Kali ini di rumah, Fifi kedatangan tamu yang cukup mengangu waktunya. Padahal malam hari, setelah dia selesai merapihkan semua tugas sekolah dia akan pergi menulis melanjutkan cerita yang harus dia segera tamatkan bulan ini.
Namun, apa? Oh, ya! Ada tamu tidak di undang masuk begitu saja ke kamarnya.
"Ambilin gue minum sono!" serunya.
Fifi yang berada di meja belajar mengertakan gigi, mengengam ponselnya erat-erat. Ketikanya berhenti, khayalannya buyar. Dan dia ingin sekali menimpuk laki-laki tidak tahu diri itu dengan bantal. "Hah? Gue? Sorry, ya! Gue sibuk,"
"Cepet! Haus nih! Tamu itu raja! Cepet! Ambilin gue minum, pembantu!" kata Reza di atas ranjang miliknya. Masih sibuk bermain dengan ponselnya juga. Tapi mungkin dia sibuk membalas semua pesan yang datang. Atau games?
"Reza! Gue lagi bikin cerita! Jadi tolong sekali Anda keluar dari kamar! Sebelum gue tampol!"
"Pembantu! Cepet ambil minum, sekalian makan! Kalau bisa snack kentang yang di atas meja tuh," tunjuk Reza pada salah satu makanan milik Fifi di atas meja belajar.
Gadis itu geram, dia bangun. Menarik salah satu bantal yang di tiduri oleh Reza. Dia yang sedang menyender pada kepala kasur terpentuk dengan cukup keras. Setelah itu, langsung di suguhkan pukulan bertubi-tubi dengan bantal. "Pergi nggak lo! Lagian lo ngapain sih di sini, Hah! Minta makan juga lagi. Kek gelandangan lo,"
"Au! Aduh! Woi! Santai dong!"
"Yaudah sono keluar. Gue mau bikin cerita Reza," rengeknya sedih.
Reza berdecak. "Yaudah gue diem."
"Gue suruh lo keluar bukan diem!" katanya geram.
"Elah! Numpang tiduran!"
"Lo---"
"Et! Udah dong! Tar muka ganteng gue ilang," katanya. Sekarang dia duduk, memeluk salah satu guling milik gadis itu. "Aduh empuk,"
Fifi berdecak, melempar bantal di tanganya pada muka sepupunya itu. Duduk di kursi, mulai melanjutkan mengetik di sana.
"Lagian ngapain sih lo ke sini?" kata Fifi sewot.
Reza menaikan bahunya. "Nyokap gue ke sini minta emak lo jahitin baju dia. Trus gue suruh nganter. Nungguin sampai rapih. Lagian malem-malem, gue kalo nggak di suruh juga ogah dateng ke sini. Oh ya, juga kan ada wifi gratis di sini,"
"Dasar perampok," gumamnya. Untung saja laki-laki itu tidak dengar. Mencoba kembali fokus.
Cerita yang sedang dia buat kali ini adalah kisah seorang perempuan yang secara tidak sengaja bertemu orang yang sudah menolongnya dari kejadian berbahaya. Lalu secara tidak sengaja juga mereka jadi satu pelajar di sekolah, secara tidak sengaja menjadi teman sekelas dan secara tidak sengaja juga satu kelompok. Fifi tertawa getir, dia memang menyadari ada begitu banyak kebetulan yang terlihat sangat menyebalkan. Bahkan bagi dirinya. Habisnya, mau di pikirkan sekeras apapun. Semua hal itu tidak akan terjadi di dun---
Ah! Ah! Ah!
"REZA! KELUAR LO KALAU MAU NONTON BOKEP, SIALAN!" pekik Fifi. Kembali menyerang laki-laki menyebalkan itu dengan bantal. Mungkin kali ini dengan sedikit pukulan bringas. "RESE BANGET LO! OTAK GUE JADI KOTOR! LO BUANG-BUANG WIFI DI RUMAH GUE, SIALAN!"
"aah! Hahahah! Anjir! Udah! Sakit! Bercanda doang elah!"
"Bercanda apaan lo! Kalo lagi mesum sono ke kamar mandi! Jangan di sini," sewot Fifi.
Reza tertawa geli. "Ah dasar lo! Seneng banget gue ganguin lu,"
"Lu sekali lagi ganguin. Sumpah gue smackdown di situ," ancamnya. Dia kembali duduk, kali ini membawa bantal untuk menahan dagunya di atas meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Meet You [ TAMAT ]
Подростковая литература-¦- -¦- -¦- VERSI SATU -¦- -¦- -¦- Kurasakan hati ini berdebar. Kau berdiri di sana. Aku memandang mu serius. Sampai semuanya tiba-tiba menjadi hilang. Hanya aku dan kau yang tersisa. Suaramu terdengar jelas di telingaku. Ku pikir aku gila. Tapi...