33. Tempat Kedamaian

1.1K 115 3
                                    

Wahai pena, jadilah saksi di akhirat nanti, bahwa kamu salah satu alat tulis yang kupakai untuk mencatat dan memahami ilmuNya (Allah), kamu senang dimanfaatkan dalam hal kebaikan bukan? Maka sebagai balasannya, bolehkah aku memohon, mintakanlah ampunan atas dosa-dosa yang kuperbuat kepadaNya.

Pagi ini Pak Ridwan dan Ummi Zahidah mengantar Zahira menemui pengasuh pondok, meminta izin sekaligus menyerahkan putrinya untuk mondok selama 6 bulan. Setelah proses serah terima, Pak Ridwan dan Ummi Zahidah berpamitan untuk pulang.

"Kamu baik-baik disini ya nak, kalau misal tidak kerasan Zahira boleh pulang kapanpun yang Zahira mau, kita pasti akan jemput." Kata Ummi memeluk anaknya sebagai bentuk perpisahan terakhir.

"Iya Zahira, Abi juga setuju dengan perkataan Ummimu." Mengusap lembut kepala putri kesayangannya itu.

Selama 6 bulan cuti kuliah, Zahira akan tinggal di Pondok Pesantren Nurul Hikmah. Mencoba beradaptasi dengan lingkungan, orang-orang baru, juga dengan kegiatan pondok yang akan ia kerjakan sehari-hari.

Ustadzah pengasuh pondok mengajak Zahira untuk berkeliling sambil menunjukkan kamar yang akan ditempati selama ia mondok. Nuansa islami sangat terasa, para santriwati menyambutnya dengan ramah. Saling memberi salam dan unjuk senyuman membuat Zahira merasa sangat diterima dan disambut dengan tangan terbuka. Para santri berbondong-bondong keluar kamar sambil membawa mukenah ditangannya, sebagian malah sudah mengenakannya.

"Mereka hendak kemana Ustadzah?" Tanya Zahira penasaran.

"Masjid, sholat dhuha berjama'ah."
Zahira mengangguk setelah mendengar jawaban Ustadzah .

"Ini ada jadwal dari awal bangun tidur sampai tidur kembali, semua sudah terperinci. Niatkan semua karena Allah, insyaa Allah semua akan terasa ringan." Menunjukkan kertas yang tertempel di dinding kamar.

"Baik ustadzah."

"Biasanya dalam satu kamar ditempati 4 santriwati, tapi kebetulan kamar ini masih ditempati oleh dua santriwati, jadi nanti nak Zahira bisa berkenalan dengan ke-2 santriwati yang lain. Tunggu mereka setelah mereka selesai menunaikan sholat dhuha berjama'ah."

"Baik Ustadzah."

"Kalau begitu Ibu tinggal dulu tidak apa?."

"Tidak apa Ustadzah. Terimakasih sudah diantar." Mencium tangan Ustadzah.

"Sama-sama."

Zahira senang, Ustadzah yang sedari tadi menemaninya berkeliling selalu tersenyum.

"Mungkinkah semua penduduk ponpes selalu tersenyum seperti Ustadzah?". Dalam hatinya berspekulasi.

Setelah Ustadzah pergi, Zahira membaca jadwal kegiatan yang tadi ditunjukkan kepadanya, mulai dari bangun jam 03.00 WIB untuk menunaikan sholat malam hingga menjelang sholat subuh, dilanjut dengan ngaji pagi sampai tidur jam 22.00 WIB.

"Dengan begini Zahira tidak punya waktu untuk memikirkan Kak Zain, semoga dengan perlahan kenangan tentang Kak Zain juga akan menghilang." Bermonolog dikamar.

Setelah sholat dhuha berjama'ah usai, semua santriwati kembali ke kamarnya masing-masing untuk melanjutkan kegiatan mereka.
Santriwati yang tinggal dipondok Nurul Hikmah sangat beragam umur, yang paling muda berumur 12 tahun setara kelas SMP/MTs dan paling dewasa adalah para mahasiswa.

"Assalamu'alaikum, kamu santriwati baru?" Tanya seseorang yang ketika melihat Zahira ada didalam kamar.

"Iya, perkenalkan Zahira Azzahra, panggil saja Zahira." Mengulurkan tangan kepada kedua orang yang sedang berada di hadapannya.

"Salam kenal Zahira. Aku Putri." Menjabat tangan Zahira.

"Salam kenal Zahira. Aku Rahma." Bergantian menjabat tangan Zahira.

Imam Hati ✔️ (Part Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang