"Ih nggak! Kelas gue mah menang Basket putra doang! Kelasan si Acha tuh! Basket putri, iya! Badminton, iya! Trus dapet juga kelas terbersih. Dih! Licik, ya!" protes Angel tidak senang. Sekarang mereka berjalan menuju gapura. Berniat pulang. Hari pertama sekolah setelah liburan panjang memang terasa berat sekali.
Aksi protes itu tentu saja di jawab semburan tidak mau kalah dari Acha. "Loh? Ya, wajar dong! Gue menangin basketnya. Trus Badminton emang ada jagoannya di kelas gue. Trus masalah kelas gue menang kelas terbersih! Lah emang bersih! Di bandingin kelas lo ya, emang bersihan kelas gue,"
"Yang bener, yang di pojok kelas gue itu bersih. Kelasan lo juga gue liat juga berantakan mulu," balas Angel lagi.
Acha mengeleng. "Nggak tahulah! Protes aja sana ke OSIS. Gue sih terima hadiah aja,"
"Eh, udah dong! Jadi berantem sih?" lerai Fifi. Dia di belakang. Sejak tadi memperhatian perdebatan mereka berdua. Niatnya mau pulang sekolah. Lalu pergi ke rumahnya. Padahal sedang berjalan di pinggir jalan. Tapi mereka tidak berhenti cekcok sejak tadi. "Yang bener kelas gue yang bersih,"
"Ngarang lo!" serbot mereka berdua.
Fifi menutup mulutnya rapat-rapat. "Ye, ah! Sensian amat sih. Udah jangan ribut,"
"Bukan ribut! Hanya berpendapat," kata Acha. Masih dongkol.
"Iya! Cuman kasih tahu doang. Nggak ada niatan berdebat sih," saut Angel.
Mereka jadi saling tatap dengan wajah sebal. Lalu membuang muka setelah cukup. Fifi jengah, dia mempercepat langkahnya. Membelah dua orang itu. Berdiri di antara mereka sembari menyamakan langkah mereka. "Heh! Nih, kita mau nginep di rumah gue. Udahah! Ketimbang piala sama hadiah aja jadi perkara! Lagian tuh classmeting udah sebulan yang lalu. Dan urusan tuh kelas terbersih. Yaudalah! Kan tiap minggu ada," ucap Fifi netral.
Angel diam. Acha mulai tenang. "Iya, sih!" jawab Angel.
"Ya, juga,"
"Yaudah!" Fifi merangkul kedua temannya itu. Menarik mereka mendekat. "Jan gaduh-gaduhlah! Tar di rumah gue kita makan-makan!"
Acha melirik Angel. Dia menyodorkan tangannya. Meminta maaf. "Sorry, deh!"
"Sama! Tar pas nyampe di rumah. Kita habisin makanan dia,"
"Siap!"
Fifi buru-buru melepaskan rangkulan itu. Mendorong keduanya. "Dasar lo pada! Awas-awas!"
Diam-diam di belakang mereka tertawa geli. Berbaikan begitu mudah, memang kalau sudah meledek gadis yang satu itu. Segala perkara yang terjadi langsung di lupakan. Lucu, sih! Berharap saja gadis itu tidak menganggap serius candaanya. Cepat-cepat mereka berdua menyusul Fifi. Mengodanya untuk tertawa. Dan setelah itu, mereka kembali seperti biasanya. Tertawa, bercanda.
Namun, ketika berada di pertigaan. Langkah mereka terhenti ketika melihat sosok Dewa berdiri menyender pada motornya itu. Menunggu seseorang. Begitu dia berdiri tegak tepat di hadapan Fifi. Mereka tahu sekali siapa yang Dewa tunggu.
"Gue mau ngomong sama Fifi," kata Dewa.
Fifi panik. "Hah? Tapi---"
"Ok! Ayo, Jel! Kita duluan," saut Acha.
Angel menganguk. Menepuk pundak Fifi pelan. Melewati mereka berdua begitu saja. "Kita tunggu di gapura!"
"Ahelah!" keluhnya. Dewa memandangnya dingin. Membuat dia tambah kesal. "Mau apa lo?"
Dewa melirik ke sana kemari. Harusnya dia mencari tempat yang lebih sepi di bandingkan jalanan. "Ke tempat lain, yuk,"
"Nggak mau! Udah deh! Mau apa?" ucap Fifi tidak senang. Sudah tidak sabar ingin menyusul temannya di sana itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Meet You [ TAMAT ]
Teen Fiction-¦- -¦- -¦- VERSI SATU -¦- -¦- -¦- Kurasakan hati ini berdebar. Kau berdiri di sana. Aku memandang mu serius. Sampai semuanya tiba-tiba menjadi hilang. Hanya aku dan kau yang tersisa. Suaramu terdengar jelas di telingaku. Ku pikir aku gila. Tapi...