-¦- -¦- -¦- 47 -¦- -¦- -¦-

34 4 0
                                    

Angel meletakan minuman dinginnya di atas meja. Duduk melirik mencari seseorang. "Eh! Si Fifi, mana?"

"Lah? Bukannya bareng sama lo?" jawab Acha. Di tangannya ada gorengan yang sudah tergigit. Bakwan Mpok Jul yang ukurannya besar tapi harganya terjangkau. "Bilangnya dia mau beli es,"

"Ini gue beli es! Dia nggak ada," tunjuknya pada minuman miliknya. "Kemana sih tuh orang?"

"Udah biarin! Tar juga ke sini,"

Acha dan Angel menikmati jajanannya hari ini. Kantin seperti wajarnya, ramainya minta ampun. Kadang Angel juga sempat di dorong punggungnya. Entah di sengaja atau tidak, itu sangat mengangu. Dan seperti yang di katakan Acha. Fifi tidak lama datang, dengan wajah masam.

"Nah! Nih, dia orangnya! Kemana lo?" tanya Angel.

Fifi duduk dengan sebal, meletakan sepiring mie instan juga gelas minuman dinginnya. Tetapi, minuman dingin itu terlihat tidak wajar. Isinya sudah hilang setengah. Terlebih esnya bahkan menghilang. Bagi Acha dan Angel, itu tidak normal. "Sebel gue,"

"Kenapa?" tanya Acha.

"Lo liat nih! Es gue tumpah!" lapornya.

"Njiir! Hampir nggak tersisa gitu," seru Acha. Melihat gelas itu detail. "Siapa?"

"Temen lo tuh! Si Bagas! Tuh orang kenapa sih seloboran banget. Petakilan! Pengen gue iket," omelnya. "Gue lagi mau nerima nih es. Eh tuh orang dorong gue. Alasannya dia di dorong sama si Fikri. Kesel banget gue! Gue belom minum tahu,"

Acha tertawa geli. "Bukan temen gue dia!"

"Kan, lo aja nggak anggep! Ih! Tuh kalau orang ada di kelas gue, habis dia, gue jambakin. Waktu itu dorong gue ampe semua buku gue jatoh, sekarang es gue! Suka banget nabrak gue,"

"Tukeran mau nggak? Si Bagas di kelas lo! Si Tio di kelas gue," Acha memasang wajah senang. Menyentuh kedua pipinya dengan kedua tangan yang berminyak itu. "Pasti hari-hari gue kaya di surga,"

Fifi mengangguk antusias. "Iya, lo di surga! Gue di neraka. Bisa botak pala gue kalau si Bagas ada di kelas gue,"

Angel menyela. "Tapi masih mending Bagas. Dari pada si Dewa,"

"Aduh, Dewa masih mendingan. Dia walaupun begitu, nggak bakalan kaya Bagas banget." katanya. "Udah, ah! Gue mau makan! Ngilangin gondok gue,"

"Gondok mah lo makan garem sono," ledek Angel.

"Itu gondokan! Ini beda!" kata Fifi sebal.

Angel tertawa geli. "Sensian amat, sih!"

Fifi tidak merespon. Lebih memilih menikmati makanannya. Acha tiba-tiba memukul meja. Dua temannya terkejut. "Eh! Iya! Gue inget,"

"Apaan sih? Bikin kaget aja," ujar Angel.

"Tahu lo! Jebol meja kantin, nanti," tambah Fifi.

"Lo sadar nggak! Ini udah seminggu," katanya. Dua orang di sana mengerutkan dahi, tidak paham. "Seminggu setelah kita berdua nanya soal siapa cowok yang lo pilih! Si Dewa apa si Wahyu,"

Mie instan di mulut Fifi berhenti bergerak masuk. Dia mengerling gugup. Diam-diam menggapai gelasnya, berniat kabur. "Gue ke---"

"Eett! Mau kemana lo!" tahan Acha. Dia menarik seragam Fifi. Memaksanya duduk. "Diem-diem lo! Jangan kabur,"

"Elah!" keluhnya. Terpaksa meletakan kembali semua barangnya di atas meja. Duduk dengan lesu.

Angel menganguk. "Tahu, gimana sih! Jadi siapa? Seminggu nih! Lama banget,"

How To Meet You [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang