Malam itu, sebelum tidur, Laras melihat email. Dia tersenyum manakala melihat balasan dari Aldi. Lelaki itu mengatakan agar menyudahi untuk menghukum dirinya, dia sudah cukup menderita, Aldi mengatakan sangat tersiksa.
Laras hampir menangis membaca email itu. Semoga suaminya mengetahui bukan hanya Aldi yang tersiksa. Ia sangat bahagia saat mendengar bayi yang dikandung Laras berjenis kelamin perempuan. Dia sudah tidak sabar untuk melihatnya lahir ke dunia.
Aldi juga mengatakan agar Laras membuka rekening baru, hal ini guna memudahkan dirinya untuk mengirim uang. Sebab walau bagaimanapun Laras masih menjadi tanggung jawabnya. Namun Laras tidak mengindahkan perkataan suaminya. Sebab jika dia membuka rekening baru, sama saja memberi suaminya kesempatan untuk menemukan dirinya.
Laras mengatakan bahwa dirinya saat ini sudah bekerja dengan gaji yang lumayan besar sehingga Aldi tidak perlu mengkhawatirkannya.
Dalam email tersebut Aldi mengatakan nama anak mereka jika lahir kelak adalah Angeline Faith Carolina Theodore Dmitriev.
Laras tersenyum membaca nama calon anak mereka yang terdengar indah. Aldi mengatakan untuk memberi nama itu tidak mudah.
'Aku harap anak itu bisa menjagamu Laras, seandainya hatimu memang sudah tertutup dan tidak mau kembali padaku, aku akan tetap menjalankan hidup ini walau tanpa penggantimu,' demikian salah satu pesan email yang Aldi tulis. Tangis Laras seketika pecah, dia memutuskan tidak membalas email itu.
Keesokan harinya Laras terbangun dengan kepala sedikit berputar. Dia memijit sendiri keningnya, saat itulah Vladimir masuk ke kamarnya.
"Apa kau baik-baik saja?" pertanyaan itu sedikit membuatnya terkejut. Vladimir terkejut saat mendapati wajah Laras yang begitu pucat. Dia memutuskan mengantar wanita itu ke dokter.
Laras mengatakan dirinya sedikit pusing, namun masih kuat untuk bekerja. Vladimir mengacuhkan pernyataan itu, dia segera memapah Laras untuk mandi, karena dia akan mengantarnya ke dokter. Vladimir berjaga di depan pintu kamar mandi sambil sesekali menanyakan keadaannya.
Tak lama, Laras keluar. Dirinya lega karena Laras masih bisa berjalan. Dia berkata akan menunggunya di bawah. Laras mengangguk lesu. Dia termenung di tepi tempat tidur, apa hal ini biasa terjadi saat wanita sedang hamil?
Laras melihat pantulan dirinya pada cermin. Vladimir benar, wajahnya memang pucat, mungkin dia harus menuruti laki-laki itu untuk ke dokter. Vladimir telah menunggunya di bawah, dia berjalan menghampiri Laras. Saat berjalan itulah, Laras merasa dunia terasa gelap, untuk selanjutnya dia tidak ingat apa-apa lagi.
Saat tersadar, Laras berada pada sebuah ruangan yang sangat asing. Perlahan dia menajamkan pandangannya, namun sia-sia, dia tetap tidak mengenali ruangan itu.
"Kau sudah sadar rupanya."
"Vladi, di mana aku?"
"Kau pingsan dan saat ini berada di rumah sakit."
"Istirahatlah, kau terlalu lelah," ucap Vladimir sembari mengecup punggung tangannya. "Kau tidak bekerja?" tanya Laras. Lelaki itu menggeleng, "Ada staf yang bisa menghandle pekerjaanku. Kesehatanmu lebih penting, bagaimana kabarnya?" tanya Vladimir sambil mengusap lembut perut Laras. Tangan Laras turut memegang perutnya, "Aku rasa dia baik-baik saja."
"Kau harus sehat Laras, besok aku akan ke Amerika, aku khawatir jika meninggalkanmu sendiri di sini," katanya memberi penjelasan. "Kau tidak perlu mengkhawatirkan aku Vladi, kau bisa meminta Anne untuk menemaniku di sini."
Vladimir tersenyum, "Akan kuminta dia menemanimu di sini," katanya menjelaskan.
Laras tersenyum, dia memang dekat dengan Anne. Wanita setengah baya itu seperti Mbok Junti yang bisa menjadi tempatnya mencurahkan segala keluh kesah. Saat menjelang makan siang, Vladimir membantunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
REYNALDI, The Man Who Will Fight For My Honor
Romansa[🔥WARNING 21+] Dia sangat mencintai istrinya. Cinta yang tulus dan murni seluas samudra. Tapi, ketika istrinya mengkhianati masihkah ada kata maaf darinya? Ujian cinta baru mereka hadapi setelah menikah. Akankah mereka bisa melalui segala prahara d...