Malam itu, lagi-lagi Iqbal datang ke rumah Wahyu. Tentu saja mengajak sepupunya itu untuk pergi ke tempat balap. Dia baru dapat pesan dari Jarot soal lokasi baru mereka untuk bertanding dan menetap. Sedekat itu pertemanan Jarot dan dia? Ya, mungkin saja. Padahal dia bilang sendiri tidak ingin dekat-dekat dengan anggota panitia. Namun, baginya Jarot berbeda. Dia sangat bersahabat sekali. Auranya itu tidak menyeramkan seperti yang lain.
Dan Jarotlah yang pertama kali bicara padanya saat dia masih baru sekali.
Jarot orang baik. Dia tahu sekali laki-laki itu juga tahu teman panitianya yang lain tidak seperti dirinya. Kecuali Reza, laki-laki itu hanya ingin terlihat keren. Tapi karena hobi, dia sepertinya menahan. Mengabaikan semua itu. Dan soal lokasi, memang Jarot yang paling jago menemukan penggantinya. Dia itu selalu siap sedia jika menyangkut balap liar. Jelas sekali tidak mau ketinggalan satu haripun hanya karena terciduk oleh anggota polisi. Kadang Iqbal berpikir kenapa tidak Jarot saja yang menjadi ketuanya?
Benar-benar aneh! Dan sebenarnya kemana ketuanya pergi?
"Mau kemane si lu pade malem-malem begini?" tanya Yamin. Dia duduk di atas dipan. Pakai sarung dan baju putih polos, tiduran di sana.
Iqbal tertawa renyah. "Biasa lah, Beh! Anak laki mah, suka ngeyalab aja kalau malem. Kaya kampret,"
Kampret? Mungkin nama lainnya kelelawar. Biasa Iqbal itu suka ingin ngelawak kalau sedang gugup.
"Hahaha, iye iye! Biasa aje lu,"
Dari dalam suara gaduh kembali terdengar, pintu terbuka Wahyu keluar dengan gayanya. Dia hanya pakai kaos hitam serta celana hitam. Serta---
"Semprul!" ucap Yamin. Dia sontak bangun, mengipas-kipas udara di sekitarnya. "Pake parfum ape mandi parfum lu! Baunye kemane-mane!"
Wahyu keluar dengan bangga, bahkan mengoyang-goyangkan bajunya. Sengaja menyerbakan parfum yang dia pakai itu. Baunya itu? Apa ya? Entahlah sepertinya sih parfum mahal yang ada di supermarket. "Hahaha! Wangi nggak? Baru nih!"
"Lu kalo pakenye kek begitu terus yang ade cepet habis! Lagian mau ngapain sih? Ketemu cewek?"
"Apaan sih, Beh! Cewek mulu! Nggak ada cewek aye,"
Yamin memukul pahanya. Tertawa senang. "Sukurin! Makanye lu tuh dandan kalau sekolah. Mandi! Nyisiran. Jadi cowok yang rapih dikit nape. Cewek juga males ketemu cowok yang urak-urakan kek lu,"
Bibir Wahyu bergerak mencibir. Sebal sendiri, inginnya di puji karena punya parfum baru. Malah di ceramahi karena tidak punya perempuan. Benar-benar, dia rasa hanya Ayahnya yang seperti itu. Yamin itu terlalu gaul. "Dahlah! Mendingan pergi aye! Males di ceramahin mulu,"
"Heh! Kurang ajar lo! Babe tuh kasih tips biar lu dapet cewek. Kaga tahu terima kasih amet," serunya. Menunjuk-nunjuk Wahyu.
"Tahu ah!"
Iqbal menyalakan motor saat Wahyu sudah di belakangnya. Tinggal memutar gas motornya itu. "Pamit, Beh!" kata Iqbal. Langsung menancap gas. Menjauh dari sana.
"Heh! Dasar bocah! Di bilangin malah kabur!" pekik Yamin.
-¦- -¦- -¦- -¦- -¦- -¦- -¦-
Belum sepenuhnya berhenti, Wahyu sudah turun dari motor sembari mendorong punggung Iqbal kencang. Sepupunya itu terdorong kasar. Mengumpat diam-diam. Mungkin dia terlalu semangat, barang kali menyangkut tempat baru untuk arena balapan.
Tempatnya kali ini tidak terlalu jauh dari rumah. Tidak jauh berbeda dari sebelumnya, jalanan panjang sepi yang di apit dua tempat tanpa rumah atau permukiman. Namun, kali ini di apit oleh hutan lebat dengan pohonnya, untung saja beberapa orang sudah siaga. Jalanan gelap dan sepi itu kini terang karena lampu listrik yang di bawa salah satu pengunjung lama. Tentu saja ramai dengan pengunjung lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Meet You [ TAMAT ]
Teen Fiction-¦- -¦- -¦- VERSI SATU -¦- -¦- -¦- Kurasakan hati ini berdebar. Kau berdiri di sana. Aku memandang mu serius. Sampai semuanya tiba-tiba menjadi hilang. Hanya aku dan kau yang tersisa. Suaramu terdengar jelas di telingaku. Ku pikir aku gila. Tapi...