43. Ke Rumah Semula

1.3K 139 3
                                    

Terimakasih sudah diberi kesempatan untuk bisa kenal kamu. Terimakasih sudah diberi kesempatan untuk bisa miliki kamu.

Setibanya di rumah, mereka berkemas untuk kembali ke rumah lama dan akan meninggalkan Yogyakarta untuk sementara, karena masih banyak yang harus di selesaikan di rumah yang lama sebelum akhirnya resmi menempati rumah yang baru.

"Kak Zidan sudah telepon Bi Inah, ngasih tahu kalau hari ini kita pulang ?." Baru saja keluar dari kamar sambil menarik koper.

"Iya ini baru mau telepon." Menekan tombol nomor telepon rumah.

Setelah menelpon Bi Inah, mereka berdua menaiki mobil, Zidan menyetir dan Zahira duduk disampingnya. Jujur, ini pertama kali bagi Zidan bisa naik mobil berdua dengan Zahira. Hatinya berbunga-bunga, hal itu bisa dilihat dari raut wajahnya yang selalu tersenyum.

Tetatpi, selama bebrapa menit perjalanan, hanya ada keheningan dari keduanya, hingga Zidan memberanikan diri untuk bersuara.

"Zahira ?." Kata Zidan pelan.

"Iya ?." Menoleh, menghadap kearah Zidan sebentar.

"Enggak, nggak jadi." Jawab Zidan.

"Ada apa ?." Tanya Zahira penasaran.

"Enggak, nggak jadi."

"Kak ? Kenapa ?." Desak Zahira, ia yakin ada yang ingin Zidan katakan kepadanya.

"Enggak, nggak ada apa-apa."

"Jangan bohong !." Zahira mulai kesal.

"Enggak, siapa yang bohong ?."

"Terus tadi manggil Zahira kenapa ?."

"Nggak papa, pengen manggil aja."

"Kan, Kak Zidan nggak jelas." Dengan ekspresi datar.

"Nggak papa nggak jelas, yang penting perasaanku ke kamu jelas."

"Kak Zidan bisa aja." Zahira tersenyum sambil tersipu malu, pandangannya menuju ke luar kaca mobil untuk menutupi rasa malunya agar tidak terlihat begitu salah tingkah. Zidan yang melihat tingkah Zahira membuatnya ingin ketawa gemas.

"Jangan tersenyum !." Kata Zidan lagi.

"Kenapa gitu ? Bukankah tidak ada larangan untuk jangan tersenyum ?." Tanya Zahira penasaran.

"Aku lagi nyetir, nanti aku bisa gagal fokus gara-gara senyuman kamu."

"Kak Zidan selalu ada-ada saja. Ya sudah, Zahira diam."

"Terimakasih sudah diberi kesempatan untuk bisa kenal kamu. Terimakasih sudah diberi kesempatan untuk bisa miliki kamu." Zidan berkata pelan.

"Kak Zidan ngomong sama Zahira ?." Ternyata Zahira mendengarnya dengan jelas.

"Enggak, jangan kePD-an jadi orang, aku lagi ngomong sama Tuhan."

"Kalau begitu nggak perlu di ucapin, kan bisa ngomong dari hati ?."

"Nggak papa, biar kamu denger juga."

"Terus kalau Zahira sudah dengar ?."

"Ya biar kamu tahu kalau aku bersyukur punya kamu, biar kamu tahu kalau kamu tidak pernah terlewat dalam setiap doa-doaku."

Rasanya Zahira ingin terbang saja.

"Kalau Zahira nggak mau di kasih tahu gimana ?."

"Ya nggapapa, itu hak kamu buat nggak mau tahu."

"Kak Zidan nggak marah ?."

"Kenapa marah ? Semenjak aku memutuskan untuk menaruh hati kepadamu itu berarti hatiku telah menjadi milikmu. Dan sejak awal aku sudah menjalani konsekuensi bahwa ketika jatuh cinta ialah harus siap patah dan terluka."

Imam Hati ✔️ (Part Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang