26. Kabar Tidak Baik

955 103 2
                                    

Kamu akan merasakan betapa indahya islam ketika kamu bisa berdo'a untuk seseorang, tanpa seseorang itu sadari atau ketahui.

Pukul 03.00 WIB, dikala semua orang terlelap, terlena dengan mimpi-mimpi indahnya. Ada beberapa manusia yang bangun untuk bertegur sapa dengan Tuhannya, mengadu atas segala keluh kesah dalam hidupnya, entah juga berdo'a agar dipermudah meraih cita-cita, entah juga mengucap syukur atas apa yang Tuhan beri kepadanya, entah juga berdo'a untuk orang-orang tersayangnya, orang-orang yang paling berharga bagi dirinya.

Bertegur sapa dengan Tuhan ditengah keheningan malam melalui sholat malam, itulah yang sedang dikerjakan Zahira.

Zahira teringat nasehat ketika abinya (Pak. Ridwan) mengatarnya kuliah beberapa hari yang lalu, waktu itu Zahira melihat penjual buah yang sudah tidak muda lagi bahkan usianya bisa dibilang jauh lebih tua dari umur Abinya, tapi beliau masih tetap gigih dalam menawarkan dagangannya .

"Kamu akan merasakan betapa indahya islam ketika kamu bisa berdo'a untuk seseorang, tanpa seseorang itu sadari atau ketahui. Mendo'akan Ummi/Abi, Bapak/Ibu Guru, dll atas rezeki dan kesehatannya, mendo'akan pedagang agar laku dagangannya, mendo'akan petani agar panennya melimpah, mendo'akan orang yang sakit agar cepat diberi kesembuhan, dan do'a - do'a yang lainnya." Setelah mendapat nasehat seperti itu, seketika itu Zahira berdo'a agar dagangan kakek tersebut laku terjual.

Dan malam ini, Zahira ingin kembali merasakan indahnya islam dengan mendo'akan siapapun yang ingin ia do'akan. Tidak seorang pun yang tahu atas apa yang menimpa setiap jiwa manusia dikala malam yang gelap, dikala semua sedang tertidur lelap.

"Zahira.." Dikala do'a berusaha dipanjatkan dengan kusyu', suara Ummi membuatnya kaget.

"Iya Ummi, ada apa?" Membuka pintu kamar.

"Ummi dapat telpon dari orang tua nak Zain." Ekspresi wajah yang cemas membuat Zahira menerka-nerka sebenarnya apa yang sedang terjadi.

"Iya mi, kenapa Kak Zain? Kak Zain sudah dirumahnya? Soalnya tadi sebelum tidur Kak Zain nelpon Zahira katanya Kak Zain bakalan pulang hari ini." Kata Zahira antusias, karena memang sudah 3 bulan dia tidak bertemu dengan Zain, sedangkan tiga minggu lagi adalah hari pernikahan mereka. Zahira tidak bisa membohongi perasaannya kalau dirinya memang sedang menunggu kepulangan Zain.

"Nak Zain kecelakaan, dia kecelakaan bersama Zakia saat perjalanan pulang."

Hati Zahira bagai disambar petir, luluh lantak. Bagaimana bisa seperti ini.

"Ayo kita kerumah sakit." Ajak Ummi.
Sesampainya dirumah sakit, Zahira beserta keluarga menyusuri koridor rumah sakit diantar oleh seorang perawat menuju ruang yang ditempati Zain. Detak jantung Zahira berderu, nafasnya terengah-engah, lisannya terus berdo'a semoga Zain baik-baik saja.

Setelah tiba dilorong tempat Zain diperiksa, dilihatnya Pak Hamzah dan Ummi Retno yang sedang menunggu diluar dengan ekpresi wajah yang gelisah.

"Bagaimana keadaan nak Zain?" Tanya Ummi Zahidah ketika langkah mereka mendekat dihadapan kedua orang tua Zain.

"Sedang diperiksa dokter didalam." Jawab Ummi Retno.

"Ummi Retno dan Pak Hamzah yang kuat, dengan pertolongan Allah insyaa Allah semua akan baik-baik saja." Kata Pak Ridwan kepada keduanya.

"Aamiin, terimakasih."

Harap-harap cemas menghampiri semua orang. Do'a-do'a terus dilantunkan dari bibir mereka, semua terasa hening, hanya ada untaian tasbih yang terus berputar di jari Ummi Retno, berdo'a agar putranya dan seorang gadis yang sudah dianggap layaknya putrinya sendiri bisa selamat dan baik-baik saja.
Suara langkah kaki membuat fokus mereka pudar, mereka semua menoleh memastikan siapa pemilik suara langkah kaki tersebut.

"Zidan sama tante Ziya? Bagaimana bisa mereka disini, ada hubungan apa antara keluarga Zain dengan Zidan?" Pertanyaan demi pertanyaan muncul di kepala Zahira. Bagaimana bisa orang yang bukan siapa-siapanya datang jam 03.00 WIB hanya untuk membesuk. Paling tidak, pastilah seseorang itu punya hubungan yang sangat dekat.

"Bagaimana keadaan Zain?" Tanya tante Ziya.

"Masih diperiksa dokter." Jawab Pak Hamzah.

Dengan suasana seperti ini, bukan waktu yang tepat bagi Zahira untuk menanyakan hal ini kepada Zidan. Baginya, mengetahui kondisi Zain da Zakia saat ini jauh lebih penting dari apapun.

Selang beberapa jam, dokter yang memeriksa keadaan Zain keluar dari ruangan. Semua yang menunggu langsung mendekat kearah dokter untuk mengetahui keadaan Zain lebih jelas.

"Bagaimana keadaan anak saya Dok ?" Tanya Ummi Retno dengan ekspresi harap-harap cemas.

"Pasien mengalami cidera berat dikepala, ada kerusakan di salah satu bagian otaknya dan itu membuat pasien mengalami koma."

"Apa komanya akan sangat lama dokter?" Ummi Retno semakin cemas mendengar penjelasan dokter.

"Saya harap semoga tidak demikian. Kita berdo'a yang terbaik buat pasien semoga pasien bisa lekas sadar dari masa komanya. Untuk saat ini pasien belum bisa dijenguk. Bisa dijenguk 3 hari kemudian. Saya permisi dulu, ada pasien lain yang harus saya periksa."

"Terimakasih dokter."

Pernyataan yang diberikan dokter membuat semua terkejut, tetesan air mata jatuh membasahi pipi Ummi Ziya, Ummi Retno juga Zahira. Informasi yang diterima dari dokter membuat mereka hampir tidak ingin mempercayainya, mereka ingin Zain baik-baik saja tapi fakta mengatakan sebaliknya.

Setelah dokter yang memeriksa Zain sudah beranjak pergi, dokter yang memeriksa Zakia keluar. Zain dan Zakia dirawat diruang bersebelahan.

"Dok, bagaimana keadaan pasien?" Tanya Zidan.

"Disini, siapa keluarga dari pasien?"

"Kita semua keluarga pasien dokter." Jawab Pak Hamzah.

"Sebenarnya sangat berat mengatakan yang sebenarnya atas kondisi pasien yang sebenarnya."

"Apa yang terjadi dokter?"

"Pasien mengalami cidera parah dibagian mata dan itu menyebabkan adanya kerusakan pada matanya."

"Maksud dokter?"

"Pasien mengalami buta. Tidak hanya itu, kakinya juga patah."
Semua yang mendengarkan pernyataan dokter seakan tidak percaya dengan apa yang sedang dialami Zakia. Bagaimana bisa separah ini luka yang harus diderita oleh seorang gadis yatim piatu.

"Dok, apa bisa dilakukan operasi mata untuk mengganti kedua matanya yang rusak?" Tanya Zidan.

"Operasi bisa dilakukan setelah kondisi pasien normal, untuk saat ini kondisi pasien masih lemah dan masih pingsan. Itupun biaya yang dikeluarkan untuk operasi tersebut sangat mahal." Terang dokter.

"Untuk masalah biaya, kami siap menanggungnya dok." Kata Pak Ridwan kepada dokter.

"Iya dok, benar." Sanggah Pak Hamzah. Niatan untuk mengoperasi mata Zakia sudah bulat. Perihal biaya, akan ditanggung bersama.

"Baiklah, kita tunggu donor mata yang benar-benar sehat untuk pasien. Kalau ada perkembangan nanti akan kami hubungi."

"Baik dok, terimakasih."

"Sama-sama, saya permisi dulu."

Kejadian yang menimpa Zain dan Zakia bukanlah kejadian yang sepele. Sangat menguji ketegaran, ketabahan dan kesabaran. Semua terjadi atas kehendak Allah, tidak ada yang bisa melawan apalagi membantah, mengeluh hanya akan memperkeruh suasana, yang bisa dilakukan adalah berdo'a meminta kepada Sang Maha Kuasa, yang menguatkan hamba-hambaNya atas ujian yang sedang menimpa.

_______________

See u di next chapter ya temen-temen.
Terimakasih sudah membaca sejauh ini. Oh iya, jangan lupa vote dan comment biar vivin semangat ngelanjutin cerita Imam Hati ini. 😅

Jadikan al quran bacaan number one.

Salam Hangat,

Vivin

Imam Hati ✔️ (Part Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang