31

155 12 0
                                    

Calvin.....

Ya, sosok yang kini duduk di hadapannya adalah Calvin. Bagaimana bisa?

"Halo Sayang, apa kabar?" Laras tidak menjawab pertanyaan lelaki itu, dia hanya mengawasi. Selera makannya tiba-tiba hilang, menguap entah ke mana bersama dengan kehadiran lelaki itu. "Apa maumu?"

"Tenang Sayang, aku tidak mengira akan bertemu denganmu di sini."

"Kau makin cantik saja," Calvin memuji.

Laras tampak jengah dan ingin meninggalkan restoran itu, namun dicegah oleh Calvin. Dia berjanji akan bersikap sopan dan hanya ingin berbicara dengannya setelah lama tidak bertemu. Calvin meyakinkannya.

Laras terdiam, dia sama sekali tidak berniat membuka pembicaraan. Saat itu Calvinlah yang aktif menanyakan. Tentang kegiatannya di Indonesia saat ini, tentang kariernya, tentang keluarganya.

Laras menjawab sekadarnya, dia sama sekali tidak tertarik dengan pembicaraan itu. Sebenarnya dia ingin sekali mengunjungi dirinya di Indonesia, namun karena kasusnya kemarin, dia tidak bisa ke sana.

Laras tersenyum tipis. Mengingat kasus yang Calvin sendirilah yang menyebabkan.

Kemudian, Calvin menanyakan mengenai Aldi. Mata Laras mau-tidak mau menatapnya. Ada apa dengan kekasihnya hingga dia merasa tertarik dengan Aldi.

Calvin mengetahui Aldi yang saat ini kuliah di Harvard. Dia memuji, Aldi bisa masuk ke sana, karena sejujurnya, ia juga telah mencoba namun tidak berhasil. Laras tersenyum bangga dengan hal itu. Itu artinya, dia tidak salah memilih Aldi daripada Calvin.

Laras sempat membanggakan Aldi di depan Calvin dan lelaki itu tampak tidak suka. Dia juga menanyakan jati diri Aldi. Laras berusaha tidak memberikan keterangan apapun mengenai Aldi, namun sepertinya Calvin mengetahui hal itu.

Dia mengatakan bahwa Aldi merupakan anak salah satu konglomerat sukses di Indonesia keturunan Jerman. Dia memiliki berbagai macam usaha. Calvin kembali mengingatkan bahwa dulu, dirinya sempat bekerjasama dengan Aldi.

Dia tidak menyangka jika pemilik perusahaan itu adalah Aldi. Dan semakin tidak menyangka jika kekasih lelaki itu adalah dirinya. Aldi sempat mengingatkan agar menjauhi Laras, namun dia tidak mempedulikan hal itu.

Bahkan, dengan terang-terangan dia mengatakan bahwa ia masih menginginkan dirinya dan bersumpah akan tetap mencintai dirinya walau kini mereka terpisah jauh.

Laras bergidik ngeri dengan keputusan Calvin yang masih tetap menginginkan dirinya. Dia menyarankan agar Calvin mencari wanita lain, masih banyak wanita lain yang lebih baik darinya. Calvin mengatakan tidak ada yang seperti Laras.

Dia benar-benar minta maaf atas kejadian malam itu. Dia sangat menyesal. Laras mengatakan bahwa dirinya sudah memaafkan lelaki itu dan mengatakan bahwa ia sebentar lagi akan menikah. Mendengar hal itu, Calvin terkejut, bahkan dia hampir tersedak saat minum.

"Kau bercanda kan?"

"Aku tidak bercanda Calvin, beberapa hari yang lalu dia telah melamarku," katanya sambil menunjukkan cincin lamaran yang tersemat di jari manisnya.

Calvin memperhatikan, kemudian dia mengatakan dan memohon agar jangan menikah dengannya. Dia akan menerima Laras apa adanya. Laras menarik tangannya yang telah digenggam lelaki itu sejak tadi dengan susah payah.

Kemudian, dia bangkit menuju kasir, lalu membayar semua dan pergi meninggalkan Calvin yang masih saja memohon padanya. Dirinya sudah tidak berniat lagi melanjutkan belanja.

Calvin masih saja mengikuti di belakang hingga ke tempat parkir. Bahkan hingga Laras memasukkan seluruh barang belanjanya Calvin masih saja berada di sampingnya.

"Calvin, sebaiknya kau pergi dan jangan menggangguku lagi," katanya sambil menutup pintu mobil.

***
Lembayung Senja
7 November 2020

REYNALDI, The Man Who Will Fight For My HonorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang