13. Dibalik Sebuah Nama

1.2K 105 0
                                    

Vivin nongol diatas, hehehe.
Cuma mau bilang : " Selamat membaca ya temen-temen. Happy reading." 😊

Kenali seseorang lebih dalam
Siapa tahu nanti timbul perasaan

Setelah mengikuti seminar, Zahira dan Izmi memutuskan untuk menunaikan ibadah sholat dhuhur di Masjid kampus terlebih dahulu, karena waktu juga sudah menunjuk pada angka 12.00 WIB. Sesampainya didepan Masjid dilihatnya Zain yang sedang melepas sepatunya. Sepertinya hendak melakukan sholat dhuhur juga.

"Kita bakalan di imami Kak Zain kayaknya." Terka Izmi ketika mengetahui bahwa Zain juga hendak melaksanakan Sholat dhuhur.

"Masa' iya?" Tanya Zahira tak percaya.

"Kita lihat saja nanti." Katanya dengan penuh keyakinan.

Setelah percakapan singkat itu, mereka berjalan menuju tempat yang bertuliskan "Tempat Wudhu Khusus Wanita" . Wudhu memang salah satu syarat sah dalam sholat, dimulai dari membasuh kedua telapak tangan menyelipkan niat ketika membasuh wajah sampai yang terakhir membasuh kaki, semua harus dilakukan secara urut-urut alias tertib.

"Untung anak sahabat masjid dikampus ini pada rajin ngelaundry mukenah." Ucap Izmi sambil memilih mukenah untuk ia kenakan.

Mendengar pernyataan yang baru saja terucap dari mulut Izmi, Zahira hanya menggelengkan kepala sambil terkekeh melihat tingkah temannya yang terkadang diluar batas sewajarnya. Sifat manusia memang berbeda-beda tapi dari perbedaan itulah akan ditemukan kebahagiaan dan dari kebahagiaan akan tercipta keindahan, tentu perlu adanya pemahaman antara satu sama lain.

"Zahira sini cepet, sholat jama'ahnya mau dimulai." Kata Izmi sembari melambaikan tangan.

"Iya sebentar." Jawab Zahira yang sedang berjalan menuju shaf paling depan.

"Beneran Kak Zain kan yang jadi imamnya." Bisik Izmi kepada Zahira.

"Sssttt jangan keras-keras, Zahira sudah tahu." Meletakkan ujung jari telunjuk dibibirnya.

Setelah selesai menunaikan sholat dhuhur, mereka memutuskan untuk istirahat sejenak di taman samping Masjid. Nampaknya cuaca juga mendukung.

"Waktu itu pernah ada kejadian sekitar 1 tahun yang lalu dimana para mahasiswi kampus ini nongkrong diparkiran sambil bawa bunga melati sebuket gede gitu. Tahu nggak mereka nungguin siapa? Nungguin Kak Zain, karena waktu itu Kak Zain sedang berulang tahun. Terus waktu Kak Zain sudah datang, itu cewek-cewek pada ngerubungin sambil ngasih bunga melati yang mereka bawa." Entah apa yang mendorong Izmi untuk bercerita panjang lebar mengenai Zain kepada Zahira.

"Terus tanggapan Kak Zain?" Membayangkan kejadian yang sedang diceritakan oleh Izmi.

"Tahu sendirilah Kak Zain orangnya ramah. Jadi agar mereka tidak kecewa dan merasa dihargai akhirnya diterimalah semua bunga melati itu, terus Kak Zain bilang : ini bunga melati sekarang menjadi milik saya dan saya bebas melakukan apa saja atas bunga ini termasuk saya kasih ke kalian. Anggap saja ini bunga hadiah dari saya buat kalian."

"Bunga itu dikembalikan?" Menjeda cerita Izmi.

"Enggak dikembalikan sih, lebih tepatnya diterima sama Kak Zain terus dikasihkan lagi. Gimana ya, menolak secara halus tapi berwibawa. Dan reaksi cewek-cewek setelah dikasih bunga sama Kak Zain yang notabenya itu bunga dari dirinya sendiri, tapi hebohnya sudah melebihi ketika mendapat nilai matkul A dari dosen." Cerita Izmi yang seolah-olah tengah berada dalam kejadian tersebut.

"Segitunya banget?"

"Eh nggak percaya, beneran." Meyakinkan Zahira.

"Bentar, kamu tahu semua tentang Kak Zain darimana? Bukankah kita satu tingkat, satu kelas malahan." Mulai curiga, karena Izmi nampak sangat kenal dengan Zain, apalagi sampai tahu semua cerita Zain.

"Aku tahu dari temanku, temanku ini merupakan sahabat cewek satu-satunya yang dimiliki Kak Zain. Namanya Zakia, waktu itu dia cerita banyak banget waktu liburan semester." Jawabnya dengan santai.

"Zakia yang kuliah sambil mondok? Anak hafizha?" Zahira ingat ketika perkenalannya dengan Zakia disebuah rumah makan waktu itu.

"Iya, kamu kenal?" Dengan raut wajah yang tak kalah terkejut dari Zahira.

"Pernah ketemu satu kali dirumah makan, dikenalin sama Kak Zain." Tutur Zahira.

"Setahuku, Zakia itu satu-satunya perempuan yang paling dekat dengan Kak Zain."

"Hhhmm iya iya." Kata Zahira singkat.
Kebanyakan laki-laki yang ramah kepada siapa saja memang banyak temannya, tidak hanya teman laki-laki, tapi teman perempuan juga. Tapi tidak semua teman bisa dijadikan sahabat.

"Ngomong-ngomong Kak Zain kenapa suka sama bunga melati? Rata-rata cowok biasanya sukanya sama sepak bola, basket, bulu tangkis dan lain sebagainya?" Tanya Zahira penasaran.

"Kak Zain itu bukan suka sama bunga melati terus yang kemana-mana harus bawa melati, lebih tepatnya Kak Zain itu suka ngasih bunga melati kepada orang-orang tertentu. Darisitulah banyak yang menduga kalau Kak Zain suka sama bunga melati."

"Tapi Zahira masih penasaran kenapa Kak Zain suka ngasih bunga melati."

"Katanya sih karena filosofinya."

"Oh ya? Emang filosofinya apa ?"

"Ada beberapa yang aku tahu, hasil searching dari mbah google hehehe..." Sambil terkekeh.

"Apa saja?" Tanya Zahira yang sudah sangat penasaran.

"Harus berusaha nyari sendiri dong, bukannya itu dulu PR yang saya kasih buat kamu?" Suara tak diundang tiba-tiba terdengar, baik Zahira dan Izmi menoleh kesumber suara. Mata mereka terbelalak ketika mengetahui bahwa pemilik suara itu adalah orang yang sedang mereka bicarakan yaitu Zain. Tampak ekspresi was-was dari keduanya, pertanyaan mulai muncul dibenak mereka tentang sejak kapan Kak Zain ada disitu.

Zahira tidak menjawab sepatah katapun, yang difikirannya sekarang bagaimana cara menyembunyikan rasa malu, menetralkan suasana menetralkan raut wajah.

"Maaf Kak, sejak kapan Kak Zain ada disitu?" Tanya Zahira memberanikan
diri.

Jarak Zain dari tempat duduk mereka sekitar 3 meter, tidak terlalu jauh sehingga suara mereka terdengar di telinga Zain.

"Sejak dari tadi." Jawabnya santai tanpa menoleh, memilih fokus kepada buku yang ada ditangannya.

"Adduuhh .." Kata Izmi memperpelan suara sambil menepuk jidatnya.

"Udah dilanjut saja gosipnya, maklum perempuan." Dengan nada datar.

"Kita pamit dulu kak, mau pulang. Sudah siang waktunya istirahat." Kata Izmi sambil menarik lengan Zahira, mereka pergi tanpa mendengar jawaban Zain.

Tak bisa dipungkiri, setelah mengenal sosok Zain lebih dalam. Ada beberapa hal menarik yang Zahira ketahui. Sosok Zain yang ternyata dikagumi banyak perempuan membuatnya heran. Zahira dan juga Izmi melangkahkan kakinya menuju tempat parkir, seperti yang sudah dikatakan kepada Zain sebelumnya bahwa mereka akan pulang.

"Kak Zain itu mantan ketua BEM FAI waktu dia masih semester III. Gila nggak tuh, padahal rata-rata kalau menjabat jadi ketua kan minimal harus semester V, dia masih semester III sudah bisa jadi ketua." Izmi melanjutkan ceritanya sambil berjalan menuju tempat parkir.

"Oh ya? Kok bisa?" Tanya Zahira penasaran.

"Ya mungkin karena sikap dewasa dan bijaksananya Kak Zain yang melebihi usianya." Tebak Izmi.

Ketika tiba ditempat parkir, mereka berpisah karena letak sepeda motor yang memang tidak terparkir berdampingan.

"Sepedaku parkir disana tadi." Izmi menunjuk letak sepeda motornya yang berada di barisan sebelah kanan.

"Zahira di sebelah sana." Zahira menunujuk letak sepedanya yang berada di barisan kiri.

Kemudian mereka memutuskan untuk berpencar, Izmi tidak melanjutkan pembicaraannya tentang Zain, Zahira juga tidak bertanya lagi. Tapi berkat Izmi, Zahira mengenal sosok Zain lebih banyak.

_____

Ada yang ngeh nggak kalau covernya ganti?

Suka ngga sama cover barunya ? Semoga suka yaa

Jadikan Al Quran bacaan number one.

Imam Hati ✔️ (Part Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang