-¦- -¦- -¦- 12 -¦- -¦- -¦-

43 6 0
                                    


Wajah tampan Wahyu di basuh kasar di kamar mandi. Seragamnya jadi terciprat sedikit. Rambutnya juga ikut basah. Mungkin dia berniat menyegarkan diri tapi entah kenapa malah tampak seperti tersiram.

Dia menatap kaca di kamar mandi, kedua tanganya mengengam wastafel kencang dan dia tampak kesal. Lalu lagi-lagi dia membasuh wajahnya.

"Sialan!" gerutunya. Dia menyeka ke dua mata dengan lengannya. "Tuh cewek kenapa bisa tahu segitunya?"

Di antara air yang mengalir di wajah terutama di dagunya, pikirannya kalut memikirkan gadis itu. Mengulang semua hal, saat pertama kali bertemu, saat dia begitu penasaran kenapa gadis itu lupa padanya termasuk kejadian pelecehan itu. Tidak! Dia tidak pernah melecehkannya, itu hanya tidak di sengaja. Sepertinya dia harus segera melupakan hal itu.

Sebelum dia berada di kamar mandi. Wahyu masih di kelas, tapi setelah kelompoknya selesai presentasi, Wahyu di hantui rasa penasaran sampai-sampai tidak bisa fokus. Akhirnya dia meminta izin ke kamar mandi. Menyadarkan diri. Namun, malah berakhir berpikiran macam-macam.

Memikirkan segala kemungkinan jika gadis itu mungkin saja punya hubungan dengan musuhnya di Pusat. Dia ingin berpikir positif, mungkin saja gadis itu memang terlalu ahli soal mencari hal seperti itu atau mungkin dia punya teman yang memberikan semua informasi itu. Padahal dia berniat hidup tenang ketika dia sudah pindah ke Barat. Lagi pula siapa juga yang akan mengenalinya di tempat yang cukup jauh ini. Paling-paling Iqbal jika dia suatu saat mungkin ingin jujur soal dirinya yang dulu.

Tapi hari ini? Dia merasa tidak aman, walaupun dia hanya seorang gadis. Semua hal yang bersangkutan dengan musuhnya harus dia curigai.

"Sialan bener! Gue kecewa berat kalau dia ada hubungan sama Iksan," kata Wahyu. Di jawab kesunyian di kamar mandi. Dia menghela napas. "Gue rasa emang harusnya gue cepet selesaiin masalah gue sama Iksan. Biar hidup gue tenang,"

Tangan Wahyu lagi-lagi mengengam kedua sisi wastafel, kesal sendiri. "Tapi tuh cewek siapa sebenarnya, anjir?"

Keluhannya terhenti ketika ponselnya berbunyi, dia mengangkat panggilan dari Rizal Mungkin memaki laki-laki itu kenapa selalu menghubunginya di jam pelajaran. Apa dia tidak sadar kondisinya sudah berbeda?

"Apaan, sih?" omel Wahyu.

Wow! Santai, bos!

"Lo keknya nggak tahu kalau sekarang di sekolah gue lagi jam pelajaran, ya?" katanya. "Mau bikin gue ke tahuan mainin hp di kelas trus hp gue di sita, gitu?"

Elah sensian amat sih. Iseng, siapa tahu lagi kosong gitu.

"Sialan lo!"

Ngapa sih? Marah-marah mulu lu, kan gue niat baik. Ingin tahu keadaan beszt pren gue

Wahyu terkekeh. "Best friend apa lo! Kalau best friend main ke Barat."

Iya, nanti. Ngumpulin duit dulu, bangsat! Tar gue kaga bisa balik

"Gue tunggu lo!" ancam Wahyu.

Haha iya! Lagi dimana lo?

"Kamar mandi,"

Hahaha! Senam lima jari sepertinya

"Sialan lo! Kagalah!" elaknya.

Di luar, tanpa Wahyu sadari datang Dewa ingin masuk, tapi terhenti ketika melihat ada kehadirannya di sana. Bukannya masuk, dia malah mengintip. Menguping di samping pintu.

Alah sok ngelak lo!

"Nggak bangsat! Ngotot amat sih!" tekan Wahyu. Kesal sendiri. Lebih geram lagi saat mendengar suara tawa Rizal di ujung sana. "Zal! Zal!"

How To Meet You [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang