[ Bonus Part 7 ]

1.8K 195 22
                                    

Johnny sedang duduk diam di ruang kerjanya, menelisik setiap berkas yang ada didepannya saat pintu coklat besar nan gagah itu diketuk pelan oleh seseorang, membuat atensinya berpindah dari layar persegi kecil itu kepada pintu yang terbuka dan memu...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Johnny sedang duduk diam di ruang kerjanya, menelisik setiap berkas yang ada didepannya saat pintu coklat besar nan gagah itu diketuk pelan oleh seseorang, membuat atensinya berpindah dari layar persegi kecil itu kepada pintu yang terbuka dan memunculkan sosok yang berlari kearahnya dengan wajah yang begitu cerah.

"Papa!! Liat-liat Ungchanie gambal in--"

Bruk!

Sebuah dentuman cukup keras membuat Johnny berdiri dari kursinya dan sedikit berlari menghampiri anak semata wayangnya yang jatuh telungkup diatas lantai, tersandung kakinya sendiri. Johnny mengangkat anaknya dan membawa anak berusia 4 tahun itu kedalam dekapannya.

"Huweeeeeee~ Papaaaaa~" tangis anak itu pecah sambil memeluk sang ayah, melepaskan gambar yang sejak tadi dibawanya. Seorang lelaki lain yang berdiri disana juga mendekat dengan cepat, terkejut dengan kejadian barusan dan mengambil gambar anak kecil itu.

"Kan uncle Hendery udah bilang jangan lari-lari Sungchan. Sakit?" tanya lelaki yang tadi mengambil gambar sang anak, Hendery, yang kini ikut duduk disebelah sang kakak dan mengelus sayang surai keponakannya. Sang anak, Sungchan, hanya mengangguk sebagai jawaban sambil mencebikkan bibirnya lucu dengan mata yang sembab dan hidung yang memerah.

"Kenapa Sungchan lari-lari hm? Papa kan ngga kemana-mana." tanya dan ucap Johnny lembut, sambil mengelus surai hitam kecoklatan milik anak semata wayangnya. Sungchan mengahapus air matanya kasar dan menatap Johnny dengan binar mata yang masih berlinang air mata.

"Ungchan mau tunjuk gambal yang Ungchan buat tadi disekolah sama papa." ucap Sungchan sambil meminta kembali gambarnya yang dipegang Hendery sang paman. Hendery hanya menghela nafasnya dan menggeleng maklum, keponakannya ini sejak tadi begitu semangat.

"Sejak aku menjemputnya di TK sampai kesini dirinya tak berhenti bercerita tentang gambarnya kak, untuk keponakan dan untung anakmu, kalau anak orang lain sudah kubungkam mulutnya." ucap Hendery gemas sambil mengusak rambut keponakannya gemas, membuat Sungchan mencebikkan bibirnya dan menatap kesal pada pamannya. Johnny hanya tertawa melihat interaksi antara adiknya dan juga anaknya, selalu saja seperti ini jika bertemu.

"Sungchan gambar apa hm? Coba papa lihat sini." ucap Johnny sambil berjalan kearah kursi kerjanya, diikuti Hendery yang berjalan dibelakang ayah dan anak tampan itu.

"Ungchan gambal ini, yang pake jas walna item ini papa, yang pake baju putih sama lompi coklat itu Ungchan, telus yang pake baju putih ini papi." jawabnya riang setelah Johnny memangku dirinya dikursi kebesaran milik Johnny. Johnny diam dan mengelus surai anaknya sayang, sebuah senyuman tak tulus coba Johnny terbitkan dari bibirnya.

"Sejak tadi Sungchan bilang jika rindu papinya kak." tambah Hendery sambil menopang wajahnya pada kedua tangannya yang sudah bertopang pada meja kerja milik kakaknya. Johnny menatap Hendery dalam, membuat Hendery tahu betapa putus asanya kakak sulungnya.

Nation. | Johnjae✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang