Agenda kedua, Zidan mengajak Zahira pergi ke museum, sebab selain puisi, seni adalah salah satu hal yang Zahira suka, hal tersebut terlihat sangat jelas saat betapa semangatnya Zahira ketika melihat benda maupun lukisan yang terpajang, dia banyak sekali memotret, berlarian dari pameran satu ke pameran yang lain.
Zidan berusaha menyusul Zahira yang kini berada di pojok ruangan. Saat tepat disamping Zahira, ia berkata, "Kamu cocoknya memang berada di museum deh Ra?"
Zahira menoleh, lalu menjawab, "Kenapa gitu?"
"Soalnya kamu adalah karya seni."
Zahira berusaha menahan senyum dengan menggigit bibir bawahnya, "Bagus, bagus."
"Satu sampai sepuluh berapa nilainya?"
"Satu."
"Lah katanya bagus ? Kok nilanya paling rendah?"
"Iya satu, nolnya ditambah tiga."
Agenda ketiga, Zidan mengajak Zahira ke klinik kecantikan untuk perawatan bersama, kemudian jeda sholat ashar.
Agenda keempat, pergi ke toko kosmetik untuk belanja skincare, kemudian rehat sholat maghrib dan makan malam, rehat lagi untuk sholat isya'.Agenda kelima, pergi ke bioskop untuk nonton.
Saat perjalanan pulang, kejutan untuk Zahira tak kunjung berakhir. Zidan menghentikan mobilnya didepan toko bunga.
"Mau dibelikan bunga apa?" Tanya Zidan.
Zahira merenung untuk berpikir, "Bunga yang pernah kamu kasih."
"Bunga melati?"
"Jangan cari gara-gara!"
"Tunggu disini."
Zidan turun dari mobil, masuk ke toko dan memesan bunga sesuai permintaan Zahira, yaitu bunga yang pernah Zidan kasih, yakni bunga kamboja.
Tiba di mobil, Zidan langsung memberikannya pada Zahira.
"Waa, very beautiful." Zahira memakai mahkota itu di kepalanya, ternyata Zidan tidak hanya membelikan buket tapi juga flower crown yang terbuat dari bunga kamboja.
Zidan mengambil kamera lalu meminta Zahira untuk berpose, dengan flower crown dikepalanya dan membawa buket bunga ditangannya.
"Tuan Putri senang hari ini?"
"Lebih dari senang."
"Syukurlah."
Dan terakhir tak lupa untuk mencetak foto.
Mereka tiba dirumah kedua yang berada di Yogyakarta, rumah yang pernah Zidan hadiahkan untuk Zahira. Mereka memilih menginap di sana sekalian mengecek kondisinya apakah masih terawat dan bagus, sesampainya dikamar mereka melupakan hal penting yakni tidak membawa baju ganti, sedangkan lemari disana hanya menyisakan dua kaos dan satu celana pendek milik Zidan.
Mengetahui situasi tersebut Zahira kebingungan, tidak mungkin ia memakai kembali pakaian yang telah dikenakan selama seharian diluar ruangan untuk dibawa ke tempat tidur, pasti rasanya tidak nyaman.
"Kamu pakai kaos ini gapapa? Atau mau aku belikan baju baru di luar?" Zidan menawarkan diri untuk direpotkan.
Zahira berpikir, tidak mungkin dia merepotkan Zidan terus-menerus sejak pagi hingga malam hari begini. Jika ia menerima tawaran Zidan untuk membelikannya baju baru rasanya sudah seperti tidak punya hati.
"Aku pakai kaos aja ga masalah."
Zahira mengambil kaos tersebut dan bersiap untuk bersih diri di kamar mandi, Zidan sedang merapikan tempat tidur, menyalakan lilin aroma sambil melihat hasil cetakan foto mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Hati ✔️ (Part Lengkap)
Roman d'amourDihadapanmu aku lebih suka diam dan tidak banyak berkutik. Hanya saja dihadapan Tuhan, pada sujud terakhir di sepertiga malam, aku terus menceritakan nama yang entah hatinya untuk siapa, Berbisik hingga berisik mungkin membuat Tuhan terusik. Sebaga...