"Serius lo pada! Jangan ngada-ngada, dah! Gue yang kaget nih," kata Reza begitu. Ya, dia seperti kesal. Cuman, aneh saja dia kesal. Reza hanya sepupu. Kenapa dia begitu peduli?
"Lah! Orangnya ngaku sendiri. Ya, masa kita ngibul! Nih orang sedeng juga, sih!" balas Acha tidak mau kalah.
Angel menganguk. "Emang kenapa sih?"
"Gue kaga suka aja si Fifi malah jadi demen sama si Wahyu," katanya. "Ya, gue sih nggak bisa ngelarang. Cuman, ya kek---banyak cowok sekolahan ini. Kenapa dia malah milih si Wahyu?"
"Trus dia harus milih si Dewa?" serobot Acha. "Dewa lebih baik gitu dari si Wahyu?"
"Ya, nggak juga! Kapan sih gue bilang si Dewa baik! Tuh orang malah blangsaknya lebih dari gue." Reza frustasi. Dia mengacak-acak rambutnya. Duduk di tempat sebelumnya Fifi berada. "Tapi si Wahyu. Menurut gue dia malah yang harusnya paling di jauhin si Fifi,"
Acha mengeleng. "Gue kaga paham ama kode-kodean lo, deh, ya! Langsung ke inti cepet,"
"Sebelum libur. Lo berdua lihat si Fifi pipinya biru, kan?" tanya Reza. Dua-duanya menganguk. "Itu gara-gara si Wahyu!"
"Hah?" pekik dua-duanya. "Kok bisa?"
"Lo berdua tahu kalau si Wahyu anak tawuran?"
"Tahulah anjiir! Si Dewa juga anak balap kan? Makanya si Fifi demen amat tuh dua orang," jawab Angel.
Reza menganguk. "Bagus! Dan, si Wahyu anak tawuran dia punya masalah. Ya, rumit banget dah. Gue kaga bisa jelasin detail. Tapi temen-temennya si Wahyu dateng ke sini. Bikin rusuh dan musuh dia juga ke sini. Dan si Fifi jadi sasaran. Gue juga. Pas gue masuk rumah sakit. Pas itu juga si Fifi memar, kan?" jelasnya. "Trus Dewa, masuk rumah sakit. Wahyu juga. Itu gara-gara masalah si Wahyu. Pokoknya semuanya gara-gara si Wahyu. Jadi, gue rada kurang suka aja. Takut tuh orang bikin masalah lagi,"
"Kok si Fifi nggak kasih tahu ke kita. Bilangnya kena bola!" komen Angel tidak suka. Dia bangun, kesal sekali. "Gue butuh penjelasan!"
"Ehh! Tunggu dulu!" tahan Acha. "Belom selesai, nih!"
"Apaan lagi?" tanya Angel. Terpaksa kembali duduk.
Acha berdesis. "Gue denger si Wahyu sama si Dewa mau tanding, kan? Balapan?"
Reza menganguk. "Iye, ngerebutin si Fifi. Gila, ya!"
"Gue sih nggak mau protes apa-apa. Kita berdua dukung dia mau ama siapa aja sih," kata Angel. "Ya, cuman jangan bohong ke gitu lah. Itu kan hal serius,"
"Gue yakin pasti ada alasan dia nggak mau kasih tahu." pikir Acha. "Sekarang tinggal tunggu dia pacaran aja. Baru kita palak dia,"
Reza menjentikan jarinya. "Oh, ya! Tar malem mereka mau balapan. Lo berdua mau ikut?"
Angel mengerutkan dahinya. "Eh? Tar malem? Bukannya tadi malem?"
"Bukan! Tar malem. Mau nggak?"
"Jam berapa mulainya?" tanya Acha.
"Jam satu,"
"Siang?"
"Malem dodol,"
Acha mengeleng, dia angkat tangan. "Gue masih mau tinggal di rumah."
"Rumah gue rada perumahan gitu. Kalau keluar jam segitu di tanyain satpam. Gue males di tanya-tanya" sambung Angel ikut memberikan alasan.
Reza berdecak sebal. "Bilang aja nggak ikut! Ribet amat sih. Dasar cewek!"
-¦- -¦- -¦- -¦- -¦- -¦- -¦-
Ketukan pintu di kamar membuat Fifi risih. Habisnya sudah sekitar lima kali suara itu berbunyi. Padahal dia sudah bilang hari ini tidak ingin di gangu. Kelanjutan ceritanya sudah di tahan beberapa hari. Para pembacanya sudah berdemo untuk cerita selanjutnya. Jika dia tidak menuruti permintaan mereka. Tidak salah lagi, dia pasti akan di tinggalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Meet You [ TAMAT ]
Teen Fiction-¦- -¦- -¦- VERSI SATU -¦- -¦- -¦- Kurasakan hati ini berdebar. Kau berdiri di sana. Aku memandang mu serius. Sampai semuanya tiba-tiba menjadi hilang. Hanya aku dan kau yang tersisa. Suaramu terdengar jelas di telingaku. Ku pikir aku gila. Tapi...