48

143 10 0
                                    

Sore itu dokter masuk ke ruangan di mana Laras terbaring. "Selamat Tuan Vladimir, istri anda mengandung selama empat minggu," katanya saat menjelaskan semua.

Laras dan Vladimir tertegun. Wanita itu tidak menyangka dirinya hamil. Benarkah? Dia seakan tidak percaya. Beberapa bulan ini Laras memang lupa mengkonsumsi pil kontrasepsi karena kesibukan yang dia jalani. Dia bahkan sampai lupa kapan terakhir kali dirinya haid.

Itu artinya anak ini...

Lamunannya tersadar ketika dokter itu memberinya selamat pada dirinya dan Vladimir. Rupanya dokter dan suster itu tidak mengetahui bahwa mereka baru saja kenal di tempat itu. Setelah kepergian dokter dan suster itu Vladimir memberinya selamat.

Ia minta nomer telepon suami Laras. Wanita itu menggeleng lemah. Dia mengabaikan perkataan Vladimir ketika lelaki itu menanyakan kata 'ada apa.' Pikirannya sangat kacau, apakah dia harus memberitahu Aldi? Di satu sisi, dia ingin kembali, di sisi lain dia tidak ingin membuat masalah kembali.

Dia tahu betul sifat Calvin. Dia pasti akan terus mengganggu mereka jika dia kembali pada Aldi. Dengan kepergiannya, dia berharap kedua lelaki itu bisa menemukan kebahagiaan mereka. Pikirannya begitu kalut. Akhirnya, hanya air mata yang menemani.

Vladimir seakan memahami apa yang di rasakan Laras. Wanita itu seakan tengah memikul beban berat hingga air mata sebagai jawabnya. Vladimir menatap iba pada wanita yang ada dihadapannya.

Wajahnya cantik, bahkan di saat menangis pun tidak mengurangi kecantikannya. Dia ingin sekali menghapus air mata itu, namun belum berani melakukannya. Akhirnya dia hanya menatapnya.

Dua hari kemudian, Laras diperbolehkan pulang, Vladimir mengantarnya. Awalnya Laras mengatakan bahwa dirinya bisa pulang sendiri, namun Vladimir bersikeras untuk mengantarnya.

Dia membantu mendorong kursi roda Laras hingga ke lobi rumah sakit. Di sana sudah menunggu sebuah Rolls Royce berwarna hitam yang sangat elegan dengan seorang sopir yang berdiri di samping pintu. Dia membuka pintu, Vladimir membantu Laras masuk ke dalam mobil.

Saat mobil membawa mereka, tidak banyak kata-kata yang keluar dari mulut keduanya. Mereka sibuk tenggelam dengan pikiran masing-masing. Vladimir disibukkan dengan wanita yang kini ada di sampingnya, tentang kehidupan wanita itu yang menurutnya menarik.

Ke mana suaminya? Mengapa dia sendiri saja datang ke negara ini? Apa yang sebenarnya telah terjadi? Berbagai pikiran bersarang di kepalanya. Dia bertekad akan mencari tahu. Sementara itu Laras masih bingung apa yang harus dia lakukan, apakah harus kembali atau meneruskan kehidupannya.

Dia baru saja akan mulai dan tidak mengira jika dirinya saat ini hamil. Haruskan dia menjadi ibu yang kejam? Yang tidak memberitahu siapa ayah dari anaknya? Aldi berhak tahu, walau bagimanapun, dia ayah dari bayi yang sekarang sedang dikandungnya.

Laras membuka pintu apartemennya. Mempersilakan Vladimir masuk. Dia minta maaf jika tempatnya kurang nyaman. Vladimir memperhatikan suasana apartemen itu. Sejak kecil dia terbiasa dengan kehidupan mewah, jadi ketika masuk ke tempat itu, dia merasa sedikit aneh.

Apartemen Laras memang sederhana, bukan berarti terkesan menyedihkan. Gaya minimalis yang membuatnya sederhana. Apartemen itu layak tinggal, namun jauh dari kesan mewah. Laras sadar tinggal di negara orang dengan belum adanya pekerjaan membuatnya harus menghemat pengeluaran.

Dia realistis saja, memutuskan menyewa apartemen sederhana itu kendati memiliki tabungan yang masih cukup untuk menghidupinya. Laras membuatkan minuman untuk Vladimir. Sebenarnya lelaki itu awalnya menolak karena tidak ingin merepotkan, namun Laras menjelaskan hanya minuman saja. Dia menyerahkan teh hangat ke lelaki itu.

