Hanya dia alasanku untuk tetap hidup.
Hari ke tujuh dirumah sakit. Dokter memberikan kabar baik, bahwa donor mata untuk Zakia telah ada.
"Pasien bisa melakukan operasi mata besok lusa." Kata Dokter setelah melakukan pemeriksaan tehadap kondisi Zakia. Semua yang mendengar merasa senang dan sangat antusias untuk menunggu tindakan lebih lanjut.
Zakia mulai bisa tersenyum. Sepertinya semangat baru mulai tumbuh dalam dirinya.
"Kak Zakia sarapan dulu, biar Zahira yang suapin. Biar punya tenaga buat operasi mata besok lusa. Benar kan Tante Retno, Tante Ziya?" Bujuk Zahira, berkolaborasi dengan Tante Retno dan Tante Ziya.
Setelah perut Zakia terisi nasi, Zidan membawa Zakia yang duduk dikursih roda berjalan mengelilingi taman Rumah Sakit, ada Zahira yang juga menemani.
"Aku tidak apa-apa buta juga lumpuh. Asal Zain selalu disampingku, aku tidak akan merasakan penderitaan ini Zidan." Kata Zakia tiba-tiba.
"Apa kamu suka dengan Zain?"
"Ketahuilah, tidak ada persahabatan antara laki-laki dan perempuan tanpa ada perasaan di salah satu pihak. Dan itu terjadi kepadaku." Zidan terkejut mendengar pernyataan Zakia, apalagi ada Zahira yang juga turut mendengarkan.
"Apa kamu tidak tahu kalau Zain sudah...."
Zahira mencegah Zidan untuk melanjutkan perkataannya dengan membisikkan sesuatu kepada Zidan.
"Apa kamu ingin menikah dengan Zain?" Pertanyaan ini keluar dari mulut Zidan atas perintah yang dibisikkan Zahira kepadanya.
"Itu salah satu do'a yang selalu kupanjatkan setiap hari."
Seketika air mata Zahira tumpah, ada perempuan lain yang rasa cintanya begitu besar tehadap calon suaminya. Adakah cinta setulus cinta Zakia yang rela menderita demi orang yang dicintainya.
"Aku tidak tahu lagi harus bagaimana Zidan, kalau misal Zain tidak bersamaku. Mungkin aku akan kehilangan semangat hidup." Senyuman terukir di wajah Zakia.
Mendengar pernyataan Zakia membuat Zidan terdiam sambil sesekali mencuri pandang kearah Zahira. Haruskah Zahira mendengar ini semua.
"Kamu yakin kan kalau kamu pasti bisa sembuh?"
"Aku tidak punya siapapun lagi didunia ini selain Zain. Aku akan sembuh demi Zain. Hanya dia alasanku untuk tetap hidup." Kata Zakia penuh senyum semangat.
Deg, hati Zahira bagai disambar petir pagi hari. Didalam hatinya, Zahira juga mencintai Zain sama besarnya seperti cinta Zakia, disisi lain Zahira juga paham sebagai sesama perempuan bagaimana ketika seseorang yang dicintai ternyata mencintai orang lain dan akan menikah dengan orang lain. Hancur lebur luluh lantak.
"Kak Zakia harus semangat. Besok lusa operasi mata bukan? Harus yakin atas izin Allah Kak Zakia akan bisa melihat kembali. Semangat." Senyum dan tangis yang Zahira tahan, memberi semangat kepada Zakia.
"Aamiin, terimakasih Zahira."
Setelah memberi semangat, Zahira berlari meninggalkan mereka berdua, tidak sanggup lagi mendengar perkataan Zakia yang selalu bersangkutan perihal Zain. Fakta bahwa Zakia dan Zain menjalin hubungan persahabatan sejak kecil, saling mengetahui baik buruk, saling mengetahui kisah perjalanan hidup satu sama lain, saling memberi semangat dan dukungan dalam setiap kegiatan maupun cita-cita yang diraih, bagaimana mungkin tidak ada rasa suka dari salah satunya, itu mustahil. Sedangkan Zahira, bagai orang baru yang menyelinap masuk ditengah-tengah hubungan persahabatan yang terjalin sejak bertahun-tahun lamanya. Bukan atas kemauan Zahira, Zain lah yang memintanya untuk hadir ditengah-tengah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Hati ✔️ (Part Lengkap)
Lãng mạnDihadapanmu aku lebih suka diam dan tidak banyak berkutik. Hanya saja dihadapan Tuhan, pada sujud terakhir di sepertiga malam, aku terus menceritakan nama yang entah hatinya untuk siapa, Berbisik hingga berisik mungkin membuat Tuhan terusik. Sebaga...