-¦- -¦- -¦- 20 -¦- -¦- -¦-

44 4 0
                                    

"Ya, boleh aja,"

Tatapan mereka makin sengit. Iqbal takut, dia menstandarkan motornya. Ikut berdiri di samping Wahyu. Sebenarnya mencari perlindungan. Dia tahu sekali siapa saja yang ada di depan. Fio, Beni, Jarot, Edel dan Reza. Kelima anggota panitia yang selama ini dia hindari

Fio bisa di bilang ketuanya, walaupun dia hanya wakil tapi kehadirannya sudah cukup berpengaruh. Jarot adalah pengurus keamanan terkadang dia juga melakukan penyetoran. Beni adalah bendahara, dia yang selalu memegang uang tauruhan. Edel memantau situasi khususnya memantau kepolisian. Makanya dia jarang sekali di arena balap. Dan terakhir Reza, laki-laki itu tugasnya mengundang tamu, mencari tahu soal siapa saja yang datang. Bisa di bilang dia itu si tahu segalanya. Mata-mata atau apapun itu. Dan Iqbal bertemu beberapa kali di sekolah. Laki-laki itu memang lumayan mencolok saat di sekolah.

Soal ketuanya. Sepertinya tidak ada yang tahu.

Dan entah bagaimana, Wahyu malah terlibat dengan mereka sampai-sampai mencegat mereka saat ini. Kalau saja Iqbal bisa mengumpat, dia pasti mengumpat habis-habisan sepupunya ini.

Salah satu dari mereka maju, itu Reza. Menenangkan Fio. "Fio! Fio! Tenang, Bro!"

Fio menepis tangan Reza. Menurunkan kakinya dari motor Iqbal. Dia mundur, kembali melipat tangan di dada. "Lo urus deh,"

Reza tersenyum ramah, dia mendekat. Terkejut saat melihat Iqbal. "Oh! Lo! Lo Iqbal, kan?"

Iqbal menganguk cangung. Wahyu melirik bingung. "Iya, gue Iqbal,"

Reza mengulurkan tanganya. "Lo tahu gue, kan? Reza! Gue anak IPS."

"Oh iya! Gue tahu, kok!" jawab Iqbal Menerima tangan itu. Lalu melepasnya tidak lama. Tidak ada yang spesial antara dia dan Reza. Hanya sempat berpapasan beberapa kali di lorong sekolah.

Fio di sana memasang wajah bingung. Baru tahu Reza satu sekolah dengan Wahyu. 'Jadi mereka satu sekolah?'

"Lo sekolah di SMA 03?" serobot Wahyu. Wajahnya melihat Reza dengan detail. Merasa belum pernah melihat laki-laki itu di sekolah.

Reza menganguk. "Iya! Lo sendiri?"

"Gue anak baru. Baru sekitar seminggu,"

"Ah! Pantes!" ucap Reza. Melihat ke arah Iqbal. "Jadi dia belom pernah ketemu gue"

Iqbal tertawa cangung. Dia menyikut Wahyu. Berbisik. "Cepet ngomong,"

"Ngomong apa bangsat?"

"Apa kek? Gue males banget ketemu mereka,"

Wahyu menghela napas. "Jadi ada apa? Gue mau balik,"

"Ah! Jadi gini---"

"Lokan yang beberin soal tempat balapan itu sama polisi?" saut Fio di belakang sana.

Reza mengeluh kesal. Dia sebenarnya tidak suka sekali di potong saat berbicara. Tapi keadaanya memang genting. "Aduh, Fio! Tunggu dulu! Lo jangan asal nuduh gitu"

"Apa? Nuduh?" Fio maju, dia mendorong Reza untuk menyingkir dari jalannya. Berdiri tepat di depan Wahyu. "Gimana kalau gue bilang dia itu cowok yang suka bohong? Nipu orang?" ucapnya. "Apa itu nuduh?"

"Maksud lo apa, Fio?" tanya Iqbal. Merasa sepupunya di tuduh yang tidak-tidak. Wahyu hanya anak baik-baik, bukan?

Fio meringis. "Lo tanya aja sendiri ke Jagra! Oh atau Wahyu Putra?"

Wahyu merasa di tantang. Entah untuk perdebatan atau perkelahian. Dua-duanya pasti akan dia lakukan. Tapi di depan Iqbal? Sama saja dia bunuh diri. Dia rasa bukan hari ini untuk membongkar identias aslinya pada sepupunya. Terlalu cepat.

How To Meet You [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang