Pukul delapan malam, di dalam kamar Fifi. Dua temannya berada di atas kasurnya. Menonton film barat di notebook milik Angel. Memang sejak liburan kemarin, mereka bertiga sudah berniat menginap. Padahal ada waktu sebulan kemarin. Entah kenapa lebih memilih hari sekolah. Aneh. Dari pintu, masuk si pemilik kamar bersama beberapa cemilan. Tidak lupa minuman dingin. Begitu tahu dia datang, filmnya di hentikan. Langsung turun dari kasur. Menyerbu dirinya.
"Woi! Woi! Santai!" kata Fifi panik. Dia duduk di lantai. Meletakan semua makanan di atas nampan di sana. Akhirnya mereka melingkari makanan itu. Melupakan filmnya sejenak. "Main nyosor aja kek ikan piranha!"
Acha tertawa. "Ini santai, kok!"
"Bener! Lama banget sih lo! Udah ketinggalan jauh, tuh!" Angel meneguk minuman dinginnya. Berdesah ketika dahaganya hilang.
"Biarin! Gue udah nonton,"
"Tuhkan! Nih orang bener, deh, aneh banget! Semua film baru pasti lo udah liat duluan!" komen Angel tidak suka.
Fifi tertawa. "Biasalah! Film bajakkan,"
Untuk beberapa menit mereka mengobrol tentang beberapa hal sembari menghabiskan cemilan. Dari berkomentar tentang liburan kemarin, idola mereka sampai kejadian lucu di rumah mereka masing-masing. Tertawa lepas, sempat mendapat teguran dari Dami karena hal itu. Jadi, setelah itu mereka mulai bicara berbisik.
"Lo sih!" omel Fifi pada Acha. "Ketawa lo kencang banget,"
Acha menahan tawanya. "Iya, maaf! Habis lucu banget gila! Aduh sakit perut gue,"
Angel menganguk. "Udah! Udah, tar di marahin lagi,"
"Eh, tapi gue ada pertanyaan deh!" bisik Acha. Yang lain menunggu. "Tadi, si Dewa! Kenapa?"
Fifi sontak berniat menghindari topik. Tapi Angel mendesaknya. "Iya, Fi! Tumbenan banget, dia! Mukanya beda gitu sama lo! Kaya mukanya tuh, lebih serius dan dingin gitu. Biasanya tuh orang masang tuh muka kalau lagi dongkol gitu,"
"Lo nggak bikin masalah lagi, kan? Atau ada sesuatu di antara lo sama si Dewa?" tebak Acha. Fifi masih diam, matanya menjelajah kemana-mana. Membuatnya geram. Menguncang-guncangkan tubuhnya. "Fii! Gimana?"
Fifi berdesis, terpojok secara halus. "Ya, nggak ada apa-apa!"
"Trus?" kata Angel.
"Ya, dia cuman mau minta maaf, doang," balas Fifi putus-putus.
Acha mengerutkan dahinya. "Minta maaf? Soal apa?"
"Dia---" Angel dan Acha menatap Fifi serius. Gadis itu tidak nyaman. Apa dia harus mengatakan tentang kejadian di toko itu? Itu memalukan! Tapi dia tahu, dua orang ini pasti tidak akan membebaskan dirinya dari situasi seperti ini. "Dia--dia hampir---" Saliva dia telan susah payah olehnya. Tapi akhirnya lepas juga. "Dia hampir nyium gue,"
Suasana sebentar sunyi. Fifi menutup wajahnya karena malu. Angel diam sembari mengedipkan matanya beberapa kali. Dan Acha, dia yang paling tidak bisa mencerna kalimat itu barusan. "Hah? Apa? Telinga gue tadi, budek sebentar,"
"Nggak bercandakan lo, Fi!" tanya Angel. Masih tidak percaya.
"Ya, masa gue bohong!" ucap Fifi geram. Dia mengusap wajahnya. Kesal sekali. "Malu tahu nggak,"
"Kok bisa sih, anjiir!" seru Acha kemudian. "Gimana bisa?"
Fifi menghela napas. "Udah lama. Pas liburan kemarin. Dua minggu yang lalu mungkin. Gue habis ke minimarket. Lewat tempat nasi padang yang biasa tempat lo beli. Lo tahu toko baju di sebelahnyakan. Si Dewa lagi mau beli ke situ. Dia ngajakin gue masuk. Ya, gue sih ayo aja. Awalnya sih, ya nggak ada apa-apa. Trus pas lagu di sana nyala. Entah kenapa tuh orang malah---ya gitu deh!" jelasnya. "Ya, pokoknya gitu. Dan tadi, tuh orang mau minta maaf. Dih! Kalau orang nafsuan mah bilang aja, ya! Pake segala ngelak. Nyebelin banget sih dia,"
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Meet You [ TAMAT ]
Teen Fiction-¦- -¦- -¦- VERSI SATU -¦- -¦- -¦- Kurasakan hati ini berdebar. Kau berdiri di sana. Aku memandang mu serius. Sampai semuanya tiba-tiba menjadi hilang. Hanya aku dan kau yang tersisa. Suaramu terdengar jelas di telingaku. Ku pikir aku gila. Tapi...