22

165 25 0
                                    

AKHIRNYA hari yang tidak diinginkan Aldi tiba. Sejak pagi, Laras sudah tiba dirumahnya. Mereka sarapan bersama. Victoria menyambut gadis itu dengan suka cita. Saat itu Jenny telah kembali ke London untuk meneruskan sekolahnya.

Kini, anak sulung mereka akan melanjutkan S2 di Amerika. Rasa bangga tak terkira dirasakan Theodore. Dia berjanji, akan mengelola perusahaan Aldi yang dengan susah payah telah dibangun.

Walau tampak tidak semangat dalam sarapan, ia tetap berusaha makan. Pesawatnya take off pukul sepuluh malam. Namun dia minta Laras untuk datang lebih awal. Aldi menatap Laras, pandangannya nelangsa. Laras memahaminya.

Akhirnya, dia bangkit seraya mengajak Laras keluar. Theodore berpesan agar tiba di rumah paling lambat pukul enam sore. Aldi mengangguk, lelaki itu lalu mencium Victoria.

Laras pamit pada orangtua Aldi. Dia juga mencium pipi Victoria dan tidak tahu Aldi akan membawanya ke mana. Pagi itu Aldi menggunakan Lamborghini Aventadornya.

Laras bertanya ke mana mereka akan pergi. Aldi mengatakan akan ke apartemennya. Laras mengangkat alisnya. Selama perjalanan, Aldi kerap menggenggam dan mencium tangannya. Tak banyak yang dia bicarakan. Saat tiba dan menutup pintu, Aldi segera menarik Laras ke dalam pelukannya.

Waktu bersama gadis itu tinggal hitungan jam. Entah kapan lagi dia akan bertemu dengannya. Yang pasti, dia merasa seperti digiring oleh algojo yang bernama 'waktu' ke meja eksekusi yang bernama 'perpisahan'.

Tubuh Laras terhempas ke dinding akibat ciuman Aldi. Ia sangat menikmati saat-saat bersama kekasihnya. Dia tahu, Aldi tidak akan menyia-nyiakan waktu yang tersisa.

Napas mereka terengah-engah akibat gairah yang tercipta. Aldi menghujaninya dengan ciuman yang sulit Laras tolak. Lidah mereka saling menggoda dalam mulut pasangan masing-masing. Menari, meliuk dengan liar di dalam sana. Aldi berpindah mencium di area lehernya. Laras mencengkeram bahu Aldi, terkadang meremas kaus lelaki itu.

Aldi membopong tubuhnya tanpa melepas ciumannya menuju ranjang. Meletakkan tubuh Laras kemudian menindihnya tanpa melepas ciumannya. Aldi membuka kancing kemeja yang Laras kenakan. Dalam sekejap, tubuh bagian atas Laras terbuka, bra hitam yang dikenakan isinya terlihat menantang. Aldi meremasnya lembut. Laras mendesah.

Dengan cepat dia menurunkan tali bra itu. Aldi mengulum puncaknya, Laras mendesah tertahan. Dia menggigit bibirnya, karena tidak tahan dengan gairah yang tercipta. Tangannya menyusuri punggung Aldi.

Ia merasakan Aldi meninggalkan banyak kiss mark di dadanya. Lelaki itu sangat memuaskan dirinya. Begitu pula Aldi, dia melihat gadisnya bisa memuaskan dirinya kendati masih kaku dan kurang pengalaman.

Jika di bandingkan antara Catherine dengan Laras, Catherine jauh lebih piawai dan berpengalaman dalam memuaskan Aldi. Namun entah mengapa, ketika Laras kurang mahir melakukannya, Aldi seakan senang.

Kelak, dia akan mengajarkan Laras bagaimana memuaskan dirinya. Mereka tetap bisa mendaki puncak kenikmatan walau tanpa menyatukan diri. Aldi tidak ingin bercinta dengan Laras hingga dia mengajaknya ke altar pernikahan. Setelah puas, Aldi menarik Laras ke dalam pelukannya. Mereka tertidur.

***

Pukul empat sore Laras terbangun. Dia mengguncang tubuh Aldi. Lelaki itu menggeliat malas. Dia menarik kepala gadis itu ke dadanya. Laras mengingatkan bahwa waktu sudah menunjukkan pukul empat sore, mereka harus segera ke bandara.

Aldi menoleh malas. Dia mengatakan, tidak masalah jika harus ketinggalan pesawat dan merasa senang jika tidak jadi ke Amerika. Laras terus mengganggunya hingga akhirnya lelaki itu terbangun. Saat gadis itu ingin meninggalkan tempat tidur itu, Aldi menarik tangannya. Dia kembali menciumi Laras sambil menggelitik tubuh gadis itu.

REYNALDI, The Man Who Will Fight For My HonorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang