Di posisi senyaman dirinya, Iqbal mengganti saluran televisi dari tombol di bawah layar menggunakan kakinya. Tapi usahanya gagal, dia lupa tombol di sana sudah jebol ke dalam. Korbannya adalah tombol volume dan pengganti chanel. Tombol powernya sendiri sudah bolong. Tidak mengherankan, televisinya ini sudah tua sekali. Bahkan mungkin umurnya sudah lebih tua di bandingkan dia sendiri.
Kalau di ingat, mungkin sudah lima kali televisi ini pergi ke bengkel dengan berbagai macam alasan penyakit. Namun, televisi tua itu benar-benar kuat. Lihat saja, masih kuat menampilkan acara dengan layar jernih. Memang jalan satu-satunya mengambil alih televisi legenda ini hanya dengan menggunakan remot. Tapi, jujur saja. Remotnya itu ada di atas lemari di samping televisi itu. Dan tahu saja, setelah babak belur dan jelas-jelas masuk rumah sakit. Dia tidak bisa bergerak banyak.
Dia mengeluh, berdecak sebal. "Yu! Wahyu! Sini cepet,"
"Apaan? Sabar napa! Tadi minta minum ini lagi gue ambilin," saut Wahyu di belakang sana.
"Elah lama amat sih," protesnya. "Cepetan dong kalau jadi pembantu,"
Tidak ada jawaban lagi dari Wahyu di dapur sana. Iqbal melihat acara televisi yang menampilkan iklan sabun cuci piring dengan wajah dongkolnya. Dia jenuh, dia ingat ada acara lucu di stasiun lain. Dan sepupunya yang lelet itu memperlambat acara menontonnya hanya karena segelas air. Sekitar sepuluh menit yang lalu, Wahyu bertamu ke rumahnya. Lalu mengatakan ingin meminta maaf soal pemukulannya itu. Katanya apapun yang dia minta akan di lakukan olehnya. Untuk malam ini.
Dia sudah menyuruh Wahyu mengerjakan tugas sekolahnya, ngambilkan bantal, lalu meminta di bawakan minum. Iqbal suka sekali, dia memang harusnya membuat sepupunya itu jadi pembantunya.
"Nih," segelas air putih di letakan di atas kramik, tepat di samping Iqbal yang tiduran bagaikan raja. "Air putih,"
Iqbal memasang wajah tidak suka. "Lah? Kok air putih?"
"Lah emang apaan? Lu bilang minta minum. Ya ini, minum," jelas Wahyu.
"Es dong! Es!"
"Bal! Gue tadi angkat galon di belakang." kata Wahyu. "Lagian di kulkas lo kaga ada es batu,"
Iqbal mengendus kesal. Terpaksa dia meneguk segelas air putih itu. Menghabiskannya dalam beberapa detik. Setelah itu, dia kembali tiduran. Mulai aksi kerja rodi itu. "Tuh! Ambilin remot,"
"Bal! Sumpah ya, gue---" Iqbal langsung menggeleng dengan wajah menyebalkannya itu. Mengkodekan pada Wahyu jika dia bisa membongkar kebenarannya. Terpaksa Wahyu mengambil remot televisi di sana. Memberikan pada Iqbal dengan tidak ikhlas. "Nih! Makan tuh remot,"
"Gitu dong. Kan jadi sepupu berguna. Nggak nyusahin gue," kata Iqbal.
Wahyu memutar bola matanya malas. Mulai, sepupunya itu jadi semakin keterlaluan. Mentang-mentang dia bisa menggunakan dirinya sesuka hati. Dia jadi seperti orang tamak dan menyebalkan. Tapi hari ini dia lupakan yang satu ini. Sementara Iqbal sibuk menganti acara yang dia inginkan. Wahyu diam melihat keadaan sepupunya itu yang bahkan jauh dari keadaan baik seperti dirinya.
Perban dan plester memang masih menempel di tubuh Wahyu. Tapi Iqbal, memarnya itu bahkan lebih mengerikan di banding dirinya, hampir seluruh tubuhnya di perban karena begitu banyak luka. Termasuk kepalanya itu. Sampai retak! Dia tahu itu tidak terlalu berpengaruh apapun, tapi itu konteksnya retak! Yang di pikirannya, pasti mereka memukuli Iqbal tanpa perasaan. Melakukan ini semua sebagai mainan belaka. Melepaskan nafsu mereka itu.
"Lagian lu ngapa pulang sih? Orang suruh di rumah sakit," kata Wahyu ketus.
"Suka-suka gue ngapa! Gue tuh kaga suka di rumah sakit. Lagian si Reza juga balik. Tar gue sendirian. Males, mendingan di rumah,"
![](https://img.wattpad.com/cover/249724783-288-k508222.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Meet You [ TAMAT ]
Novela Juvenil-¦- -¦- -¦- VERSI SATU -¦- -¦- -¦- Kurasakan hati ini berdebar. Kau berdiri di sana. Aku memandang mu serius. Sampai semuanya tiba-tiba menjadi hilang. Hanya aku dan kau yang tersisa. Suaramu terdengar jelas di telingaku. Ku pikir aku gila. Tapi...