30. Beratnya Sebuah Keikhlasan

1.1K 112 6
                                    

Bagaimana mungkin aku bisa melanjutkan pernikahan ini sementara diluar sana ada seorang perempuang yang sangat membutuhkan kehadiran kamu dan sangat mendambakan kebersamaan denganmu .

Pagi ini Dokter memutuskan, bahwa Zain dan Zakia sudah diperbolehkan pulang, terlihat jelas bahwa semua bahagia mendengar berita ini. Tapi satu hal yang masih menjadi perhatian mereka, kaki Zakia yang masih belum sembuh total dan harus rawat jalan.

Zahira mengajak Zakia untuk menginap dirumahnya atas persetujuan Pak Ridwan dan Ummi Zahidah. Mengingat dalam keluarga Pak Hamzah semuanya anak laki-laki dan akan rentan sekali dengan fitnah jika ada gadis perempuan lain yang menginap, maka keluarga Pak Hamzah menyetujui permintaan Zahira.

Tiba dirumah, kedatangan Zahira dan Zakia disambut oleh kedua orang tua Zahira dan juga Zulfa sahabatnya.

Sore hari detik-detik menjelang H-1 akad, suasana di kediaman keluarga Zahira lumayan ramai, ditambah adanya keberadaan Zulfa dan Zakia.
Zahira mengambil ponselnya, kemudian menghubungi Zain. Setelah obrolan santai, Zahira memberanikan diri untuk membuka topik ke arah yang lebih serius.

"Ada hal yang ingin Zahira bicarakan kepada Kak Zain."

"Tentang?"

"Kita. Maksudnya pernikahan kita."

"Besok kan?" Jawab Zain dengan antusias, siapa yang tidak bahagia menjelang hari pernikahan sudah di depan mata, tinggal hitungan beberapa jam saja.

"Iya." Sambil menganggukkan kepala.

"Persiapan pernikahan kita sudah selesai, semua sudah teratasi. Kamu tenang saja."

"Tidak, bukan itu."

"Saya tidak mengerti. Katakan yang jelas Zahira."

"Zahira, Zahira, Zahira ingin Kak Zain menikah dengan Zakia." Sebenarnya sangat berat bagi Zahira untuk mengatakan hal yang sebenarnya tidak ingin dikatakan.

"Kamu bilang apa? Bisa diulangi sekali lagi?" Zain tidak mengerti arah pembicaraan Zahira.

"Zahira ingin Kak Zain menikah dengan Zakia." Penuh penekanan disetiap kata yang diucapkannya.

Benar, Zain tidak salah dengar.

"Kamu bercanda? Ini tidak lucu Zahira." Zain jelas terkejut dengan keputusan yang diambil oleh Zahira. Semua berjalan baik-baik saja, tidak ada permasalahan, tidak ada pertengkaran, tiba-tiba membatalkan.

"Zahira serius. Lebih dari serius." Air matanya jatuh, dengan segera ia langsung menghapusnya.

"Maksudnya apa? Kenapa kamu bilang seperti ini? Apa kamu tidak mencintai saya, maka dari itu kamu menolak menikah dengan saya, kalau memang benar lantas kenapa baru bilang sekarang?"

"Bukan begitu maksud Zahira, mengertilah situasi ini. Zahira tahu bagaimana perasaan Kak Zakia terhadap Kak Zain. Dan Kak Zain tahu sendiri bagaimana kondisi Kak Zakia sekarang. Bagaimana mungkin Zahira bisa melanjutkan pernikahan ini sementara diluar sana ada seorang perempuang yang sangat membutuhkan kehadiran Kak Zain dan sangat mendambakan kebersamaan dengan Kak Zain. Haruskah Zahira menjadi wanita paling jahat didunia ini?"

"Tidak, saya tidak mau."

"Zahira tidak ingin menghancurkan hidup orang lain. Katakan Kak Zain, Zahira harus bagaimana lagi selain harus merelakan Kak Zain menikah dengan Kak Zakia?"

"Tapi tidak seperti ini Zahira."

"Kalau tidak seperti ini lantas harus seperti apa? Bagaimana perasaan Kak Zakia kalau Zahira menikah dengan Kak Zain? Kak Zain bisa membayangkan itu semua?"

Imam Hati ✔️ (Part Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang