Rupanya Aldi memberitahu bahwa Laras baru saja memarahinya karena berita yang beredar melalui akun gosip.
"Kau telah menjadi kekasih Laras, otomatis kau pun turut menjadi selebriti," goda Jenny pada kakaknya.
Mereka semua tertawa. Laras mencubit lengan Aldi karena pertengkaran mereka yang diketahui keluarga Aldi. Laras merasa malu. Dia tertunduk.
Setelah acara makan malam, Aldi mengajak Laras keluar. Gadis itu pamit pada Victoria, Theodore dan Jenny.
Malam itu Aldi memutuskan menggunakan mobil porche Jenny yang berwarna kuning.
"Can I borrow your car Jen?" kata Aldi pada adiknya.
"As long as you want, Rey," kata Jenny menatap kakaknya.
Kemudian mereka segera berlalu. Aldi menginjak pedal gas melarikan mobil sport itu ke jalan raya.
"Kita mau ke mana?" kata Laras bertanya padanya.
"Kita ke langit ketujuh," kata Aldi menggoda gadis itu seraya tersenyum dan mengangkat alisnya.
Aldi mengarahkan mobilnya ke pantai yang berada di wilayah pinggiran Jakarta. Mereka segera turun dari mobil dan berjalan menyusuri tepi pantai.
Laras duduk di pohon kelapa yang menjorok ke pinggir pantai yang saat menaikinya dibantu Aldi. Sementara, lelaki itu berdiri dibelakangnya sambil memeluk tubuh Laras.
Mereka menatap debur ombak yang berwarna putih oleh buih yang terlihat disepanjang garis pantai.
"Aku sangat merindukanmu Sayang," kata Aldi berbisik di telinga gadis itu.
Pelukannya semakin erat kala tangan Laras menyentuh tangannya.
"Maafkan aku karena sudah menuduhmu selingkuh," kata Laras memberi penjelasan.
Lelaki itu tersenyum, "Aku tidak pernah seperti yang kau kira Sayang, aku masih setia untukmu, karena kau adalah denyut nadiku-nafas jiwaku," katanya memberi penjelasan.
Laras lega mendengar penjelasan kekasihnya. Aldi berpindah posisi ke hadapannya. Lelaki itu menangkup wajah Laras dengan kedua tangannya.
Perlahan, dari ekor matanya yang tertunduk, Laras merasa Aldi mengikis jarak mendekati wajahnya, semakin lama semakin dekat, saat dia menaikkan wajahnya hidung mereka beradu, Aldi memiringkan wajahnya, sesaat kemudian dua insan itu larut dalam ciuman panas nan menggelora.
Lelaki itu menyusuri rambut Laras, sementara tangan kirinya dia letakkan pada pinggangnya agar lebih erat dengannya. Kedua tangan gadis itu mendekap erat tubuh laki-laki itu.
Nafas keduanya memburu. Aldi tak sabar menyesap, mengulum, menghisap serta mengigit kecil bibir Laras.
Pertahanan Laras ambruk, dia membalas ciuman itu. Tangannya dia lingkarkan dileher Aldi. Sebagian meremas rambut lelaki itu.
Naluri kelelakian Aldi berontak kala payudara Laras menempel didadanya. Laras merasakan sesuatu yang keras menekan perutnya.
Aldi semakin mendekap dan meremas bokongnya dan tak melepas ciumannya. Menatap wajah Laras yang masih tersengal-sengal.
"Demi Tuhan aku mencintaimu Ras," ungkapnya.
Laras mengerang seakan tidak sanggup menerima ciuman Aldi yang menggila dan bertubi-tubi, Aldi terus membenamkan wajahnya pada wajah gadis itu.
Laras sadar lelaki itu melakukan karena lamanya waktu yang mereka lalui untuk bertemu. Gadis itu pun merasakan kerinduan yang sangat. Dalam hal berciuman, Aldi memang jagonya.
"Aldi, jangan...." kata Laras saat merasakan tangan kekasihnya masuk ke dalam kaus yang ia kenakan.
"Aku tidak akan membukanya, janji..." kata Aldi saat Laras memejamkan mata ketika dia mengelus apa saya yang berada dibalik kausnya. Lelaki itu kembali menyatukan kedua bibir mereka hingga Aldi membopong tubuh Laras dan membawanya masuk ke dalam mobil.
Lelaki itu menyuruh agar menekan tombol remote mobil disaku celananya. Sedikit kesulitan ia membuka pintu mobil karena kedua tangannya tengah membopong tubuh Laras. Ia menahan pintu mobil dengan kakinya sambil tak melepas ciuman mereka.
Secara perlahan Aldi merebahkan tubuh Laras pada kursi mobil. Gadis itu tertawa geli manakala ciuman Aldi berpindah ke leher gadis itu. Ia tak berdaya kala tubuh besar Aldi berada diatasnya.
Laras memberontak mencoba melepaskan diri kala Aldi semakin melumat bibirnya tanpa ampun.
"Dasar keras kepala," kata Aldi geram. Ia sedikit menggigit telinga gadis itu. Laras mendorong tubuh Aldi secara perlahan manakala ia sudah tidak sanggup menerima perlakuan kekasihnya. Nafas keduanya masih memburu.
"Itu hukuman untukmu," katanya sambil menatap wajah Laras yang bersemu merah. Aldi merapikan rambut panjang kekasihnya yang tampak berantakan. Ia mengangkat dagu gadis itu.
"Jangan cemberut, nanti ku cium lagi."
***
"Aldi, antarkan aku pulang sudah malam," katanya kemudian.
"Pulang? Aku masih merindukanmu," kata lelaki itu seraya menarik kepala gadis itu agar tenggelam didadanya. Mengusap halus rambutnya dan sesekali menciumnya.
Aldi mengelus punggung Laras. Dia bersenandung lagu kesukaannya. Saat keadaan hening, ia mendengar nafas teratur Laras. Perlahan, ia melihat ke wajah gadis itu. Rupanya ia terlelap didadanya. Aldi tersenyum. Tak lama ia turut terlelap.
Entah sudah berapa lama, akhirnya Laras terbangun karena merasakan dekapan Aldi yang begitu erat. Perlahan, ia mendongakkan kepalanya. Aldi tertidur. Hanya deru nafas lelaki itu yang saat ini terdengar. Perlahan, ia mengguncang tubuh itu.
"Aldi bangun, kita pulang..."
Lelaki itu menggeliat. Mereka tersenyum. Aldi mengangguk kala Laras memintanya pulang. Secara perlahan, ia menjalankan mobil.
"Tidurlah," sarannya seakan mengerti kantuk yang masih menyerang Laras. Gadis itu mengangguk. Tak lama, ia kembali terlelap. Sesekali kepalanya terguncang.
Aldi menjalankan mobil secara perlahan seakan tidak ingin mengganggu tidur kekasihnya. Sesekali ia melihat wajah Laras yang tertidur pulas hingga akhirnya ia tiba di depan rumah gadis itu. Perlahan, ia mengusap pipi gadis itu.
"Laras, bangun Sayang, kita sudah sampai."
Gadis itu menggeliat bangun. Mendapati Aldi yang menatapnya mesra. Lelaki itu mengantarnya sampai depan pintu.
"Masuk dan istirahatlah," katanya memberi ciuman dikening gadis itu sebelum pergi. Laras mengangguk.
"Hati-hati dijalan dan jangan lupa beri kabar jika sudah tiba."
Aldi tersenyum dan mengangguk.
"I would never leave you alone."
Sebelum pergi Aldi membisikkan kalimat itu di telinga gadis itu. Laras membuka pintu dan tersenyum sambil terus memikirkan lelaki itu, jantungnya kerap berdebar saat Aldi menghujaninya dengan ciuman, entah sudah berapa kali lelaki itu mencium bibirnya.
Saat pertama kali Aldi menciumnya tidak akan pernah dia lupakan, dan saat-saat itu seakan terulang manakala lelaki itu memagut bibirnya. Laras tersenyum saat menuju kamarnya.
***
Lembayung Senja
17 September 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
REYNALDI, The Man Who Will Fight For My Honor
Romance[🔥WARNING 21+] Dia sangat mencintai istrinya. Cinta yang tulus dan murni seluas samudra. Tapi, ketika istrinya mengkhianati masihkah ada kata maaf darinya? Ujian cinta baru mereka hadapi setelah menikah. Akankah mereka bisa melalui segala prahara d...