Johnny masuk kedalam rumahnya dengan helaan nafas lelah, selalu seperti ini rumahnya gelap seperti tak berpenghuni. Johnny meletakkan semua barang yang tadi dibelinya dan meletakkan tas kerja serta melepaskan jasnya, setelahnya Johnny membereskan barang-barang yang dibelinya kedalam lemari pendingin dan lemari penyimpanan lainnya. Setelah dirasa beres, Johnny mendudukkan dirinya disofa ruang tengah rumahnya dan meneguk americano dingin yang tadi dibelinya sewaktu pulang, membiarkan cairan pekat dan pahit itu membasahi kerongkongannya.
Hampir 10 menit Johnny berdiam dan termenung di sofa ruang tengahnya, memandang kosong pada benda persegi yang menampilkan berita-berita yang memekakkan telinganya, sungguh Johnny jengah dan lelah, namun hatinya terlanjur sayang. Johnny membuang gelas bekas americano dinginnya, berjalan kearah kamar yang paling besar dan luas di rumahnya dan membereskan dirinya, berharap seluruh kesal dan penatnya luruh seiring air yang menguyur tubuhnya.
Sudah 20 menit Johnny membereskan dirinya dan kembali duduk di sofa ruang tengahnya, kembali mendengarkan berita-berita yang benar-benar memuakkan telinganya. Sesekali Johnny menyuapkan makan malamnya sambil mendecih kesal, melihat berita tak bermutu yang digandrungi banyak orang. Johnny sudah selesai dengan segala kegiatannya tepat saat sang waktu menunjukkan pukul 11 malam.
Pip...pip..pip
Suara pintu rumahnya terbuka tepat di jam setengah 12 malam, jam yang selalu sama dari hari kehari dan tidak pernah berubah. Seorang lelaki yang lebih muda masuk, menuju kedapur dan mengambil segelas air lalu meneguknya hingga tandas, seperti tak menghiraukan ada lelaki lain yang sudah menunggunya.
"Dari mana?" tanya Johnny saat dirasa lelaki muda itu masih diam didapur, kembali membasahi kerongkongannya yang Johnny yakinin sangat kering, mungkin dirinya berteriak mendesahkan nama kekasihnya.
"Bukan urusan anda tuan." jawab yang lebih muda dingin, sedingin air yang baru saja membasahi kerongkongannya. Johnny menghela nafas lelah sekali lagi, berdiri dari duduknya dan berjalan menghampiri lelaki yang lebih muda.
"Jeong Jaehyun! Berhenti memanggilku tuan! Aku ini suamimu!" ucap Johnny dengan nada sedikit tinggi, terlihat sedikit urat yang menunjukkan bahwa Johnny benar-benar marah. Lelaki muda itu, Jeong Jaehyun, meletakkan gelasnya dan menatap nyalang pada lelaki yang lebih tua didepannya.
"Suamiku? Sejak kapan anda menjadi suami saya?" tanya yang lebih muda juga dengan nada yang cukup tinggi, tak ingin kalah dengan yang lebih tua. Johnny mengeram rendah, matanya beralih pada sebuah tanda kemerah-merahan yang ada dileher jenjang dan putih Jaehyun, sudah diduga bahwa lelaki muda didepannya ini pergi bersama kekasihnya.
"Sejak empat tahun yang lalu! Kamu adalah milikku!" ucap Johnny sarkas, matanya menunjukkan kilatan emosi dan amarah yang membara. Jaehyun tersenyum sarkas, makin menatap nyalang lelaki yang lebib tua.
"Tolong anda ingat baik-baik. Kita menikah bukan karena perasaan saling sayang, kita menikah karena dijodohkan oleh kedua kakek kita agar perusahaan mereka berkembang dengan baik. Tolong ingat baik-baik, bahwa saya dan anda tidak pernah saling memiliki sejak awal pernikahan, Johnny!" ucap Jaehyun dengan nada yang tidak merendah, nada yang semakin tinggi meluapkan kekesalan dan kemarahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nation. | Johnjae✔️
FanfictionMenuju tak terbatas dan melampuinya. Berisi beberapa cerita pendek yang tak saling menyambung antar babnya. Warn! Boyslove | Oneshoot ; Twoshoot ; Threeshoot Dom! Johnny Suh ; Sub! Jung Jaehyun Cover : iniobi Tittle Cover : iniobi Mulai : April, 25...