N : 86

2.1K 197 68
                                    

Jaehyun POV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jaehyun POV

Hari ini rasanya begitu melelahkan dan mengesalkan. Tidak seperti kata ayah jika skirpsi itu mudah, buktinya kini ditanganku terdapat berlembar-lembar kertas bab 4 yang penuh dengan coretan revisi setelah menunggu hampir 3 jam untuk menemui pembimbingku, mengesalkan.

Aku berjalan menuju taman kampusku, sebuah taman yang cukup besar, asri dan nyaman yang terletak ditengah-tengah empat gedung di kampusku. Aku mendudukkan diriku pada salah satu tempat duduk disana, menaruh asal kertas revisianku dan mengeluarkan laptopku dari tas, sedang dalam mood yang baik untuk mengerjakan revisi.

Aku menghela nafasku lelah dan setelahnya mengepalkan tanganku keudara, memberi semangat pada diri sendiri karena hanya tinggal 1 bab lagi dan aku selesai, jika bab 4 ku tidak kembali direvisi untuk yang ke 5 kalinya. Aku mengetikkan pembenaran yang dosen pembimbingku tulis di kertasku sambil sedikit tersenyum kecil mengingat aku tidak pernah serajin ini untuk revisi. Jika Doyoung, Winwin dan Jungwoo melihatku sekarang yang rajin mengerjakan revisi, mereka pasti akan bilang aku kesurupan.

Cup.

Sebuah kecupan berhasil mampir di pipi kiriku yang sukses membuatku cukup terkejut dan segera menolehkan wajahku pada sang pelaku, takut-takut jika sang pelaku adalah adik kelasku yang sangat suka sekali menggodaku, Jaemin dan Haechan yang suka sekali mengejutkanku dengan menciumku secara tiba-tiba. Saat kulihat siapa pelaku penciuman itu, jantungku berdegup cepat, seakan menyambut sang pemilik.

Johnny Suh.

Lelaki tinggi blasteran Chicago-Korea ini adalah teman semasa kecilku saat di Amerika hingga pindah ke Korea, bisa dibilang kami bersama sejak jaman suka bermain lego hingga kini suka bermain perasaan. Kebiasaan Johnny yang tidak pernah bisa hilang adalah menciumku secara tiba-tiba, itu sudah terjadi sejak kami kecil.

Cukup wajar jika di Amerika, sangat wajar bagi kedua orangtua kami dan keluarga besar kami, mengingat kami berdua anak tunggal. Yang dipikirkan keluarga kami di Amerika hanya sebuah afeksi dari yang lebih tua pada yang lebih muda, padahal kami hanya berbeda 5 hari, afeksi seorang kakak pada adik kata mereka, hingga menjadi sebuah kebiasaan yang membuat jantungku sedikit berdegup kencang.

Tapi kini kami di Korea, sama-sama remaja dewasa yang bisa dibilang cukup tabu untuk seperti ini, kecuali jika kami berpacaran. Banyak yang mengira kami berpacaran karena perlakuan Johnny padaku tidak bisa dibilang sebagai sahabat, tidak ada status lebih seperti yang orang bayangkan dan aku harapkan.

"Are you alone casper?" tanya Johnny padaku sambil menarik tangan kananku dan mengecup punggung tanganku, membuat beberapa mahasiswa yang lewat didekat kami menahan pekik gemas mereka, sedangkan aku berusaha mengontrol detak jantungku. Jangan salah paham, Johnny memang selalu memanggilku dengan sebutan casper bukan karena aku hantu baik hati, melainkan karena katanya kulitku yang terlalu putih untuk ukuran seorang manusia.

Nation. | Johnjae✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang