-¦- -¦- -¦- 34 -¦- -¦- -¦-

34 4 0
                                    


"Tuh, makan tuh oleh-oleh,"

"Njiir! Apaan nih?"

"Waw! Mantaps lah oleh-oleh,"

Saat box anyaman bambu di lempar di atas meja kantin. Dua orang celamitan di sana langsung menyerbu ganas. Tanpa berpikir panjang mengambil oleh-oleh yang Angel bawa dari kalimantan. Sudah sekitar seminggu dia pergi, senin ini kembali dengan dua box oleh-oleh yang dia janjikan. Sebenarnya dia tidak berniat beli apapun, tapi cukup tahu saja. Dua temannya ini kalau sudah menyangkut oleh-oleh pasti di tagih seperti debit colector.

"Manisan lidah buaya. Tahu lu pada suka apa nggak! Gue sih like," kata Angel. Dia mengambil satu buah, dia makan dengan lahap. "Mm enak,"

Acha curiga, yang dia tahu lidah buaya itu adalah tanaman dengan duri yang cukup tajam di pinggirannya. Dan setahunya lidah buaya itu untuk rambut bukan untuk di makan. "Aman nggak nih?  Keracunan nanti gue,"

"Kayanya sih enak. Kaya dodol gitu," ucap Fifi. Ikut meneliti bahkan mengendus baunya.

Angel tertawa licik, dia terpikirkan ide. Tiba-tiba berpura-pura keracunan di depan mereka. "Ahhh! Tolong-tolongin gue,"

"Ahhh! Si Angel keracunan!" pekik Acha, buru-buru melempar makanan itu. Panik sendiri.

Fifi bangun, mengoyang-goyangkan tubuh Angel dengan brutal. "Angel! ANGEL! LU KESELEKKAN!" Tangannya kembali berulah, dia memukul kencang punggung Angel, bahkan suaranya bisa terdengar. "Gue tolongin lo, Jel! Bentar,"

Tidak tahan dengan pukulan itu, dia tumbang. Wajahnya dia letakan di atas meja. Berniat pura-pura pingsan, tapi jika dia memaksakan diri menahan pukulan keras itu. Bisa-bisa dia betulan pingsan.

"Ah! Si Angel pingsan," kata Fifi panik. Dia menutup mulutnya. Mengangkat tangannya. "Keknya gue kekencengan deh,"

Acha mencolek sikut Angel. "Jel! Sadar, Jel! Liat ada busa nggak di mulutnya,"

"Bentar,"

"AAHHHGGGHTT!"

Fifi mundur, hampir saja terjungkal kebelakang. "Njiir!"

"Ngepet lu, Jel," Acha hanya menyentuh dadanya.

"Ahaha! Selamat Anda kena prank,"

Fifi mengeleng, dia duduk kembali di tempat duduknya. "Prank lu klasik banget, ya"

"Aduhh! Lagian lu berdua tuh bego banget, ya! Lagian mana ada makanan yang di jadiin oleh-oleh itu ada racunnya. Ngaco lo pada,"

Acha berdecak. "Ya, takutnya. Yang gue tahukan lidah buaya buat rambut,"

"Iya, gue juga tahunya lidah buaya buat rambut. Mana tahu bisa di jadiin makanan. Baru tahu pas lu bawa nih oleh-oleh," sambung Fifi.

Angel mengeleng, melipat tanganya di dada. "Alah jujur deh lo pada. Kangen kan ama gue, makanya jadi pada bolot,"

"Sembarangan kalo ngomong." saut Fifi sebal. Tapi wajahnya berubah drastis, langsung menyerang kedua pipi Angel. Mencubit dengan ganas. "Iya, kangenn banget. Apa lagi sama Angel yang bawa oleh-oleh."

"Sue lo," tepis Angel.

"Tapi enak juga, loh!" kata Acha. Sudah mencoba salah satu makanan itu. "Manis, ya kek dodol gitu dah,"

"Masa?" Fifi penasaran. Ikut mencoba makanan asing itu. Menganguk setuju saat sudah di dalam mulut. "Mm, Lumayan juga,"

"Trus gimana? Ada kejadian apa selama gue nggak ada?" tanya Angel.

Fifi mengeleng. "Nggak ada,"

Acha melirik cepat, memukul pundak perempuan itu kencang. "Nggak ada apaan! Ngarang lo! Nggak usah sok rahasia lo,"

How To Meet You [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang