Liburan sudah selesai. Waktu sebulan itu berlalu begitu cepat. Seperti yang sudah di jadwalkan. Sekolah kembali masuk, anak-anak murid kembali sekolah. Di awal ajaran baru ini. Upacara bendera jadi kegiatan pertama yang mereka semua jalani. Begitu mendukung cuaca di atas sana. Langit biru bersih dan matahari menyilau panas.
Bendera di naikan tanpa hambatan, semua perserta hormat khusyuk. Di iringi lagu Indonesia Raya dari paduan suara, upacara hari ini terlihat cukup spesial. Terlebih pemimpin upacara di sanaadalah sang kepala sekolah. Pria yang sudah umurnya lebih dari lima puluh tahun, tapi masih segar dan gagah di atas podium menjadi pemimpin upacara ini.
Baru saja adalah doa. Berdoa untuk para pahlawan yang gugur untuk kemerdekaan ini. Berdoa untuk mereka agar tenang di atas sana. Menujukan bertapa berterima kasihnya semua orang atas perjuangan mereka. Tapi, tentu saja. Ada beberapa orang yang tersebar di semua barisan tidak berdoa. Entah tidak sempat atau sibuk mengobrol tentang liburan mereka kemarin.
Angel di barisannnya berdiri menyipit menghindari sinar matahari masuk langsung ke matanya. Dewa sendiri berada di paling belakang, berdiri dengan gaya tengilnya. Bahkan topinya dia sengaja pakai miringkan. Acha sejak beberapa menit yang lalu sibuk melihat lengannya. Merasa jam tangannya itu lambat sekali berputar. Keringatnya sudah mengucur deras. Sementara, Fifi di depan sana dia tidak bisa diam. Gelagatnya seperti cacing kepanasan.
"Aduh! Panas banget!" bisiknya. "Kapan selesai sih?"
"Nanti, katanya hari ini juga mau umumin pemenang classmeting bulan lalu," jawab salah satu teman perempuannya.
Fifi gemas. "Aduhh--eh! Gue ke belakang, deh!"
Dia melewati beberapa anak di belakangnya. Pindah ke tempat di ujung barisan. Berharap bisa dapat kesejukan entah dari apapun itu. Jika saja ada satu pohon saja di lapangan voli dan badminton ini sepertinya akan jadi lebih sejuk. Tapi lihat saja, gersang sekali. Beberapa orang protes karena dirinya yang kasar menyelip di antara mereka. Lihat saja setelah upacara ini selesai, dia pasti akan di omeli.
Dengan kesigapannya. Dia sudah berada di ujung barisan. Mengipas dirinya sendiri dengan tangannya. Keringat sudah meluncur dari dahi terutama lehernya. Di saat itu, tiba-tiba di samping kanannya ada sesuatu mengangu. Dia menoleh, tidak protes saat melihat Wahyu yang berdiri di sebelahnya.
"Panas?" sapa Wahyu.
Awal pelajaran baru dia sudah mulai melempar pertanyaan bodoh. Siapapun pasti sebal. Apa lagi di bawah terik matahari seperti sekarang ini. "Dingin banget. Ini gue sampai berembun gini. Meleleh!" jawabnya santai.
Laki-laki si sampingnya itu tertawa pelan. "Lucu, ya?"
"Lah? Aturan gue yang nanya itu ke lo," balas Fifi tidak paham.
"Lucu, kok!"
Fifi mengerutkan dahinya. Mengeleng tidak ingin peduli. Melanjutkan mengipasi lehernya itu. "Liburan keknya lo kebanyakan nonton bokep, ya? Otaknya jadi korslet gini,"
"Sembarangan kalau ngomong!" elaknya. Diam-diam mata Wahyu melirik pada leher di sebelah sana itu. Menelan salivanya susah payah. "Jujur, nih, ya! Pas pertama kali gue upacara di sekolah ini. Lo udah nunjukin leher lo itu. Sekarang nunjukin lagi. Nggak takut ini sama orang yang lo tuduh sering nonton bokep?"
Sontak saja Fifi diam. Menoleh cepat-cepat. Langsung menutupi lehernya, membuat jarak. "Dasar lo! Jadi, sekarang udah mau nunjukin sifat asli lo ya? Jadi, kata si Dewa bener? Kalau lo itu sangean?"
Wahyu mengeleng. "Gue? Hah? Kalau di sodorin hal-hal 'itu' gue rasa semua cowok juga sangean!"
"Dasar lo, ya! Jauh-jauh,"
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Meet You [ TAMAT ]
Ficțiune adolescenți-¦- -¦- -¦- VERSI SATU -¦- -¦- -¦- Kurasakan hati ini berdebar. Kau berdiri di sana. Aku memandang mu serius. Sampai semuanya tiba-tiba menjadi hilang. Hanya aku dan kau yang tersisa. Suaramu terdengar jelas di telingaku. Ku pikir aku gila. Tapi...