruang tamu dan ruangan yang lain nampaknya juga sudah padam, Pak Ridwan juga sepertinya sudah tertidur, Zidan yakin bahwa Zahira juga mungkin sudah tertidur setelah menyelesaikan tugasnya.
Untuk beberapa menit Zidan meregangkan ototnya, kemudian Zidan kembali fokus memperhatikan beberapa dokumen yang harus ia pelajari, dengan mata yang sudah tinggal beberapa watt saja.
Zidan tersentak kaget ketika dengan tiba-tiba tubuhnya merasakan kehangatan, kepalanya sedikit berat dari sebelumnya. Zidan mendogakkan kepalanya keatas.
"Capek ?." Tanya Zahira.
Ternyata, kehangatan yang dirasakan Zidan berasal dari dekapan tangan Zahira, kepalanya berat karena harus menopang dagu Zahira. Tapi jujur, Zidan sangat senang mendapat perlakuan seperti ini dari Zahira.
"Iya, sedikit."
"Kalau capek ya istirahat dulu." Kata Zahira.
"Iya Zahira." Tangan kanannya mengusap lembut punggung kedua tangan Zahira yang ada di perutnya.
"Mas Zidan mau tahu nggak, apa keinginan Zahira ?." Dengan posisi yang masih sama.
"Apa ?."
"Pada setiap lelahmu, aku ingin menjadi orang yang paling ingin engkau temui." Ucap Zahira sambil berbisik di telinga Zidan, kemudian beralih duduk disamping Zidan.
"Kamu berhak mengingatkan jika diri ini suka marah-marah dan lupa menjadi selayaknya laki-laki, yang sudah seharusnya menjadi penenang dan pelindung wanitanya untuk segala riuhnya hidup di bumi." Zidan mengusap lembut puncak kepala Zahira.
"Duh, capek." Alibi Zidan, kemudian menyandarkan kepalanya di pundak Zahira.
"Mana yang capek ?."
"Ini." Menunjukkan tangan kanannya mendekat ke wajah Zahira.
"Sini, Zahira pijitin." Tawar Zahira kepada Zidan.
"Enggak mau di pijit." Tolak Zidan.
"Terus di apain ?." Zahira bingung.
"Di genggam." Goda Zidan.
"Gimana ? Seperti ini ?." Zahira menggenggam tangan kanan Zidan, dengan posisi Zidan yang masih menyandar di pundaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Hati ✔️ (Part Lengkap)
RomanceDihadapanmu aku lebih suka diam dan tidak banyak berkutik. Hanya saja dihadapan Tuhan, pada sujud terakhir di sepertiga malam, aku terus menceritakan nama yang entah hatinya untuk siapa, Berbisik hingga berisik mungkin membuat Tuhan terusik. Sebaga...