Vladimir menerimanya, menyesap sambil memperhatikan wajah cantik yang ada di hadapannya. Vladimir mengingatkan kembali mengenai tawaran pekerjaan yang pernah dia bicarakan ke Laras.

Wanita itu mengatakan akan memikirkannya. Dia hanya tidak ingin memiliki utang budi pada siapapun. Termasuk pada lelaki yang baru saja dikenalnya. Sekitar pukul delapan malam Vladimir pamit pulang. Dia berpesan agar dirinya beristirahat dan jangan sungkan jika butuh pertolongan.

Laras mengangguk dan teringat jika lelaki itu baru saja memberikan nomer ponsel serta meminta nomer ponselnya. Sesaat setelah Vladimir pergi, pikiran Laras kembali tertuju pada Aldi. Bagaimana dia harus menjelaskan semua?

***

Akhirnya dengan tangan bergetar, Laras mengetik membalas email dari Aldi. Ia mengatakan bahwa dirinya saat ini baik-baik saja. Aldi tidak perlu mengkhawatirkannya.

Dengan hati yang perih dia mengatakan bahwa saat ini dirinya tengah mengandung anaknya dengan usia kehamilan empat minggu. Laras berjanji akan menjaga anak mereka dengan sebaik-baiknya.

Suatu hari, dia akan membawa anak itu padanya. Laras memejamkan mata kala menekan tombol send pada laptopnya.

Tak terasa ia sudah tinggal di negara itu selama lima bulan. Kini usia kehamilannya adalah enam bulan. Dia memutuskan tinggal bersama Vladimir.

Selama lima bulan itu, hubungannya dengan lelaki itu semakin dekat. Kendati dia tidak merasakan getar apapun pada lelaki itu. Vladimir berjanji akan memperbolehkannya untuk kembali tinggal di apartemennya setelah wanita itu melahirkan.

Untuk saat ini, dia tidak memperbolehkan karena dirinya hanya tinggal sendiri. Laras tidak menceritakan semua kisah yang telah dia alami, dia hanya mengatakan meninggalkan suaminya demi membuatnya bahagia. Vladimir memahami.

Mereka tinggal di kamar yang terpisah. Kendati tinggal berdua, Vladimir sangat menghormatinya. Tidak sedikitpun dia pernah menyentuh tubuh Laras. Dia sangat menghormati wanita itu.

Mansion Vladimir terletak di pusat kota. Selama ini lelaki itu tinggal dengan beberapa sopir dan asisten rumah tangganya. Laras tidak berani menanyakan mengenai kehidupan pribadi lelaki itu.

Dirinya kini telah bekerja di perusahaan Vladimir yang bergerak di bidang konstruksi. Vladimir memiliki saham pada perusahaan konstruksi itu, dan yang dia ketahui, perusahaan lelaki itu pernah turut terlibat dalam mega proyek pembangunan infrastruktur di Indonesia.

Posisi Laras di perusahaan itu adalah bagian analisa dan keuangan. Jurusan ekonomi yang pernah di pelajarinya dulu sewaktu kuliah, turut membantunya dalam menjalani pekerjaan. Malamnya, saat berada di kamar, Laras membuka email. Dia menjawab email dari Aldi yang sangat merindukannya.

Kata 'maaf' dan 'mohon' tidak pernah lepas dari email itu. Betapa dia merindukan Laras, dia hampir gila selama enam bulan ini Laras meninggalkannya. Aldi mengatakan bahwa dirinya sudah mencari dirinya namun belum ada hasil, karena itu demi bayi yang sekarang di kandungnya, dia mengatakan agar segera kembali.

Laras menangis membaca email itu. Dia tidak membalasnya, karena dia tidak memiliki kata-kata. Dia juga merindukan suaminya, suami yang sangat dicintainya yang tanpa Aldi ketahui dirinya juga begitu merindukan Aldi.

Dia juga hampir gila merindukan lelaki itu. Tinggal bersama Vladimir tidak membuatnya melupakan sedikitpun suaminya. Rasa rindunya makin hari makin besar.

Laras mengirim enam buah fotonya dari bulan ke bulan pada Aldi. Dia sadar, kendati telah meninggalkannya, Aldi berhak mengetahui perkembangan anaknya. Dia juga mengirimkan foto USG anak mereka.

***
Lembayung Senja
3 Januari 2021 

REYNALDI, The Man Who Will Fight For My HonorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang