21. Perjalanan Menuju Ridho-Nya

1K 102 1
                                    

Untuk lelah hari ini semoga menjadi Lillah, dipermudah semua urusan, dihilangkan atas semua keraguan, diberi selalu kebahagiaan

Selama 3 jam mahasiswa berkutik dengan soal-soal ujian dengan 2 mata pelajaran. Menit-menit terakhir menuju waktu yang sudah ditentukan. Ada yang minta dispensasi agar waktu diperpanjang, ada yang sudah selesai terlebih dahulu dan meminta keluar ruangan, ada yang berusaha mencontek diam-diam, ada yang hanya fokus pada lembar jawabannya yang belum terisi semua, suasana semakin gaduh manakala dosen penjaga berkata.

"Waktunya sudah habis, silahkan dikumpulkan. Kalau tidak ada yang mengumpulkan ya sudah saya tinggal, saya anggap kelas ini tidak ada yang mengikuti ujian. Saya hitung samapai 3, satu...dua...."

Sebelum angka 3 disebut, semua mahasiswa sudah berlarian mengumpulkan lembar jawaban. Tidak ada yang mau dianggap tidak mengikuti ujian. Mending mendapat nilai seadanya tapi lulus daripada tidak lulus. Mungkin seperti itu harapan dari beberapa mahasiswa yang selama ini kerjanya hanya bermain-main dan tidak serius dalam mengikuti kelas. Berbeda dengan mahasiswa yang sungguh-sungguh, IPK tinggi adalah sebuah kebanggaan juga sebuah pencapaian yang harus diusahakan.

"Nah, sudah mengumpulkan semua kan? Kalau begitu sekarang kalian boleh keluar." Para mahasiswa berbondong-bondong keluar dari ruangan mengikuti perintah dosen penjaga.
Ponsel Zahira berdering, telepon masuk.

"Assalamua'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

"Sudah selesai UAS?"

"Sudah."

"Jadi pergi?"

"Jadi, tapi Zahira ngajak Izmi tidak apa?"

"Ajak saja, malah baik. Kita tidak hanya berdua, karena belum muhrim. Saya tunggu didepan."
Sambungan telpon terputus.

Tadi sebelum dosen penjaga UAS masuk ruangan, Zahira sudah berbicara dengan Izmi agar Izmi mau menemaninya tapi dengan syarat tidak boleh bercerita kepada siapa-siapa. Setelah Zahira bilang kalau dia akan menikah dengan seseorang dan meminta Izmi untuk menemaninya pergi fitting baju pengantin.

Mendengar pernyataan Zahira, Izmi sangat terkejut, kenapa hal sebesar ini baru dia ketahui hari ini. Tapi Izmi turut berbahagia dan tanpa penolakan Izmi menyetujui ajakan dan persyaratan dari Zahira.

Setelah mendapati mobil milik Zain terparkir didepan gedung fakultas, Zahira mengetuk kaca pintu mobil. Zain yang mendengar ketukan suara langung menoleh ke sumber suara kemudian menyuruh mereka untuk masuk.

"Sudah nunggu dari tadi Kak?" Tanya Zahira ketika sudah duduk di dalam mobil.

Izmi yang turut masuk mobil seketika terkejut mendapati sosok idola yang selama ini di idolakan oleh mahasiswi kampus ternyata calon suami Zahira.

"Zahira, kamu nggak bilang kalau calon suamimu ?" Tanya Izmi dengan ekspresi yang masih tidak percaya.

"Ssttt.. diamlah Izmi. Kamu janji tidak akan menceritakan kepada siapa-siapa bukan?" Membekap mulut Izmi. Izmi yang tidak bisa berbicara lagi hanya bisa menganggukkan kepala.

Mobil melaju dengan kecepatan sedang, selama perjalanan tidak ada yang mereka bicarakan. Entah kenapa suasananya menjadi canggung. Hingga tibalah mereka ditempat tujuan yaitu "TRISA BUTIK", mereka memasuki butik kemudian disambut oleh penjaga.

"Apa ada yang bisa kami bantu?" Tanya penjaga dengan ramah.

"Kami ingin bertemu dengan desainer butik ini? Apa bisa?"

"Tentu saja bisa mas, silahkan tunggu sebentar biar saya panggilkan. Saya permisi dulu."

"Iya mbak terimakasih." Kata Zahira kepada mbak penjaga.

Imam Hati ✔️ (Part Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang