37

156 11 2
                                    

Perhatian :
Mengandung adegan 21+

Hari itu, merupakan hari yang tidak akan pernah mereka lupakan. Resepsi yang mereka adakan meski sederhana, tapi sangat khidmat. Hanya saudara dan teman terdekat yang mereka undang.

Suasana membaur penuh kehangatan di rumah orangtua Laras yang berada di Freiburg. Pernikahan berkonsep pesta kebun. Suasana begitu hangat, menyatukan dua keluarga besar dari dua negara yang berbeda.

Acara berakhir pukul sepuluh malam. Mereka langsung menuju sebuah hotel di Freiburg. Aldi berjalan di belakang Laras. Wedding organizer yang mereka gunakan, memberi bonus menginap di sebuah hotel berkelas di kota itu.

Jadilah malam pengantin itu mereka lewatkan di sana. Aldi melihat bokong Laras, ia tak tahan dan segera menggendong Laras yang dirasa berjalan sangat lama dengan mendaratkan ciuman di bibirnya. Laras menjerit tertahan.

Saat tiba di depan kamar pengantin, Aldi mengatakan agar mengambil e-guard yang berada disaku celananya. Laras meraba saku celana suaminya dan tanpa sadar memegang bukti keperkasaan suaminya yang sudah menegang. Aldi sedikit terkejut lalu melepas ciumannya.

"Kau menggodaku?" katanya menatap nakal.

"Aku tidak sengaja menyentuhnya..."

Saat menutup pintu, Laras terkesima melihat kamar pengantin mereka yang sangat indah, mewah dan elegan, kelopak bunga mawar merah bertebaran di atas ranjang pengantin. Harum aroma terapi terasa di sekitar ruangan.

Pencahayaan di kamar itu tampak redup, hingga suasana romantis kental terasa. Aldi memeluk tubuh indah Laras. Gadis itu tersenyum. Aldi mengatakan saat ini ia bahagia, dia berhasil menepati janjinya untuk menjaga Laras hingga hari pernikahan.

Satu kemenangan telah dia raih, Aldi berhasil mengalahkan dirinya sendiri, saat berjanji akan menjaga Laras hingga mereka resmi menjadi suami istri. Laras turut bangga mendengarnya.

Ia berjalan menuju meja rias dan membuka kalung berlian hadiah pernikahan dari Aldi yang saat itu dia kenakan. Aldi yang memperhatikan Laras kesulitan membuka kalung, berjalan mendekati.

"Butuh bantuan?" katanya menawarkan diri. Laras memandang Aldi dari pantulan cermin yang ada di hadapannya. Dia tersenyum sebagai jawaban. Aldi membantu membuka kalung itu.

Hatinya berdebar manakala melihat kulit putih Laras yang bergesekan dengan kulitnya. Seketika hatinya mendamba wanita itu. Perlahan, Aldi membalik tubuh Laras-dia membelai pipi mulusnya.

"Akhirnya kau menjadi istriku Sayang," katanya seraya mengecup kening gadis itu.

"Aku bahagia Al..." katanya dengan mata yang berbinar. Tak lama, Aldi mencium hangat bibir Laras. Ciuman yang lembut, namun lama kelamaan menjadi panas, liar dan menggoda.

Tangan Aldi mulai menjelajahi tubuh Laras yang masih berbalut gaun pengantin yang indah. Aldi membuka ritsleting gaun pengantin itu tanpa melepas ciumannya. Dalam sekejap, tubuh Laras hanya menyisakan pakaian dalam saja.

Aldi melepas ciumannya, matanya menatap kagum pada tubuh indah bak jam pasir yang ada di hadapannya. Kemudian, ia membopong tubuh istrinya menuju ranjang. Laras secara refleks melingkarkan kedua tangannya di leher suaminya. Perlahan-lahan Aldi meletakkan tubuh Laras.

Kemudian, dia melepas seluruh jas serta kemeja yang melekat ditubuh atletisnya. Ia hanya menyisakan celana panjang ketika naik ke ranjang, mata Laras menyusuri tubuh atletis dengan perut sixpack itu, hasratnya seketika menggebu, mendamba tubuh itu.

Aldi kembali mencumbunya, mencium leher jenjangnya, tak lama, desahan terdengar dari bibir Laras. Aldi telah tenggelam di dadanya saat itu. Dia membelai, sambil sesekali mengisap dan memainkan lidahnya di puncak payudaranya.

Tangannya dengan cepat melepas segitiga tipis yang membalut pusat diri istrinya. Kini, tubuh Laras terlihat polos di hadapannya.

"Aldi....." bisik Laras saat wajahnya merona malu. Aldi tersenyum, rupanya dia betah berlama-lama 'menyiksa' Laras. Sambil terus menatap wajah Laras, Aldi mulai mencium dari ujung kaki Laras hingga ke atas, tidak satu sentipun yang terlewatkan.

Laras menggigit bibirnya. Tidak kuat menerima terjangan cumbuan yang suaminya berikan. Aldi kembali menenggelamkan wajahnya di dada Laras yang padat. Ujung payudaranya yang berwarna merah kecokelatan menantang sempurna.

Rintihan terdengar dari bibir gadis itu tatkala Aldi memainkan jari tangannya pada pusat dirinya. Awalnya gerakan itu lambat, namun semakin lama semakin intens, Aldi mendengar jeritan tertahan dari istrinya.

Aldi mengisap kuat payudaranya dan tidak memberikan kesempatan sedikitpun pada gadis itu. Laras memejamkan matanya, dia sangat menikmati badai kenikmatan yang suaminya berikan, napasnya memburu.

Kemudian, Aldi menuruni ranjang dan membuka ikat pinggang serta celananya. Melemparnya ke sembarang arah. Laras merona malu tatkala melihat tubuh polos Aldi bersiap menghampiri dirinya.

"Ya Tuhan.... Apa muat?" kata Laras dalam hati tatkala melihat bukti keperkasaan Aldi dengan ukuran luar biasa.

Lelaki itu membuka kaki Laras lebar-lebar. Ia memposisikan tubuhnya di kedua paha istrinya.

"Aldi, pelan-pelan..."

Aldi tersenyum mengangguk, secara perlahan, ia mulai memasuki Laras. Gadis itu memejamkan mata seraya menggigit bibirnya agar tidak menimbulkan jeritan.

Satu tangannya mencengkeram seprai tempat tidur. Satu tangannya lagi mencengkeram punggung Aldi. Gerakan lelaki itu awalnya lambat. Aldi sedikit kesulitan saat memasuki Laras. Ia mengerang merasakan Laras, saat sudah memasuki penuh, lelaki itu mulai mendorong dan bergerak secara berirama.

Lama kelamaan gerakannya semakin cepat, dia tahu Laras harus menyesuaikan kembali hubungan itu. Dulu, saat melakukan hal itu, Calvin memaksanya bukan karena atas keinginan berdua. Saat gerakan itu semakin cepat, Laras melepas ciuman itu, wanita itu menjerit dengan mata terpejam serta mulut yang terbuka lebar.

Aldi memberinya waktu untuk merasakan kenikmatan itu, setelah napasnya mulai teratur, Aldi kembali memacu tubuhnya. Desahan keduanya saling bersahutan menandakan hebatnya percintaan yang mereka lakukan hingga akhirnya, Aldi merasa dirinya akan meledak, dia semakin mendorong tubuhnya ke Laras dan akhirnya kenikmatan itupun pecah.

Tubuh mereka berkilatan bermandi peluh. Dengan napas yang sama-sama memburu, Aldi meraih Laras ke dalam pelukannya, mencium ubun-ubunnya. Malam itu mereka melakukan berkali-kali hingga tubuh mereka benar-benar limbung karena tenaga yang terkuras. Dua insan itu berpelukan sebelum benar-benar terlelap.

***
Lembayung Senja
28 November 2020  

REYNALDI, The Man Who Will Fight For My HonorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang