Setelah upacara selesai, kini giliran dua laki-laki yang bergantian berdiri di bawah sinar matahari pagi. Bendera masih berkibar di atas sana, di hormati oleh dua pelajar kesiangan karena alasan klise seperti terlambat. Alasan terlambat berkedok balapan liar tadi malam.
Mereka tidak lain adalah Wahyu dan Dewa. Keduanya sama-sama telat dengan alasan masing-masing. Awalnya mereka sama-sama bangun kesiangan. Setelah itu, Wahyu tidak dapat metro lebih cepat. Lalu Dewa, dia yang lupa dimana meletakan kunci motornya.
Mereka datang bersama ketika gerbang sudah di tutup, saling melempar kebencian. Lalu guru menghukum mereka, menceramahi lantas berakhir mereka yang berdiri sambil hormat pada bendera di bawah sinar matahari seperti sekarang ini.
"Mimpi apa gue semalem sepagi ini udah ketemu sama lo!" komen Dewa. Dia melihat ke atas sana. Matanya menyipit, lehernya mulai pegal.
Wahyu tidak berkomentar, dia masih mengantuk. Saat hormat saja dia menutup mata.
"Gue udah mikirin soal permintaan lo itu. Dan gue nggak mau,"
Wahyu membuka matanya, masih hormat, melirik kesal. "Terserah. Tapi gue tahu lo bukan cowok yang suka seenaknya gitu. Taruhan tetep berjalan suka atau lo nggak suka,"
"Tck! Lo tuh curang! Apa itu bisa gue anggap lo menang?" kata Dewa.
"Curang atau nggak. Semua orang tahu gue yang menang. Dan lo, harus jauhin tuh cewek!"
Dewa geram, dia menoleh sedikit. Keringat mulai muncul di dahinya. "Lo sukakan sama dia? Jujur, lo!"
"Nggak!"
"Gitu! Tapi gue nggak yakin!"
Wahyu menyeka dahinya. "Mungkin nggak bisa di bilang suka juga. Mm---apa itu ya? Tertarik?"
Dewa di sana tertawa getir. Tangannya turun, dia mendorong pelan Wahyu. "Menurut lo tertarik dengan suka itu beda?"
Tangan Wahyu ikut turun, kini dia benar-benar berhadapan dengan Dewa. "Beda!" tekannya. Dia kembali hormat, menghindari kontak mata. "Mungkin,"
"Kasih gue alasan kenapa lo tertarik sama dia!" tanya Dewa. Dia kembali hormat, diam-diam melirik Wahyu.
"Alasan? Alasannya----"
"Tunjukin gue cowok keren,"
"Dan nggak nyangka dia bisa nunjukin apa yang gue mau!"
"Atau mungkin aja mantan anak basis Juput?"
"Trus habis itu apa? Gue suka lo, lo suka gue. Konflik, ribut di sana sini. Trus jadian, trus nikah? Gitu?"
"Ehem! Ehem! Mungkin karena "itu" nya gede," gumam Wahyu.
"Apa!?" pekik Dewa. Dia terlihat begitu terkejut.
Wahyu malu, dia tidak bisa menjawab apapun lagi. Pikirannya kalut, semerawut kemana-mana. Bicaranya jadi melantur.
"Ternyata lo lebih brengsek dari yang gue duga," ucap Dewa. "Tapi entah apapun yang bakalan lo lakukan, gue nggak bakalan diem,"
"Lo sendiri? Sukakan lo sama dia?" tanya Wahyu.
Dewa menutup mata sebentar. Dia sebenarnya tidak mau mengakui ini, tapi hatinya tidak bisa berbohong. "Iya, trus?"
"Jangan kesel kalau tuh cewek naksir gue. Udah kelihatan siapa yang lebih cakep di sini,"
"Pede lo kebangetan, ya!" kata Dewa. "Terserah lo mau ngomong apa. Tapi yang pasti gue nggak bakalan biarin lo bilang suka tuh cewek dari mulut lo sendiri. Dan sebisa gue, gue bakalan jauhin dia dari cowok suka tawuran kek lo,"
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Meet You [ TAMAT ]
Teen Fiction-¦- -¦- -¦- VERSI SATU -¦- -¦- -¦- Kurasakan hati ini berdebar. Kau berdiri di sana. Aku memandang mu serius. Sampai semuanya tiba-tiba menjadi hilang. Hanya aku dan kau yang tersisa. Suaramu terdengar jelas di telingaku. Ku pikir aku gila. Tapi...