-¦- -¦- -¦- 31 -¦- -¦- -¦-

35 3 0
                                    


Dewa tersungkur kasar, terjun ke atas tong sampah kosong berbahan kaleng membuat bunyi yang cukup keras. Di tambah bajunya yang kotor karena terhempas ke tanah yang berlumpur dan berair. Padahal bajunya baru beberapa hari yang lalu dia beli, sekarang sudah terkena lumpur?

Dan jangan lupa pipi kanannya yang memar.

Mendengar suara bising itu, Fifi yang masih menutup mata dia buka lebar-lebar. Terkejut melihat Wahyu yang kini di hadapannya. Shock melihat Dewa ada di ujung sana. "Ahh! Dewa! Kenapa sih ini? Wahyu kenapa lo ada di sini? Kenapa jadi berantem gini?"

Wahyu melemaskan seluruh tubuhnya, menantang Dewa. "Bangun lo! Gue belum selesai,"

"Bangsat lo!" Dewa bangun, dengan brutal balik menyerang. Memukulnya tepat di pelipis, Wahyu terhuyung.

Fifi di sana hanya bisa diam, ingin melerai tapi sepertinya ini bukan waktunya. Dia takut seperti waktu itu. Dia tidak mau tertampar, entah tidak sengaja atau sengaja. "Kalian berhenti," cicitnya.

Mereka masih bertengkar, tapi di belakang sana. Reza, Rizal, Akmal dan Pendy mendekat cepat. Buru-buru melerai dua laki-laki yang kalang kabut itu. Wahyu di tahan oleh Rizal sedangkan Dewa oleh Akmal dan Pendy. Reza hanya berdiri di samping Fifi yang berdiri tanpa kata itu. Situasinya berubah tegang dengan cepat.

Padahal sebelumnya masih baik-baik saja, mereka masih mengintip di ujung sana. Awalnya saat Dewa hanya memojokan Fifi, Wahyu sudah ingin datang tapi Reza menahan laki-laki itu untuk tidak ikut campur dan lihat saja. Lagipula tidak ada hal apapun yang akan terjadi, yakin sekali mereka hanya bertengkar setelah itu kembali seperti semula. Ya, awalnya ucapannya itu memang bisa di percaya. Tapi saat si pembalap liar itu dengan seenak jidatnya menyosor mendekat. Bahkan dari posisi mereka yang cukup jauh, dia tahu sekali. Laki-laki mesum itu mengincar apa.

Wahyu geram, dia mendorong Reza yang menahan dirinya. Hampir terjatuh jika tidak tertangkap oleh Pendy. Lalu setelah itu berlari mendekat. Dan berakhir memukul pipi Dewa tanpa permisi.

Lalu selanjutnya, ini yang terjadi.

"Tenang, Bos!" kata Rizal.

Wahyu berusaha menepis tangan temannya itu. Emosinya sedang naik. Entah karena apa. "Bangsat lo! Sini lo, Anjing!"

Dewa tidak jauh di sana, dia juga sibuk dengan berontakannya, di tahan oleh dua orang. Terlihat bisa di tangani tapi tetap saja menyeramkan. Akmal dan Pendy saja hampir kewalahan. "Apa lo! Lo pikir gue takut, Hah! Lo ke sini, ribut di sini sekarang juga,"

"HEH!" pekik Fifi.

Mereka berdua sontak diam, semuanya juga ikut diam. Kaget juga karena suaranya cukup kencang. Wahyu menepis tangan Rizal dan Dewa melepaskan diri dari dua orang asing di matanya. Membersihkan tubuhnya sendiri.

"Apaan sih lo pada, Hah?" tanya Fifi sewot. Tapi mereka tidak menjawab, sibuk sendiri. "Kenapa jadi ribut?"

Reza merangkul Fifi, menaik turunkan alisnya. "Lo pikir kenapa, Fi?"

Akmal menunjuk gadis di depannya. "Siapa nih cewek?"

"Sepupu gue," jawab Reza.

"Trus kenapa lo pada? Lo kenapa, Yu?" tanya Rizal.

Wahyu berdeham. Gugup total. "Ya, nggak papa, sih!"

Dewa melotot. "Nggak papa? Lo nonjok gue, ya barusan! Buta, lo?"

"Ya, nggak sengaja sih,"

"Emang nih orang pengen gue tampol, sumpah," Lagi-lagi Akmal dan Pendy menahan laki-laki itu. Dewa geram, dia muak. "Lepasin gue! Siapa sih lo pada, Hah!"

How To Meet You [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang