39. Surat Tersembunyi

1.3K 134 8
                                    

Selamat membaca puisi dari Zidan, siap-siap hatimu bergetar, wkwk. :))

_____________________

Sejauh ini, aku masih sanggup berharap dan bertahan meski hanya dengan satu senjata, memperjuangkanmu lewat bait-bait do'a.

Semenjak kepergian Zidan bersama Pak. Ridwan diluar kota karena urusan pekerjaan, dirumah Zahira hanya tinggal berdua bersama bibi yang telah Zidan siapkan sebelumnya. Dengan tujuan agar Zahira tidak merasa sendirian dan kesepian, selain itu supaya Zahira juga ada yang membantu terutama dalam perihal memasak.

Sudah 4 bulan lebih Zidan dan Pak. Ridwan meninggalkan rumah. Selama itu pula Zahira tidak menanyakan kabar begitupun sebaliknya Zidan juga tidak memberi kabar. Sepertinya Zidan benar-benar membuktikan perkataannya yang berbunyi iya, kalau ingat, yang secara tidak langsung memberi pernyataan bahwa dia tidak ingin memberi kabar kepada Zahira sama seperti ketika Zahira tidak ingin memberi kabar kepadanya.

"Non!" Panggil Bibi setelah berjalan dari arah ruang tamu.

"Iya Bi, ada apa?" Yang semula membaca majalah, menjadi terhenti.

"Ada tamu Non didepan."

"Siapa Bi?"

"Saya kurang faham Non, karena saya kan baru empat bulan kerja disini, jadi saya tidak kenal orang tersebut siapa."

Zahira bangun dari tempat duduknya lantas menemui tamu yang dimaksud oleh Bibi. Tamu tersebut tampak anggun mengenakan gamis berwarna hitam dengan kerudung lebar berwarna merah. Zahira datang dari arah dalam, melihat tamu yang sedang melihat-lihat foto yang tertempel di dinding ruang tamu.

"Maaf, permisi. Dengan siapa?" Zahira tidak mengenali wanita tersebut karena memang wanita tersebut tampak membelakangi Zahira sehingga tidak terlihat wajahnya. Setelah mendengar suara Zahira, wanita tersebut membalikkan badannya yang membuat Zahira kaget sekaligus senang.

"Ummi Ziya." Zahira berjalan mendekat kepada sosok wanita yang ternyata adalah Umminya Zidan kemudian memberi salam dan mencium punggung tangan Ummi Ziya.

"Silahkan duduk Ummi. Ummi apa kabar? Ummi kenapa tidak bilang kalau ingin kesini, kan Zahira bisa jemput Ummi."

Mereka duduk berdekatan, sangat harmonis sekali. Semenjak Ummi Zahira meninggal, Zahira memang menjadi sangat dekat dengan Ummi Zidan, terlebih sifat dan karakter yang Ummi Ziya miliki memang sangat mirip dengan almarhumah Ummi Zahira dan itu membuat Zahira nyaman jika berada di dekat Ummi Ziya.

"Alhamdulillah kabar Ummi baik. Maaf jika Ummi tidak mengabari nak Zahira, tapi niat Ummi datang kesini memang ingin membuat surprise. Dan ada hal lain yang ingin Ummi sampaikan kepada nak Zahira."

"Ada hal apa Ummi?"

"Sebenarnya Ummi tidak ingin ikut campur antara hubungan nak Zahira dengan Zidan, tapi Ummi sudah tidak tahan lagi menyembunyikan ini semua dari nak Zahira."

"Zahira tidak mengerti apa maksud Ummi."

"Ummi menemukan ini di kamar Zidan, entah kapan surat ini dia tulis." Zahira menerima selembar surat yang terbungkus rapi didalam amplop berwarna hitam tersebut, membuka lantas membacanya.

Dihadapanmu aku lebih suka diam dan tidak banyak berkutik.
Hanya saja dihadapan Tuhan, pada sujud terakhir di sepertiga malam, aku terus menceritakan nama yang entah hatinya untuk siapa,
Berbisik hingga berisik mungkin membuat Tuhan terusik.
Sebagai orang yang paham bahwa diri ini tidak layak diperjuangkan.
Aku ingin memantaskan diri, setidaknya dihadapan Tuhan.
Barangkali cara mencintaiku keliru, kau kucinta lebih dari Penciptaku
Barangkali cara merindukanku keliru, kau ku rindu lebih dari Rasulku.
Barangkali caraku mengingatmu salah, namamu kusebut lebih dari sewajarnya.
Aku yang selalu kau nilai kurang sempurna,
Tidak pernah memiliki tujuan utama lebih dari hanya ingin membuatmu bahagia.
Entah seberapa besar rasa ini masih tersisa
Sejauh ini, aku masih sanggup berharap dan bertahan meski hanya dengan satu senjata, memperjuangkanmu lewat bait-bait do'a.
Teruntuk wanita paling bercahaya: Zahira Azzahra

Imam Hati ✔️ (Part Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang