03. Bukan Sosok Spesial

3.1K 269 1
                                    

Perihal apa-apa yang dikerjakan dengan ikhlas sepenuh hati karena Allah, maka insyaa Allah akan memperoleh pahala juga menjadi berkah.

Selang beberapa menit, mereka akhirnya sampai di Jln. Anggrek. Berhenti didepan rumah bernomor 24. Zahira memarkirkan sepedanya dipelataran rumah, sedang Zidan memarkirkan sepedanya di pinggir jalan. Zahira melangkah menuju pintu rumah di ikuti Zidan dibelakang.

"Assalamu'alaikum Ummi. Zahira pulang." Teriak Zahira sambil mengetuk pintu.

"Wa'alaikumsalam, iya nak tunggu sebentar." Ummi berjalan membukakan pintu.

"Eh, kamu sama siapa nak?" Tanya Ummi ketika melihat Zahira dan seorang laki-laki yang berada di samping Zahira.

"Kenalin Tante, saya Zidan." Mencium tangan Ummi Zahidah.

"Oh nak Zidan, terimakasih sudah mengantar Zahira pulang." Tak lupa senyuman terus terukir dibibir Ummi.

"Iya Tante sama-sama. Saya pamit pulang dulu."

"Nak Zidan tidak mampir dulu? Biar Ummi buatkan minum." Dengan nada lemah lembutnya.

"Ngapain sih Mi disuruh mampir? Lagipula Zidan masih ada urusan. Iya kan Zidan ?" Ucap Zahira sembari memberi kode kepada Zidan agar mengiyakan perkataanya barusan.

"Tidak boleh seperti itu Zahira, itu tidak baik." Ummi menyadari gelagat aneh dari anaknya terhadap Zidan.

"Terimakasih Tante sebelumnya, tapi maaf, apa yang dikatakan Zahira memang benar saya ada urusan. Untuk saat ini saya belum bisa mampir, tapi kapan-kapan pasti saya akan mampir Tante."

Mendengar jawaban Zidan, Zahira mengeluarkan nafas panjang.

"Iya sudah tidak apa-apa nak Zidan. Pintu rumah Tante selalu terbuka untuk nak Zidan."

"Terimakasih banyak Tante. Saya pamit." Zidan pamit setelah mencium tangan Ummi Zahidah.

Setelah kepulangan Zidan, Ummi Zahidah tak henti-henti meledeki Zahira dengan mengatakan bahwa Zahira memiliki hubungan dengan laki-laki tersebut. Sedetail apapun Zahira menjelaskan kepada Umminya perihal Zidan, tetap saja Umminya tidak menghiraukan penjelasan Zahira. Dan ini sungguh membuat Zahira tidak nyaman. Sedangkan Umminya sangat suka jika Zahira terpojokkan.

"Daripada Zahira harus menjawab pertanyaan Ummi yang aneh-aneh, mending Zahira mandi." Katanya dalam hati.

Meskipun Zahira telah berusaha untuk menghidar dari ledekan Umminya, tapi tetap saja Ummi Zahidah bersikap jahil, sampai Zahira ke kamar mandi pun di ikuti.

"Ciee, siapa tadi. Pacar ya?" Ledek Ummi Zahidah dari luar pintu kamar mandi.

"Bukan Ummi, tadi itu cuma teman. Pak Husen ketua pelaksana dari event yang Zahira datangi tadi nyuruh Zidan buat nganter Zahira pulang. Zahira sudah nolak tapi dipaksa terus sama Pak. Husen." Pembelaan Zahira yang sedang berada didalam kamar mandi.

"Zahira ngeles mulu." Balas Ummi Zahidah sambil terkekeh.

"Tahu ah Mi." Jawab Zahira dengan nada kesal. Dia tidak suka dipojokkan terus menerus oleh Umminya.

Berstatus sebagai anak tunggal membuat Zahira sangat dekat dengan Umminya, terlebih Zahira adalah seorang perempuan. Pak. Ridwan, Abi Zahira, sibuk dengan bisnisnya. Dari pagi sampai sore, bahkan malam hari Pak. Ridwan gunakan untuk bekerja. Meskipun begitu, kasih sayang Pak. Ridwan terhadap putrinya tidak berkurang, pun sebaliknya, kasih sayang Zahira terhadap Abinya juga tidak berkurang.

Tidak lama kemudian suara adzan maghrib berkumandang, aktivitas hari ini cukup membuat Zahira sedikit kelelahan. Tapi semangat untuk menjalankan kewajiban sholat tetap tidak luntur. Zahira percaya, perihal apa-apa yang dikerjakan dengan ikhlas sepenuh hati karena Allah maka insyaa Allah akan memperoleh pahala juga menjadi berkah.

Imam Hati ✔️ (Part Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang