Ketika bel berbunyi, Fifi langsung keluar dari kelas. Sempat di tanya oleh teman kelasnya tapi tidak dia gubris. Berlari cepat sekali, menabrak siapapun yang menghalangi jalannya. Ada yang harus dia pastikan, dia penasaran. Begitu sudah sampai di tujuan, dia ngos-ngosan. Mengintip dari jendela. Ini kelas Angel, tempatnya ada di pojok sekali. Gelap dan menyeramkan. Tapi murid di dalam sepertinya tidak protes apapun. Di dalam ramai sekali. Gaduh seperti pasar malam. Guru sudah keluar dari kelas itu sebelum dia datang.
Pelan-pelan dia memasukan tubuhnya. Mencari keberadaan Angel. Ketika menemukan sosoknya, mereka melambaikan tangan. Kursinya ada di ujung kanan kelas. Meja ke dua dekat Guru. Tanpa basa-basi dia mendekat. Duduk di sebelah bangku yang kosong itu.
"Tumben lu ke sini! Mau ke kantin?" tanya Angel.
Fifi tertawa cangung. "Nggak sih, pengen main aja ke sini. Tapi kalau lo mau ke kantin, ayo,"
"Tar dulu deh! Gue selesaiin ini dulu bentar, tanggung," Dia menunjukan buku yang sudah penuh tulisan. Catatan pelajaran bahasa indonesia. Fifi hanya menganguk. Dia duduk saja.
Tujuannya datang ke kelas Angel sebenarnya penasaran. Apa Dewa sudah sembuh? Apa dia masuk? Tapi saat dia melihat ke arah bangkunya di ujung belakang sana. Sosoknya tidak ada. Dia berusaha melihat dengan jelas. Tapi sepertinya tasnya juga tidak ada. Yang berarti laki-laki itu belum masuk.
"Nyariin siapa sih?" tanya Angel.
Fifi terkejut, kembali duduk lurus ke depan. "Nggak sih! Kepo aja liat-liat kelas lo. Bersih juga ternyata,"
"Dewa belom masuk,"
Fifi tersentak. "Hah? Kenapa si Dewa?"
"Gue tahu lo ke sini mau ketemu si Dewa. Mastiin dia udah masuk sekolah apa belom," ujarnya. Masih sibuk menulis. "Katanya sih udah keluar dari rumah sakit."
"Ya, gue sih nggak peduli. Gue malah bersyukur nggak ada tuh orang," cibirnya. Tangannya di lipat di dada. Memasang wajah masamnya.
Angel hanya menganguk. Dia menutup bukunya. Mulai membereskan semua barangnya yang ada di atas meja. "Iya, deh! Yang lagi ngelak mah jangan di pojokin. Kasihan nggak punya alibi bagus,"
"Nggak percaya sama gue, nih?" tukasnya.
"Nggak, cuman lo gampang ketebak aja,"
"Sama aja, tahu!" geramnya. Dia bangun, berdecak. "Udah! Ayo ke kantin. Sebel gue jadi laper,"
Mereka berdua tidak lama keluar. Angel berjalan lebih dulu. Tetap, Fifi memang penasaran. Keluar kelas dia curi-curi pandang ke arah meja di sana. Keluhan keluar dari mulutnya. Dia mulai membatin. 'Apa gue harus jenguk tuh orang?'
Begitu keluar kelas, Angel tiba-tiba berjongkok. Membetulkan tali sepatunya. Jadi, Fifi pergi dulu. Menunggunya di tengah jalan lorong kelas. Saat dia sedang berdiri di sana. Tiba-tiba dari arah kiri, dia terdorong kasar. Dia tentu saja jatuh. Angel terkejut. Dia buru-buru menolong.
"Eh! Fi! Lo nggak papa?"
"Aduhh! Siapa sih?" omelnya.
"Eh! Sorry, Fi!" serunya.
Fifi bangun, membersihkan seragamnya. Begitu melihat siapa pelakunya. Wah, dia marah sekali. "Lo! BAGASSSS! SUKA BANGET KAYANYA LO BIKIN GUE JATOH," teriaknya.
Bagas panik. "Iya, sorry, sumpah! Gue di dorong si Sultan ini! Tan, lo sih!"
Laki-laki di belakang sana itu Sultan. Sekelas dengan Angel. "Ya, maap, dah!"
"Ihhh! Sebel gue! Gue duluan!" Ucap Fifi. Dia menabrak pundak Bagas. "Minggir,"
Angel tanpa kata mengikuti Fifi yang sudah pergi jauh itu. Bagas dan Sultan mengusap telungkuknya. Kemudian, menaikan bahu tidak paham.
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Meet You [ TAMAT ]
Teen Fiction-¦- -¦- -¦- VERSI SATU -¦- -¦- -¦- Kurasakan hati ini berdebar. Kau berdiri di sana. Aku memandang mu serius. Sampai semuanya tiba-tiba menjadi hilang. Hanya aku dan kau yang tersisa. Suaramu terdengar jelas di telingaku. Ku pikir aku gila. Tapi...