04. Sahabat Fillah

2.8K 215 9
                                    

Sekian untuk kebersamaan yang hanya sebentar.
Semoga rindu mampu memendam lebih sabar.

Di ufuk timur, mentari mulai muncul. Sinarnya yang hangat mampu memberi semangat bagi manusia untuk mulai beraktifitas. Waktu menunjukkan pukul 06.00 WIB. Terdengar suara berisik yang mengusik tidur Zahira, keluar dai kotak kecil berwarna merah muda yang disebut dengan jam beker atau alarm. Setelah mendengar suara itu, dia terbangun.

"Astagfirullah, sholat subuh." Bergegas mengambil air wudhu, Zahira bangun kesiangan.

Hari ini tanggal merah, hari libur kuliah juga kerja, tepatnya hari minggu. Hari yang dinanti-nantikan bagi seorang mahasiswi seperti Zahira. Karena di hari inilah Zahira bisa berkumpul bersama keluarganya. Membayar hari-hari sebelumnya yang telah tersita karena kesibukan masing-masing.

Setelah membersihkan rumah bersama, mereka memutuskan untuk sarapan bersama. Kali ini Ummi Zahidah memasak makanan lumayan banyak, termasuk makanan kesukaan Zahira dan Pak. Ridwan.

"Ummi kenapa pinter banget urusan masak memasak." Goda Zahira kepada Umminya.

"Kamu nanti juga harus pinter masak, biar bisa masakin buat suami kamu nanti." Jawab Ummi Zahidah tak kalah menggoda.

"Apa'an sih Ummi?" Terlihat raut wajah kesal Zahira.

"Apa Ummi salah, bicara seperti itu? Sudah, ini kamu taruh di meja makan."

Tanpa membantah, Zahira mengiyakan perintah dari Umminya. Membawa makanan ke meja makan, disana Pak. Ridwan sudah duduk manis menunggu.

Akhirnya semua makanan telah siap dengan lauk yang sederhana dan seadanya, kebersamaanlah yang membuatnya terkesan mewah.

Setelah Pak. Ridwan memimpin do'a, mereka makan dengan lahap. Kebersamaan adalah harta paling berharga ketika sang waktu dengan tega merenggutnya.

Disela-sela ketika mereka sedang menyantap makanan, Zahira bercerita bahwa Zulfa akan datang kerumah. Ummi dan Abi Zahira antusias mendengar kabar tersebut, terlepas karena Zulfa adalah sahabat terbaik Zahira. Singkat cerita, semenjak Zahira dan Zulfa terpisah oleh jarak, Zahira tidak memiliki teman untuk bercerita, bermain, maupun bepergian. Begitulah takdir bekerja, dengan tidak memperdulikan orang tersebut siap atau tidak untuk menerima. Tapi apapun takdir yang diberikan Allah kepada hambaNya tidak terlepas dari hikmah yang terkandung di dalamnya. Begitupun bagi Zahira, banyak pelajaran baru yang di dapat, tentang keberanian dan kemandirian. Bila dulu kemana-mana selalu berdua sekarang harus seorang diri, bila dulu kemana-mana selalu ada yang menemani sekarang harus seorang diri, mencoba melakukan apa-apa seorang diri.

"Ting Tung Ting Tung" Terdengar bunyi suara bel rumah .

Zahira pergi untuk membuka pintu, alangkah terkejut dan bahagianya Zahira ketika yang bertamu adalah Zulfa, seseorang yang sedang dinantinya. Mereka saling berpelukan untuk melepas kerinduan yang selama ini telah terpendam dalam hati keduanya.

"Ya Allah Zul, Zahira rindu banget sama kamu." Ucap Zahira sembari memeluk Zulfa erat.

"Aku juga rindu." Jawab Zulfa sembari membalas pelukan Zahira.

"Gimana kabarmu Zulfa?" Sembari melepaskan pelukan, Zahira membuka topik pembicaraan dengan antusias.

"Seperti yang kamu lihat, alhamdulillah aku baik. Kamu sendiri bagaimana? Masih sering galau tidak?" Kata Zulfa sambil tertawa.

"Apa'an sih Zul? Zahira sudah move on dari dulu. Hati ini berhak terbebas dari luka, hati ini berhak bahagia."

"Jurus andalannya mulai keluar. Sekarang kamu banyak kemajuan." Kata Zulfa sambil tertawa.

Imam Hati ✔️ (Part Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang