-¦- -¦- -¦- 8 -¦- -¦- -¦-

42 5 0
                                    

Jalanan besar di tempat yang cukup lebar itu kembali ramai. Mungkin kali ini pengunjungnya menjadi dua kali lipat di bandingkan kemarin. Suara knalpot motor yang di geber sudah terdengar, asap juga di beberapa tempat mengebul menutupi jalanan.

Tapi bagi Wahyu dan Iqbal. Semuanya sama saja seperti kemarin.

"Hoam! Anjir! Ngantuk gila gue!" ucap Wahyu. Menampar pipinya.

Iqbal menjambak rambutnya. Menyadarkan diri sendiri. "Sama, Yu!"

"Mendingan kita nanti pulang rada cepet, dah!"

"Ya! Lagian di sini lagi nggak ada yang menarik. Tar kalau udah liat lomba pertama kita langsung balik,"

Posisi mereka saat ini ada di bawah pohon ceri. Duduk di antara puluhan sepeda motor yang di parkir. Di sana sedikit gelap, hanya di terangi oleh cahaya rembulan dan lampu jalanan di pinggir jalan di sana. Yang jaraknya cukup jauh.

Mereka sudah datang ke tempat itu lebih awal. Sekitar jam dua belas malam, mereka sudah duduk di tempat itu. Hanya menguap semenjak sepuluh menit duduk. Wahyu memakai jaket hitamnya, memeluk dirinya sendiri. Udara menjadi dingin ketika malam tiba, terutama menjelang pagi.  Sebagai anak baru di lingkaran perbalapan liar, dia masih harus beradaptasi. Terutama soal rasa kantuknya itu.

Bahkan Iqbal yang sudah dua minggu lebih mengikuti acara ini. Masih membuka mulutnya cukup lebar.

"Sialan! Gue beli kopi dulu, dah!"

"Tolol! Tar nggak ngantuk dong!" kata Wahyu tidak santai.

"Iye! Gue tahu! Tar balik gue masih ngantuk lu mau kita nyungsep ke coberan?"

Wahyu tertawa. "Kagalah! Yaudah sono! Sensian amat lu ke emak-emak,"

"Pe'a! Udahah! Tunggu sini lu! Nggak usah ngelayab!"

Iqbal pergi, menghindari tanah yang basah di sana. Wahyu menyender pada motor orang lain. Menggerutu. "Ngelayab? Lo pikir gue bocah lima tahun?"

Wahyu merogoh saku celananya. Mengeluarkan rokok dan koreknya. Mulai menghisap rokok di sana. Berharap rasa kantuknya hilang.

Baru tiga kali menghisap, ponselnya berbunyi. Dia mengambilnya dengan susah payah. Langsung mengangkat panggilan itu tanpa ragu.

"Apaan?"

Dimana lu?

"Ngapain lu?"

Tolol! Gue nanya malah nanya balik,

Wahyu mengapit ponselnya dengan dagunya. Meletakan kotak rokok dan koreknya di motor Iqbal. Kemudian membuang asap rokok. "Apaan si lu, Zal! Jam berapa nih?"

Jam setengah satu

Wahyu berdecak. "Nah! Wajar dong gue nanya! Ngapain lu?"

Lagi nongkrong sama anak-anak. Nyari cewek. Nggak kaya lu! Jomblo akut. Sok jual mahal lu. Mendem aja lu di rumah sampe jamuran, bengkok tar punya lu tuh di bawah

Wahyu membuang asap rokoknya. "Sumpah lu kalo di sebelah gue. Gue tampol"

Makanya cari cewek, Bos! Di sana banyak kali. Cakep-cakep. Sekseh sekseh!

Wahyu tersedak asap rokok. "Tolol! Suara lu kek, anjing!"

Lah! Suara anjing mah  Guk guk

"Nah itu baru anjing,"

Bangsat lo!

Wahyu tertawa. Membuang rokoknya ke bawah, menginjaknya sampai mati. "Gue lagi di luar,"

How To Meet You [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang