44. Tragedi Kopi

1.4K 128 6
                                    

☘☘☘

Tuhan, bolehkah aku memberitahu semesta bahwa aku bahagia memilikinya.

_________

Di dalam kamarnya yang sekarang menjadi kamar bersama, setelah sholat isya berjamaah, Zahira memutuskan untuk mengakhiri do'anya lebih dulu dari Zidan, Zahira ingat bahwa ada beberapa tugas yang harus ia selesaikan dengan cepat, sedangkan Zidan tetap khusyu' melantunkan ayat-ayat suci al qur'an bernama surah al mulk. Suara Zidan terdengar memenuhi isi ruangan, merdu sekali, menenangkan.

Zahira fokus membaca beberapa buku sambil sesekali mengetik di laptobnya untuk mengerjakan tugas yang sudah lewat deadline sejak beberapa minggu yang lalu.

Setelah ayat terakhir dari surat Al Mulk telah selesai Zidan baca, ia menghampiri Zahira.

"Mau dibantu ?." Tanyanya sambil meneliti pekerjaan Zahira.

"Enggak perlu, Zahira tahu pekerjaan Mas Zidan lebih banyak dari Zahira."

"Nggak papa, pekerjaanku bisa nanti-nanti, yang penting tugasmu selesai dulu."

"Begini saja, biar sama-sama jalan, sama-sama selesai, kita ngerjain sendiri-sendiri, Mas Zidan ngerjain pekerjaan Mas Zidan, Zahira ngerjain tugasnya Zahira." Usul Zahira yang sepertinya tidak mendapat respon baik dari Zidan.

"Enggak, aku bantu kamu nugas. Pekerjaanku nanti-nanti saja, aku bisa lembur, mataku kuat sampai larut malam."

"Mas Zidan, jangan keras kepala." Tangannya memohon.

"Iya, ya sudah." Jika sudah melihat Zahira seperti itu, dengan wajah memelas dan tangan memohon, mana mungkin Zidan bisa menolak.

Kemudian Zidan melangkahkan kakinya pergi keluar kamar, meninggalkan Zahira.

"Mau kemana Mas ?."

"Sebentar." Zahira menganggukkan kepala tanda mengerti.

Beberapa menit setelahnya, akhirnya Zidan kembali, terdengar bunyi suara yang di akibatkan dari benturan antara meja dengan benda lain membuat Zahira menoleh, ia menaruh sesuatu disamping meja belajar Zahira.

"Untukmu, biar hangat." Kata Zidan, seketika Zahira menoleh dan melihat ada satu gelas minum berisi teh hangat, Zahira bingung tidak mengerti.

"Malam ini cuaca sangat dingin." Zidan berkata lagi.

"Nggak perlu repot-repot seperti ini Mas Zidan."

"Aku tidak pernah merasa repot untukmu, Zahira."

"Sebagai istri yang baik seharusnya Zahira yang membuatkan untuk Mas Zidan, bukan malah sebaliknya."

"Aku bisa buat sendiri, kan ada Bi Inah juga. Sudahlah, jangan berdebat lagi dengan hal sepele seperti ini. Lanjutin nugasnya, jangan lupa di minum, di habisin."

"Baiklah." Jawab Zahira.

Zidan sangat mengenal Zahira, Zidan tahu kalau Zahira paling tidak bisa diganggu kalau sedang belajar, Zahira butuh tempat sunyi untuk fokus, Zahira butuh sendiri agar tetap bisa berfikir, maka dari itu Zidan memutuskan untuk membawa laptob dan juga tas yang berisi berkas-berkas laporan menuju ruang tengah.

Imam Hati ✔️ (Part Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang