26

145 11 6
                                    

Sore itu Aldi melarangnya untuk beristirahat, maksudnya adalah agar Laras bisa menyesuaikan dengan waktu setempat. Sebab jika saat ini dia harus tidur, maka malamnya dia tentu tidak dapat tidur dengan nyaman.

Dan itu akan terus berlangsung hingga beberapa hari ke depan. Maka, lebih baik dia menyesuaikan dengan waktu setempat. Selama itu pula mereka melihat siaran televisi setempat.

Sementara, Aldi menemaninya disisinya. Sepanjang hari, mereka menghabiskan waktu hanya berdua di apartemen.

Malam harinya, Aldi membuatkan nasi goreng untuk makan malam. Laras dengan sabar menantinya, saat dirinya akan membantu Aldi untuk membuat nasi goreng, lelaki itu melarangnya. Dia disuruh melanjutkan untuk melihat televisi.

Akhirnya Laras mengalah dan melanjutkan melihat televisi. Setelah lima belas menit, nasi goreng sudah siap. Aldi menggenggam tangan Laras dan menarik kursi untuknya. Dia menghidangkan nasi goreng telur mata sapi dengan sosis yang menggoda.

Mereka duduk berhadapan. Porsi yang Aldi berikan untuk Laras lumayan banyak, ia menolak menerima nasi yang Laras kembalikan untuknya, dia berharap Laras menghabiskannya. Laras memuji cita rasa nasi goreng buatan Aldi.

Rasanya enak, dia tidak mengira jika Aldi bisa masak. Lelaki itu mengatakan, dulu sewaktu kuliah di Cambridge, dia harus mandiri seperti sekarang. Jadi, buatnya hal ini sudah biasa baginya. Laras mengangguk.

***

Malam itu, Aldi membuka laptopnya guna melihat perkembangan perusahaannya. Dia melihat neraca keuangan serta kabar yang dia terima dari ayahnya Theodore. Laras sudah pamit tidur lebih dulu.

Aldi mengizinkannya karena mungkin rasa lelah setelah hampir tujuh belas jam terbang. Aldi mengatakan akan menyusulnya setelah menyelesaikan pekerjaannya. Laras mengerti, karena dia sempat mengatakan meski jauh, Aldi tetap memantau perusahaannya di Indonesia.

Aldi sedikit tersenyum saat melihat angka-angka yang berbaris rapi dalam laporan keuangan perusahaannya. Setelah hampir dua jam, dia merasa jenuh. Dia melihat Laras sudah tertidur dengan lelapnya. Akhirnya dia mematikan laptop.

Aldi melihat Laras dan melepas kausnya. Dia segera naik ke ranjang menyusul gadis itu. Dia menarik selimut yang letaknya sudah berada di perut gadis itu. Aldi tidur dengan memeluk gadis itu. Laras menggeliat sejenak dalam tidurnya.

"Ssshhh... tidurlah," katanya seraya berbisik di telinga gadis itu.

Pagi harinya Aldi terbangun. Dia segera menuju kamar mandi. Setelah selesai, dia duduk di tepi ranjang dan melihat Laras yang masih terlelap dengan pulasnya.

Sebenarnya, dia tidak tega untuk membangunkannya, namun hari itu dia harus kuliah dan ingin gadis itu mengetahui letak kampusnya. Aldi tersenyum, walau dalam tidur, Laras tetap terlihat cantik. Dia mengecup kening gadis itu seraya berbisik di telinganya.

"Bangun Sayang...." katanya kemudian. Laras menggeliat, perlahan ia membuka mata. Aldi menyambutnya dengan senyum. "Temani aku ke kampus," ujarnya.

Laras menatap wajah tampan Aldi. Dalam sekejap, dia sudah bisa merasakan aroma parfum maskulinnya. Gadis itu mengangguk seraya tersenyum. Laras berjalan menuju kamar mandi.

Aldi menyiapkan sarapan di dapur. Dia melihat stok persediaan bahan makanan di lemari es mulai berkurang. Di meja makan, masih ada roti tawar dengan beberapa macam selai. Akhirnya, dia memutuskan untuk membuat roti panggang. Sekitar setengah jam, Laras telah selesai.

Hari itu dia mengenakan rok hitam selutut dengan kaus ketat berwarna biru tua. Rambutnya yang sudah melebihi pinggang, dia biarkan tergerai dengan poni yang sudah menjadi ciri khasnya.

REYNALDI, The Man Who Will Fight For My HonorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang