Istirahat pertama Fifi langsung pergi ke kantin tanpa babibu. Dua temannya sudah menunggu di sana, katanya sih mau membicarakan sesuatu. Entah apa itu dia lupa. Tapi salah satu topiknya pasti tentang Acha yang akan memperkenalkan dirinya pada cowok-cowok rekomendasinya. Dia berharap semoga ada laki-laki yang menjadi tipenya. Dia tidak berharap laki-laki itu menyukainya, tujuannya agar masa sekolahnya bisa berwarna dengan menyukai seseorang.
Dia hanya ingin mengagumi saja. Dia sadar diri, kok.
"Nggak! Gue nggak bakalan berhenti nanya sama lo, Fi! Sumpah, ya! Segila-gilanya cewek. Kayanya lo doang deh! Sekarang kasih tahu sama gue, gimana bisa lo ketemu sama Dewa semalem?" kata Acha.
Pelipis Fifi di pijit lembut, dia pusing sekali. Semenjak dia datang ke kantin, Acha langsung menimpanya dengan begitu banyak pertanyaan. Ah, terutama soal si Dewa itu.
"Emang ada apa sih, Cha? Palingan ketemu doang," ucap Angel santai. Dia ini juga salah satu temannya. Orangnya kalem, tapi orang-orang selalu bilang dia itu jutek dan sombong. Padahal kalau kenal orangnya, rugi deh kalau nggak kenal dia. Dulu Fifi juga satu kelas dengan Angel, sekarang pisah. Tapi dia masih tetap satu kelas dengan Dewa.
Acha mengeleng. "Nggak, Jel! Lo salah banget kalau bilang dia cuman ketemu doang" kata Acha lebay. "Dia itu sampai berantem, trus nendang "Dewa kecil","
Fifi menghela nafas, Angel panik tapi menahan tawanya. "Apa? Wah! Fi! Gila lo! Anjir, hahaha "Dewa kecil", lo apain?"
"Bukan gitu, gue juga terpaksa. Cuman---ahh! Tck!"
"Sekarang lo jelasin dulu," Acha menyeruput es, sudah siap mendengarkan. "Soal cowok, santai. Masalah ini lebih penting,"
Angel menganguk. "Iya, Fi! Lo tahu sendiri,kan? Siapa dan gimana Dewa? Lo emang udah pernah sekelas sama dia dulu. Tapi gue udah dua kali sekelas sama dia. Dan kelakukannya itu makin hari makin brutal,"
Fifi pasrah. Dia kalah. "Ok! Gue jelasin! Tapi beneran gue nggak sengaja ketemu dia. Pas si Acha lagi beli nasi padang, gue nunggu. Nyeder di salah satu motor. Gue mana tahu itu motor dia. Lagian gue nggak bisa langsung bilang itu motor dia, emang motor dia satu-satunya di dunia ini?" ucapnya sebal. "Trus soal gue nendang "Dewa kecil", ya itu---"
"Ya itu apa?" serobot Acha kepo.
Angel menganguk. "Iya! Apa?"
"Ehem! Dia---dia dorong gue. Hp gue jatoh, gue nendang motor dia. Dia nyekek gue pake tangan dia---trus gue TENDANGLAH DIA. ENAK AJA DIA SEENAKNYA GITU. GUE JUGA CEWEK KALI," Pekiknya. Dia mengipas lehernya, kesal sekali. Nafasnya tidak terkontrol. "Dasar, cowok kaya dia tuh nyebelin banget sumpah. Gue sumpahin jomblo seumur hidup,"
Acha dan Angel saling tatap. Bingung sendiri. "Yaudah, sekarang lo nggak usah berurusan sama dia lagi deh," saran Angel.
"Bener tuh. Lo nggak bikin masalah lainkan sama dia?" tukas Acha curiga.
Fifi menaikan bahunya. Menyeruput es kemudian mengunyah snack kentang. "Ya nggaklah! Gue juga males berurusan sama dia."
"Nah gitu dong! Bagus!" Acha mengangkat jempolnya. "Eh iya, bukanya ada anak baru, ya! Di kelas lo! Ganteng nggak?"
Angel terkejut. "Hah? Anak baru? Kata siapa?"
"Mm gini nih, derita kelas yang di pojok. Ketinggalan berita mulu," ejek Acha. Memang benar, kelas Angel ada paling di ujung sekolah. Gelap dan jauh dari keramaian. Bahkan ada kabar juga tempat itu angker. "Kelas dia tuh ada anak baru. Udah lama sih. Seminggu? Atau lebih,"
"Betul tuh," Fifi menganguk. "Lo beneran nggak tahu, Jel?"
Angel mengeleng. "Nggak sumpah! Anak barunya cowok?"
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Meet You [ TAMAT ]
Teen Fiction-¦- -¦- -¦- VERSI SATU -¦- -¦- -¦- Kurasakan hati ini berdebar. Kau berdiri di sana. Aku memandang mu serius. Sampai semuanya tiba-tiba menjadi hilang. Hanya aku dan kau yang tersisa. Suaramu terdengar jelas di telingaku. Ku pikir aku gila. Tapi...